Dibanding warga yang tinggal di desa-desa lain di dunia, warga desa di Laos ini mungkin memiliki kehidupan yang paling menegangkan. Bagaimana tidak, mereka tinggal bersama dengan serakan bom warisan perang Vietnam yang terjadi 40 tahun lalu. Kemiskinan membuat mereka mau tidak mau harus menjalani hidup dengan menggantungkan pendapatan dari sisa-sisa bom yang bisa mereka jual atau digunakan untuk keperluan sehari-hari. Ngeri!
Baca juga : Dubai Membangun “Hollywood” di Gurun Pasir!
Lebih dari empat dekade silam, pasukan militer Amerika menggempur habis-habisan wilayah Laos sebagai bagian dari agresinya ke Vietnam. Meski perang tersebut dikenal dengan perang Vietnam, namun negara tetangga seperti Kamboja dan Laos tak luput dari serangan. Pasalnya pasukan Vietnam yang dikenal dengan gerilyawan Vietcong ini menggunakan kedua wilayah tersebut untuk menyusupkan serdadu ke wilayah Vietnam Selatan.
Data statistik mencatat selama sembilan tahun penyerangan, militer Amerika telah melakukan lebih dari 580 ribu misi pengeboman di Laos. Itu artinya pada periode tersebut warga Laos akan mengalami teror bom sekali dalam 8 menit selama 24 jam non stop. Kengerian itu tidak serta merta berakhir, seiring dengan usainya perang Vietnam.
Warga yang tinggal di hampir seluruh desa-desa di Laos, masih harus menghadapi kenyataan mengerikan lain berupa sisa-sisa bom yang gagal meledak. Untuk diketahui bahwa dari semua bom yang dijatuhkan, ada sekitar 30 % yang tidak meledak. Bom-bom tersebut berserakan di mana-mana, ada yang masuk ke dalam sungai, rawa, hingga lahan pertanian. Tentu banyak pula yang masih berstatus aktif.
Lebih miris lagi, kadang bom-bom tersebut meledak di waktu-waktu yang tidak terduga, seperti saat nelayan sedang mencari ikan di sungai atau saat anak-anak sedang bermain. Maka tidak heran jika angka kematian akibat ledakan bom sisa-sisa perang Vietnam di Laos sangat tinggi. Tahun 2012 silam saja tercatat ada 29 ribu jiwa melayang akibat kecelakaan ledakan bom.
Bom-bom yang gagal meledak ini dikenal dengan istilah UXO (unexploded ordnance). Diperkirakan butuh puluhan hingga ratusan tahun untuk membersihkan UXO dari tanah Laos seluruhnya. Sedangkan keberadaannya membuat ekonomi warga desa mandek. Hal ini bisa terjadi lantaran tidak ada yang berani mengolah lahan pertanian, jika pun lahan tersebut dijual, jarang sekali yang mau dan berani membelinya.
Akhirnya warga yang terhimpit kebutuhan hidup berjuang melawan kemiskinan dengan bekerja mencari sisa-sisa bom untuk dijual dengan taruhan nyawa. Di Laos, satu bom berbobot satu ton bisa laku terjual hingga lebih dari Rp. 1,5 juta. Pekerjaan yang cukup riskan, tak jarang pula warga kehilangan nyawa saat bom yang ditemukan tersebut masih aktif dan meledak.
Menariknya, tidak semua bom tersebut dijual, banyak juga yang dimanfaatkan warga untuk keperluan sehari-hari, seperti dibuat sebagai perahu dan perabot masak. Bahkan ada pula yang dibuat untuk penyangga rumah panggung dan pot untuk menanam tanaman. Cobalah untuk sekali-kali traveling ke desa-desa di Laos, potongan bom adalah pemandangan lumrah yang akan kamu temukan disana. Next