Situs lukisan batu ditemukan di pesisir pantai Wrangell, sebuah kota di Alaska. Disebut sebagai Pantai Petroglif karena di sekitar pantai banyak ditemukan batu-batuan yang diukir dengan simbol menyerupai mata dan pola geometris. Petroglif ini diperkirakan berusia 8.000 tahun namun kapan tepatnya hingga kini belum dapat dipastikan.
Baca juga : Jarang Bertemu Matahari, Lihat Bahagianya Turis Eropa Utara Saat Liburan ke Indonesia
Lukisan-lukisan di batu yang ada di Wrangell ini ditemukan tersebar di dekat pantai dan tepat di bawah garis permukaan air laut dan akan muncul ke permukaan tatkala air laut sedang surut. Sebagian besar diantaranya berada di tempat-tempat strategis seperti di Sungai Salmon dan situs bekas pemukiman kuno. Di area Wrangell sendiri setidaknya telah ditemukan sekitar 40 petroglif atau lukisan batu dan membuat pantai tersebut ditetapkan sebagai Taman Bersejarah Negara sejak tahun 2.000.
Fakta bahwa lukisan batu tersebut ditemukan di pantai menunjukkan bahwa lukisan tersebut dibuat ketika permukaan air laut masih rendah sebelum lapisan es di daerah itu mencair pada belasan ribu tahun lalu. Setidaknya itulah teori yang diyakini oleh para ilmuan tentang keberadaan batu-batu kuno yang telah terukir simbol-simbol tertentu itu.
Baca Juga: 7 Biaya Tak Terduga Saat Traveling Yang Wajib Kamu Tahu
Secara umum mereka percaya jika ukiran pada batu tersebut dibuat oleh nenek moyang mereka yang berasal dari Suku Tlingit. Asumsi ini diperkuat dengan adanya kesamaan dalam hal simbol-simbol dan gaya artistik yang digunakan dalam petrogif yang ditemukan dalam seni totem Tlingit. Banyak dari lukisan tersebut menggambarkan paus, salmon dan wajah masyarakat.
Para ilmuan menduga lukisan batu ini dibuat untuk memanggil dewa agar mengirimkan ikan salmon untuk dikonsumsi. Teori lain mengatakan bahwa lukisan di batu ini merupakan ungkapan syukur mereka atas melimpahnya buruan salmon yang mereka dapatkan. Ada pula yang berpendapat jika para nenek moyang zaman dahulu membuatnya sebagai penanda wilayah daerah buruan yang banyak ikannya.
Kebanyakan batuan petroglif di sana dalam keadaan yang rentan rusak dan mudah patah. Oleh sebab itu traveler yang datang ke sana dilarang untuk sekedar menyentuh batuan kuno tersebut apalagi berjalan di atasnya. Pihak pengelola situs pantai telah membangun sebuah papan kayu untuk berjalan bagi wisatawan yang berkunjung untuk melihat situs kuno tersebut.