Lihatlah rak-rak buku berjajar di pinggir jalan di setiap sudut kota, nampak menjadi pemandangan yang tidak biasa. Pertanyaan pertama yang terbesit di otak kita, apakah orang-orang di sini tidak menghargai buku sehingga buku berserakan di luar rumah? Eits, jangan salah sangka dulu ya, buku-buku ini bukannya dibuang kok tapi di jual.
Baca juga : 4 Tradisi Natal di Jepang, Ada yang Tetap Kerja Lho!
Saat traveler memasuki kota Hay-on-Wye di Wales, sejauh mata memandang hanya akan disuguhi pemandangan rak-rak lengkap dengan buku-buku di dalamnya. Kota ini adalah kota pasar kecil di tepi sungai Wye di Powys. Kota buku, itulah sebutan dari kota yang berbatasan langsung dengan Inggris ini. Jika kalian adalah pecinta buku maka berlibur ke kota ini akan menjadi surga baru bagi kalian. Pasalnya Hay-on-Wye adalah tempat paling dicari sebagian besar para pecinta buku di dunia.
Namanya juga kota buku sudah pasti koleksi buku di kota ini sangat lengkap dan tidak hanya itu saja namun harganya juga murah. Kalian bisa mencari koleksi buku yang diinginkan di lebih dari 40 toko buku yang tersebar di kota ini. Rata-rata buku yang dijual di sana adalah buku bekas. Kota ini juga menjadi tuan rumah bagi Festival Sastra Hay yang mengumpulkan 8.000 penulis, penerbit dan penggemar sastra dari seluruh dunia pada akhir Mei tiap tahunnya.
Semua keajaiban kota ini dimulai tahun 1961 ketika Richard Booth membuka toko buku bekas pertama di Hay, tepatnya di stasiun pemadam kebakaran. Awalnya ia menyewa orang-orang berbakat untuk pergi ke Amerika. Di sana orang ini ditugaskan untuk membeli buku yang banyak dan dikirim menggunakan kontainer menujun Hay-on-Wye. Seiring berjalannya waktu perpustakaan lain mulai bergabung dengan inisiatif masing-masing warga kota itu. Hingga akhirnya pada tahun 1970-an ketenaran kota ini mencapai puncaknya dengan diakui sebagai “Kota Buku” oleh dunia Internasional.
Satu lagi yang bikin unik dari toko-toko buku di Wales ini, di sana terdapat lapak toko buku kejujuran.Namanya kejujuran jadi tidak ada penjual yang melayani ataupun mengawasi barang dagangan mereka. Terkadang toko ini hanya berbentuk rak yang menempel di dinding dengan kotak surat kecil disampingnya bertuliskan pay here atau bayar di sini.
Caranya, pembeli memilih buku di rak, dibuku itu sudah ada keterangan harga kemudian ia tinggal memasukkan uang ke dalam kotak surat sesuai harga buku. Unik kan? Bagaimana jika ini diterapkan di Indonesia? Pasti bukunya habis dan kotak suratnya tetap kosong. Hingga kini kota buku yang unik ini telah menyedot wisatawan sekitar 500.000 orang per tahun. Next