Great Barrier Reef adalah gugusan terumbu karang terbesar di dunia. Di dalamnya terdapat lebih dari 2.900 terumbu karang dan membentang sepanjang 2.300 kilometer. Gugusan terumbu karang ini terletak di lepas pantai Queensland, Australia. Namun sayangnya dari tahun ke tahun, populasi terumbu karang di Great Barrier Reef semakin hancur. Berikut kronologis kejadiannya.
Baca juga : 4 Hostel di Bawah 700 Ribu Tapi Seru di Singapura
Dikarenakan Perubahan Iklim
Terumbu karang membutuhkan air dengan suhu yang hangat untuk tumbuh dan terus hidup. Sayangnya, perubahan iklim membuat suhu di perairan Australia tersebut meningkat. Padahal kenaikan suhu sebanyak dua hingga tiga derajat saja dapat berdampak buruk terhadap koral dan terumbu karang.
93 Persen Koral Mengalami Pemutihan
Diperkirakan sekitar 93% dari 2.300 kilometer deretan koral di kawasan itu mengalami kerusakan berupa pemutihan. Fenomena ini bisa terjadi akibat adanya peningkatan suhu air laut dan efek perubahan cuaca ekstrim. Padahal tempat ini merupakan habitat untuk berbagai macam spesies laut seperti hiu, penyu, paus, dan ikan-ikan kecil lainnya.
Tahun 2016-2017 Paling Parah
Tahun 2016 dan 2017 terdapat sekitar 1500 kilometer terjadi pemutihan terumbu karang massal. Sehingga hanya menyisakan sepertiga area di selatan yang tidak rusak. Dalam kurun tahun tersebut, pemutihan massal terjadi hanya dalam jangka waktu 12 bulan. Padahal biasanya pemutihan yang parah memerlukan lebih dari satu tahun.
Belum Mati, Tapi Diperlukan Puluhan Tahun untuk Pulih
Karang yang mengalami pemutihan belum menjadi karang mati. Namun di titik-titik terparah perlu diantisipasi, jika tidak terumbu karang pasti akan menghilang. Bahkan untuk terumbu karang yang paling cepat tumbuh, dibutuhkan paling tidak satu dekade untuk pemulihan total.
Great Barrier Reef adalah salah satu penyumbang pemasukan terbesar untuk Australia. Jika perairan Australia telah berada dalam kondisi seperti itu, kemungkinan untuk merambat ke Indonesia pasti ada bukan? Next