in ,

5 Wisata Slum Terpopuler di Dunia, Ternyata Juga Ada di Indonesia!

Melihat Sisi Lain Kota-kota Besar dengan Ikuti Tur Slum Tourism

FI Pariwisata Kumuh via shutterstock
FI Pariwisata Kumuh via shutterstock

Wisata slum atau slum tourism merupakan kegiatan traveling yang melihat sisi lain destinasi tertentu. Tipe liburan ini dianggap sebagai cara kita untuk melatih kepekaan sosial. Ada pula yang menggapnya sebagai eksploitasi warga kurang mampu. Walaupun demikian tidak dapat dipungkiri sejumlah wisata slum di dunia ini begitu populer. Di mana saja, ya?

Baca juga : Musim Durian Saatnya Berburu Durian, Ini Peta Perburuan Durian Jalur Yogyakarta – Semarang

Lima, Peru

Kawasan Kumuh di Lima via shutterstock

Lima, ibu kota Peru, juga menjadi destinasi slum tourism yang dikemas seabgai tur wisata sejarah dan kuliner tradisional. Pelancong yang datang ke sini akan diajak untuk mengenal warga lebih dekat, salah satunya dengan makan bersama mereka. Menyantap sajian khas Lima di rumah penduduk.

Dikatakan bahwa wisata slum ini dianggap sebagai pengalaman kemanusiaan bagi pelancong agar dapat menghormati warga lokal. Wisatawan juga mengulurkan bantuan dalam beragam bentuk yang memang dibutuhkan oleh komunitas di kawasan ini.

Rio de Janeiro, Brasil

Wisata Slum
Favela di Rie de Janeiro via shutterstock

Sao Paulo dan Rio de Janeiro merupakan dua di antara kawasan kumuh (favela) di Brasil. Bila film atau media menggambarkan area ini penuh obat-obatan terlarang, maka slum tourism berusaha mengajak pelancong melihat sisi lainnya. Bahwa beragam komunitas tinggal di sini.

Pemandu wisata akan mengajak wisatawan tur keliling mengendarai mobil van maupun walking tour ke favela. Pelancong bukan hanya menyaksikan suasana tempat tinggal di sini, namun juga hiburan lokal, diajak pula ke pusat komunitas, maupun berkenalan dengan warga.

Nairobi, Kenya

Rumah Beratap Seng di Area Kumuh Nairobi via shutterstock

Wisata slum selanjutnya adalah Kibera, sebuah kawasan di Nairobi, Kenya, Afrika Timur. Rupanya di sekitar jalur kereta api zaman kolonial yang tidak berfungsi dan puing rumah-rumah lawas yang ambruk, terdapat permukiman padat penduduk. Rumah-rumahnya beratapkan seng bergelombang (lembaran besi tipis) dengan sanitasi buruk.

Pelancong slum tourism tidak sekadar ‘menikmati’ pemandangan tersebut, namun juga terlibat dalam kegiatan warga. Misalnya saja aktivitas daur ulang kertas untuk dijadikan kartu pos (postcards).

Dharavi-Mumbai, India

Wisata Slum
Kawasan Pariwisata Kumuh di Mumbai via shutterstock

Dapat dikatakan bahwa India merupakan lokasi wisata slum terpopuler di Asia, bahkan konon seluruh dunia juga. Salah satu daerah yang biasa dikunjungi adalah Dharavi di Mumbai. Sesungguhnya dahulu kawasan ini merupakan kampung nelayan, namun kelamaan areanya sangat padat penduduk.

Bangunan rumah di Dharavi cenderung berukuran kecil namun sangat banyak dan berdempetan satu sama lain. Jalanan dan selokannya yang sempit pun dipenuhi sampah.

Sekalipun tinggal di kawasan kumuh, warga Dharavi sendiri bekerja di pabrik rumahan penghasil beragam produk. Di antaranya garmen, kulit, tembikar, dan plastik. Hasilnya ada yang sampai dijual ke luar India.

Penduduk di sini menyewakan rumah satu ruangan untuk pelancong yang berminat menginap di area ini. Sehingga wisatawan bukan hanya keliling Dharavi, tapi sekalian mengenal penduduk dan kehidupan mereka.

Jakarta, Indonesia

Wisata Slum
Daerah Kumuh Padat Penduduk di Jakarta via shutterstock

Rupanya pesona ibu kota Indonesia, Jakarta, bukan sebatas pada kehidupan serba modernnya, namun juga sisi lain di kawasan-kawasan kumuh. Pelancong yang datang bukan untuk menikmati kemegahan wisata Jakarta maupun kelezatan kulinernya. Melainkan melipir ke perkampungan padat penduduk di pinggir rel kereta api maupun bantaran sungai.

Rumah-rumah sederhana terletak berdempetan, sampah di sepanjang jalan, sanitasi yang kurang baik, maupun sungai kotor. Itulah pengalaman yang ingin dirasakan oleh para pelancong pariwisata kumuh.

Tidak jarang warga di area tersebut begitu bahagia melihat turis asing datang sampai menyempatkan diri untuk berfoto. Wisatawan mancanegara pun sering kali memberikan bantuan secara langsung kepada warga di sini.

Sebagian besar destinasi wisata slum melarang pelancong untuk mengambil foto, terutama orang-orangnya. Namun, belum diketahui dengan jelas bagaima detail dari aturan ini. Bagaimana menurut Teman Traveler mengenai tipe pariwisata ini? Next

ramadan
Suasana di Mahana Point

Mahana Point Bali, Resto Ini Biarkan Tamunya Lompat dari Ketinggian!

Siola, Tempatnya Jelajah Surabaya Layaknya Mesin Waktu