Khususnya bagi traveler atau backpacker wanita, tidak mudah rasanya untuk dapat bepergian ke tempat atau negara asing sendirian. Hal ini dikarenakan tidak semua tempat di seluruh dunia ramah dan memiliki masyarakat yang welcome terhadap orang asing.
Baca juga : Tips Menginap di Hotel dan Menikmati Fasilitas Restoran Saat Pandemi Covid-19
Walaupun jarang terdengar, akan tetapi bukan berarti masalah pelecehan wisatawan wanita yang bepergian sendiri tidak ada. Banyak wisatawan, backpacker atau traveler wanita baik yang bepergian sendiri atau dengan teman wanita lainnya yang tak luput dari ulah usil penduduk setempat.
Pelecehan tersebut baik yang verbal maupun secara fisik kerap terjadi, dan hal tersebut tentunya dapat menjadikan para wisatawan wanita itu trauma. Oleh karenanya, dibutuhkan teknik-teknik khusus untuk dapat mengatasi aksi pelecehan tersebut selama berada di tempat atau negara lain.
1. Persiapkan diri
Negara-negara seperti Maroko, India, Amerika Latin atau bahkan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat sendiri memiliki masyarakat yang kaum prianya suka mengganggu dan melecehkan orang asing, khususnya wanita.
Oleh karenanya, Anda diharapkan dapat mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan, mulai dari penelitian kecil-kecilan berupa pencarian informasi tempat-tempat mana saja yang kerap muncul pelecehan sampai dengan mempertimbangkan kembali untuk mengunjungi daerah tersebut.
Selain itu, jika memang harus berkunjung ke daerah-daerah yang ‘rawan’ itu, ada baiknya ketika bepergian untuk menggunakan transportasi, seperti taxi atau sejenisnya daripada berjalan kaki, khususnya di malam hari. Walaupun nantinya akan ada pembengkakan dana yang tak terduga, akan tetapi hal tersebut lebih aman daripada harus mendapatkan pelecehan seksual.
2. Acuhkan saja
Walaupun terkadang membuat jengkel dan kecewa, akan tetapi ada satu cara yang efektif untuk dilakukan ketika mendapatkan sexual harrasement di negara atau tempat asing.
Yaitu mengacuhkan apa yang pelaku lakukan dan terus berjalan tanpa memperdulikannya.
3. Jangan terlalu sopan dan belajar mengatakan tidak
Memang berlaku sopan dan menanggapi sapaan atau ucapan masyarakat lokal adalah baik untuk dilakukan, akan tetapi Anda tidak harus melakukannya setiap saat karena Anda tidak tahu mana orang yang baik dan yang memiliki maksud tersembunyi.
Jadi minimalisir untuk berbuat sopan dan belajar untuk mengatakan tidak akan ajakan atau penawaran dari orang lain yang tidak Anda kenal.
4. Percayai insting
Secara umum, manusia selain dikharuniai akal dan pikiran, juga dibekali insting yang dapat secara otomatis berfungsi ketika ada hal-hal yang tak dapat dijangkau otak. Untuk itu, Anda dapat mempercayai insting sendiri jika tiba-tiba merasakan sesuatu yang tidak baik akan terjadi.
Dengan mempercayai insting sendiri, maka segala gangguan dapat diminimalisir dan Anda dapat lebih cepat mengambil tindakan preventif sebelum atau ketika masalah tersebut terjadi.
5. Pertahanan bahasa
Maksud dari pertahanan bahasa adalah dengan mengetahui atau sedikit bisa melontarkan bahasa yang digunakan masyarakat setempat, maka hal ini dapat menjadi semacam barrier atau penangkal ketika terjadi pelecehan seksual atau street harrasement.
Memang tidak harus mahir untuk menguasai bahasa setempat, akan tetapi mengetahui beberapa kata atau kalimat umum, maka sangat bermanfaat.
6. Coba untuk tidak berkecil hati
Walaupun segala usaha telah dilakukan dan tetap saja menjadi korban pelecehan seksual atau sejenisnya, tetaplah untuk tidak berkecil hati dan menyadari bahwa hal tersebut terjadi di mana pun bahkan di tempat yang paling aman sekalipun.
Jika Anda akhirnya trauma setelah menjadi korban, maka keberanian dalam diri Anda akan pupus dan keinginan untuk menjelajah daerah-daerah lain di seluruh dunia juga akan musnah. Next