Mencoba hidangan tradisional ketika berkunjung ke satu kota bisa jadi sudah biasa. Namun bagaimana jadinya jika menu yang disantap ternyata menjadi bagian dari adat istiadat kerajaan terkenal? Bagi yang kebetulan sedang berada di Solo, pengalaman unik tersebut bisa didapatkan di Omah Sinten.
Baca juga : Nasi Ayam Kedewatan Ibu Mangku di Bali, Kenikmatan Melegenda Sejak 1960-an
Tidak hanya memanjakan pengunjung dengan masakan dan minumannya yang spesial, Omah Sinte juga menawarkan atmosfer Jawa khas bagi para pelanggannya. Berlokasi tak jauh dari Kraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran, restoran ini memiliki desain interior unik yang terinspirasi dari budaya Kerajaan.
Lestarikan Menu Tradisional
Semua menu masakan yang ditawarkan di Omah Sinten Solo terinspirasi dari masakan tradisional Pura Mangkunegaran dan sekitarnya. Sebelumnya, hidangan-hidangan tersebut mudah sekali dijumpai di mana-mana. Namun seiring perkembangan zaman, masyarakat mulai meninggalkannya.
Padahal selain menjadi kekayaan budaya, masakan tradisional Jawa khususnya Solo dan Surakarta, dianggap memiliki nilai filosofi yang tinggi. Oleh karena itu Omah Sinten mencoba untuk mempertahankan semua tradisi tersebut agar tak sampai punah.
Omah Sinten tak main-main dalam usaha tersebut. Semua chef atau juru masak yang bekerja di sini diminta belajar langsung dari abdi dalem yang biasa bekerja untuk Keraton. Hal ini dirasa perlu untuk menyajikan rasa masakan otentik.
Gaya Arsitektur Jawa
Untuk membuat para pengunjung merasa betah, Omah Sinten mengusung gaya arsitektur yang terinspirasi filosofi Jawa kuno. Hal ini terlihat dari pusat kegiatan yang berada di sebuah struktur terbuka berbentuk joglo. Gaya klasik ini juga diperkenalkan agar restoran ini kelihatan unik dibanding restoran lain, lantaran memiliki nuansa tempo doloe.
Nuansa nostalgia tak hanya dihadirkan lewat makanan, namun juga permainan tradisional seperti dakon, jaran kepang, dan wayang. Tamu yang mengajak anaknya datang ke sini bisa sekalian memperkenalkan tradisi lawas Indonesia yang belakangan mulai hilang ditelan zaman.
Nasi Golong
Bicara soal menu andalan, Omah Sinten mengusung nasi golong sebagai sajian utama. Nasi golong terdiri dari nasi putih yang dibentuk bulat, kemudian dilengkapi tambahan lauk seperti urap sayur, ayam goreng, tahu dan tempe yang dipotong kecil, telur rebus, dan sayur bening. Hidangan ini terasa kian unik karena disajikan di atas nampan berbentuk bambu.
Meski terkesan sederana, Nasi Golong punya sejarah panjang. Menurut penuturan beragam sumber, nasi ini pernah menjadi menu favorit KGPAA Mangkunegoro I Pangeran Sambernyawa. Makanan ini disantap beliau saat sedang bergerilya melawan penjajah dan berharap sukses mempersatukan rakyat.
Sate Penthul
Sate Penthul adalah salah satu menu langka yang bisa didapatkan pengunjung di Omah Sinten. Makanan ini sebelumnya hanya dimasak sekali dalam delapan tahun, bertepatan dengan upacara Adang sega Tahun Dal.
Tahun Dal sendiri bukan tahun sembarangan karena menjadi tahun ke-5 dalam siklus delapan tahun penanggalan Jawa dan jatuh tepat pada hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tetapi di resto ini, pengunjung tak perlu menunggu lama-lama untuk mencoba sate penthul karena ada di menu sehai-hari.
Garang Asem
Garang Asem konon merupakan salah satu menu favorit Mangkunegara VI, yang berkuasa antara 1896 hingga 1916. Namun tak seperti restoran lainnya, Omah Sinten menyajikan Garang Asem dalam tampilan mewah. Tak kalah dengan hidangan hotel.
Garang Asem sendiri terdiri dari ayam yang disajikan dengan kuah santan berbumbu. Guna menambah selera makan, biasanya ditambahkan potongan belimbing segar. Penyajiannya juga menggunakan potongan bambu agar terasa kian menarik.
Itulah tadi beberapa fakta menarik dan menu andalan yang bisa dicoba di Omah Sinten. Bagi yang tertarik merasakan kuliner ala raja-raja Solo, tak ada salahnya menjadikan restoran satu ini sebagai alternatif untuk berkunjung. Next