Sudah berjalan tiga hari tragedi Kanjuruhan telah menewaskan ratusan orang hanya dalam satu malam. Kejadian mengerikan ini pecah ketika pertandingan seru Arema melawan Persebaya pada Sabtu 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan Malang dengan skor 3-2 dimana tuan rumah mengalami kekalahan. Kerusuhan semakin tidak terhindarkan lantaran pihak pengamanan mulai menembakkan gas air mata yang berujung mematikan.
Baca juga : Mengenal Wisata Belanja Seoul yang Jadi Kunjungan BTS
Muhammad Alfiansyah
Berbagai korban dari penjuru Malang raya dan beberapa kabupaten di Jawa Timur ini telah mengubah hidup para korban. Salah satu bocah yang menjadi yatim piatu ini bernama Muhammad Alfiansyah dengan umur 11 tahun. Kedua orang tuanya telah masuk menjadi deretan korban meninggal dunia. Bocah yang beralamat di Bareng, Malang Jawa Timur ini menonton dengan kedua orang tuanya M Yulianto berumur 40 tahun dan ibundanya Devi Ratna S berumur 30 tahun datang bersama saudaranya yakni Doni, paman Alfiansyah.
Sang Paman berusaha mencari saudaranya itu dan telah menumukan Alfiansyah yang berhasil keluar diantar oleh seorang polisi. Dengan wajah ketakutan, bocah ini menceritakan jika kedua orang tuanya masih didalam stadion. Beberapa kemudian, Sang paman telah melihat tubuh kedua orang tua Alfian digotong keluar stadion dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Dengan wajah yang sudah membiru akibat berdesakan keluar ditambah gas air mata yang mulai menyebar.
Menurut kesaksian pamannya, gas air mata pertama kali ditembakkan disekitaran sisi lapangan. Entah mengapa gas air mata itu mulai ditembaki diarah tribun pintu 12. Doni selaku paman Alfian ini sempat merasa aman karena posisinya di pintu 14, namun belum juga sempat keluar, asap gas air mata ini mulai menyebar ke arah pintu 14.
Rizky Pulang Selamanya dengan Sepatu Baru
Rizki adalah warga Probolinggo yang tengah melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Jember. Dia pulang ke Probolinggo dengan sepatu barunya yang dibeli untuk dipakai ketika menonton pertandingan tim kesayangannya. Pembelian sepatu baru ini berkat hadiah dari sang ibu tercinta.
Rizki berangkat bersama empat temannya dengan memakai sepeda motor menuju Stadion Kanjuruhan Malang masih sempat berpamitan dengan sang ayah, Bambang Trisula. Tak disangka hari itu adalah hari terakhir sang ayah bertemu dengan putranya. Sedihnya, sebelum berangkat Rizki masih sempat bertukar kaos dengan sang kakak yang tidak bisa ikut menonton dengannya. Hingga pecahnya kericuhan ini, Rizki telah dimakamkan di TPU desa kelahirannya.
Muka Sedih Ketika Antar Sahabat Pulang Selamanya
Pendukung Arema berasal dari Jember ini harus pulang selamanya menggunakan mobil ambulan. Tak disangka, Faiqotul Hikmah menjadi salah satu korban kerusuhan Kanjuruhan membuat hati Mukid sang sahabat terasa terpukul. Kesedihan ini begitu cepat lantaran beberapa jam sebelumnya masih bersama berboncengan. Namun apa daya, Tuhan berkehendak lain menjadikan nyawa Faiqotul tak terselamatkan.
Awalnya Mukid tidak bisa masuk kedalam stadion lantaran tidak memiliki tiket, sedangkan temannya Faiq dapat masuk karena masih kebagian tiket. Namun sebelum pertandingan selesai, Mukid mendengar kericuhan didalam stadion dan Mukid hanya memikirkan kondisi temannya ini. Dia mulai mencari sahabatnya dengan berbagai upaya. Tak lama dia telah berhasil masuk stadion dengan membeli tiket di calo dan mulai menerobos masuk kedalam stadion dengan menahan perihnya mata imbas gas air mata.
Hingga satu jam lamanya Mukid mencari temannya itu telah membuahkan hasil namun kondisi Faiq sudah tidak bernyawa dan tubuh tertutup kain. Hingga saat ini telah tercatat korban jiwa sebanyak 129 orang dan lebih dari 400 orang masih dirawat di rumah sakit yang tersebar di Malang raya. Next