Pada hari Selasa, 22 Oktober 2019, Kaisar Naruhito secara resmi memproklamirkan penobatannya sebagai penguasa Jepang, sekaligus menyelesaikan rangkaian upacara kenaikan Takhta Krisan, sebutan lain dari Takhta Jepang. Ada banyak hal unik yang terjadi saat penobatan Kaisar Jepang. Berikut ulasannya!
Baca juga : Jauh dari Kesan Seram, Makam di Uzbekistan Ini Malah Seindah Istana
Penyerahan 3 Benda Pusaka Kekaisaran Jepang yang Misterius
Sebelum resmi duduk di Takhta Krisan, seorang calon kaisar harus menjalani 3 ritual besar.
Pertama dan yang paling sederhana adalah upacara penyerahan Sanshu no Jingi atau ‘Harta Karun yang Paling Dirahasiakan’ kepada kaisar baru. Benda-benda ini dimasukkan ke dalam kotak kayu dan dibungkus dengan kain sutra kualitas terbaik.
Ada 3 benda pusaka yang dipersembahkan, di mana masing-masingnya memiliki makna filosofis yang mendalam. Pertama, pedang Kusanagi, melambangkan keberanian yang membara. Kedua, perhiasan Yasanaki no Magatama, melambangkan kebajikan, dan terakhir, cermin Yata no Kagami, melambangkan kebijaksanaan.
Saat upacara penyerahan benda pusaka, segel kekaisaran dan segel kenegaraan juga dipersembahkan kepada kaisar, melambangkan penyerahan kekuasaan kepada kaisar tidak hanya secara religius keagamaan, tapi juga formal kenegaraan.
Benda-benda ini selalu tersimpan di dalam kotaknya. Konon yang betul-betul memahami bentuk fisiknya hanya pendeta paling senior agama Shinto dan sang kaisar sendiri.
Karena tidak pernah dibuka di depan umum, wujud asli benda-benda inipun masih jadi misteri hingga saat ini.
Upacara Penobatan yang Agung dan Sakral
Ritual kedua adalah upacara Sokuirei-Seiden-no-gi atau penobatan itu sendiri. Inilah satu-satunya rangkaian acara yang terbuka untuk umum. Banyak kepala negara, bangsawan, ataupun perwakilan negara yang diundang untuk menyaksikan penobatan kaisar baru. Acara ini biasanya berlangsung sekitar 4-5 bulan setelah upacara penyerahan 3 Benda Pusaka.
Mengawali ritual, kaisar baru beserta permaisurinya akan diarak menuju sebuah tempat bernama Takamikura. Di sana, beliau akan duduk di panggung tinggi yang berisi kursi takhta. Saat kaisar sudah menempati posisinya, ketiga Benda Pusaka diletakkan di sebelahnya.
Kaisar, yang mengenakan jubah kekaisaran bernama sokutai, akan menerima sebuah skepter kayu sederhana, di mana Perdana Menteri hadir di hadapannya mewakili seluruh rakyat Jepang. Pada saat itu, dengan lantang, Kaisar mengumumkan kenaikannya ke atas Takhta Krisan.
Perdana Menteri kemudian membalasnya dengan menyatakan kesetiaan dan devosi penuh kepada Sang Kaisar dan Negara. Di akhir, Perdana Menteri meneriakkan ‘Banzai‘ sebanyak 3 kali yang diikuti oleh semua orang yang hadir di sana.
Upacara ditutup dengan bunyi meriam sebanyak 21 kali yang menandakan resminya sang kaisar berkuasa di Jepang.
Persatuan Antara Sang Kaisar dan Dewi Matahari
Upacara penobatan kaisar Jepang yang terakhir ini adalah yang paling penting sekaligus penuh kontroversi, namanya Daijo-sai. Pada saat ini, sang kaisar akan ‘dipersatukan’ dengan leluhur kekaisarannya, yaitu dewi matahari Amaterasu-ōmikami. Upacara ini akan membuat kaisar menjadi ‘ilahi’ seperti Sang Dewi.
Singkatnya, upacara ini diawali dari pemilihan sawah berkualitas terbaik yang nantinya akan disucikan oleh para pendeta Shinto. Hasil panen berupa beras ini disimpan di kuil khusus dan akan ‘diubah’ menjadi ‘benda Ilahi’. Nantinya, minuman sake khusus akan diolah dari beras tersebut.
Sang kaisar sendiri beserta permaisuri akan menjalankan ritual pemandian suci, di mana setelahnya, beliau akan mengenakan jubah sutra berwarna putih.
Kaisar kemudian berjalan ke kuil suci, di mana beliau akan mempersembahkan beras suci, sake yang dibuat dari beras tadi, biji-bijian, ikan, dan aneka macam makanan yang diambil dari seluruh penjuru Jepang kepada Dewi Amaterasu. Setelah itu, kaisar akan memakannya sebagai simbol persatuan ilahi antara dirinya dengan Sang Dewi.
Selama ritual ini berlangsung, kaisar akan berjalan di atas karpet khusus, melambangkan bahwa beliau tidak akan lagi menyentuh tanah duniawi. Payung sakral pun akan dibuka untuk memayungi kaisar sebagai wujud penyertaan ilahi yang datang dari atas langit.
Menyapa Masyarakat dengan Konvoi Meriah
Nah, setelah ritual selesai, sang kaisar beserta permaisuri akan berkeliling ke sepanjang jalanan besar Tokyo untuk menyapa warga yang sudah menunggu kedatangannya. Bagi masyarakat Jepang, kaisar masih dianggap sebagai keturunan dewi Amaterasu sekaligus simbol persatuan bangsa yang penting.
Dalam prosesi ini, sang kaisar dan permaisuri akan menaiki mobil terbuka sambil melambaikan tangannya kepada rakyat.
Sayangnya, untuk tahun ini, iring-iringan kendaraan kekaisaran ditunda hingga bulan November mengingat cuaca Jepang yang masih cukup kacau pasca terjadinya badai taifun Hagibis.
Demikian informasi seputar penobatan Kaisar Jepang yang bisa Teman Traveler ketahui. Semoga di Era Reiwa, nama era kekaisaran yang baru, Jepang bisa semakin maju menjadi negara yang damai dan modern. Next