Mungkin dipikiran Anda terbesit ke kota tembusan Venesia apabila membaca judul di atas. Kota mengasyikan yang menjadi bagian negara Italia itu memang terkenal sebagai pemukiman yang terapung di atas perairan, dengan wilayah yang semakin tahun semakin tenggelam beberapa milimeter.
Baca juga : Sungai Krka National Park Kroasia Ini Seperti di Negeri Dongeng
Namun bukan hanya di Venesia saja kita dapat menjumpai kota yang dibangun terapung di atas air. Pada zaman dahulu sudah ada bangunan yang memiliki konsep seperti ini, contohnya Nan Madol, dibangun di atas lautan pasifik yang memiliki julusan Venesianya Pasifik.
Dewasa ini, banyak sekali wilayah dan kota yang sengaja didirikan di atas lautan. Sebagian memanfaatkan perkembangan dan kemajuan teknologi demi menciptakan daratan yang anti air, namun tak sedikit juga yang memanfaatkan cara tradisional untuk membuat pemukiman di atas laut atau perairan. Berikut ini kami rangkum daftar kota terapung yang ada di dunia:
1. Pemukiman Suku Uro, Peru
Kota terapung ini memiliki kesederhanaan yang dibuat dari jerami kering. Wilayah ini menjadi bagian dari warisan budaya peninggalan suku Uro. Pada awalnya, pemukiman yang didirikan di tengah Danau Titicaca ini berfungsi sebagai tempat tinggal sekaligus benteng pertahanan yang mudah dipindahkan. Penduduk suku tinggal melarikan diri bersama dengan rumah mereka apabila ada musuh yang mendekat.
Hingga saat ini, Suku Uro masih menjaga melakukan tradisi ini yaitu tinggal di atas perairan antara Peru dan Bolivia itu. Meski bahan pembuatannya cukup sederhana, namun fasilitas yang dimilikinya terbilang lengkap. Banyak rumah–rumah yang digunakan khusus untuk keluarga, sekolah, dan bahkan untuk stasiun radio. Suku Uro juga membuat perahu dari bahan yang sama yaitu jerami.
2. Naarden, Belanda
Belanda mengembangkan teknologi maju demi melindungi daratan mereka dari sapuan air laut mengingat wilayah negaranya yang lebih sedikit ketimbang permukaan laut.
Namun, Belanda terbukti memanfaatkan teknologi mutakhir dan terkenal kehebatannya selama berabad-abad tersebut dengan dibangunnya Naarden. Kota terapung itu letaknya dekat dari Amsterdam, sang ibukota.
Wilayah tersebut dikitari dua lapisan parit yang digunakan sebagai danau. Pemukiman tersebut juga dibangun beberapa tembok tebal disekitarnya agar daratannya terlindung dari air.
Apabila kita perhatikan pemandangan Naarden dari udara, kota itu akan tampak cantik dan indah sekali, seperti kelopak bunga teratai yang mengapung di atas perairan.
3. Wuzhen, China
Dipandang sekilas, kota itu mirip sekali dengan Venesia. Perbedaan pada kota yang memiliki nama Wuzhen ini hanya terletak di konstruksi bangunannya karena memiliki gaya arsitektur dari China.
Penduduk setempat sering menyebutnya dengan sebutan Kota Air Wuzhen. Lokasinya yang strategis di tengah–tengah enam kota kuno dengan perairannya dari sungai Yangtze. Wuzhen dikelilingi oleh tembusan dan kanal–kanal yang diandalkan dengan sistem persisi di Venesia.
Kabarnya, kota sejarah ini pernah dihuni manusia hingga 7.000 tahun lamanya. Nuansa tradisional di seluruh kota masih bertahan hingga sekarang ini. Tak heran jika kita melangkahkan kaki ke tempat ini, kita akan terbawa suasana seperti pada setting film Mandarin zaman kerajaan. Kini kota terapung dengan panoramanya yang indah itu menjadi salah satu obyek wisata favorit di China.
4. Lindau, Jerman
Lindau merupakan kota terapung dengan letaknya yang berada di bagian timur Danau Konstanz. Kota ini dikitari oleh danau air tawar Bodensee. Letaknya terisolasi dari pulau utama dan hanya disambungkan oleh jembatan yang mengarah ke Stasiun Lindau.
Ibukota distrik yang sekaligus menjadi pelabuhan kota di China ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Jika kita berkunjung ke empat ini, kita dapat menemui jejak–jejak kekaisaran Romawi kuno yang dulu sempat mendiami kota tersebut pada abad pertama.
Selanjutnya sekitar abad 13, kota ini menjadi pemukiman para biarawan yang kini menjadi obyek wisata terkenal dengan bangunan-bangunan eksotis dengan gaya arsitektur Bavaria.
5. Kay Lar Ywa, Myanmar
Kay Lar Ywa, sebuah dusun terapung mungil yang berada di Myanmar. Desa ini terbangun tepat di atas Danau Inle yang perairannya menjadi sumber kehidupan 70.000 warga dari empat kota di dekatnya.
Sebagian besar warga Kay Lar Ywa yang menduduki rumah panggung bambu ini memiliki kehidupan praktis yang dihubungkan dengan perairan Danau Inle.
Kendaraan dan sarana transportasi di desa-desa sekitar Kay Lar Ywa adalah menggunakan perahu. Penduduknya sudah biasa menggunakan kaki untuk menjejakkan tanah dan dayungnya untuk menggerakkan perahu.
Mata pencaharian penduduk setempat sebagian besar adalah bercocok tanam dan berkebun. Mereka mengembangkan metode yang unik dalam bertani, yakni dengan membuat kebun terapung. Di kebun–kebun inilah mereka menanam berbagai bahan makanan sehari–hari. Next