Banyuwangi adalah salah satu kota paling ujung Timur pulau Jawa. Berbagai macam wisata alam dan budaya kerap memberi kemeriahan kepada para traveler yang berkunjung ke kota ini. Salah satu budaya yang menjadi tradisi unik di bumi Blambangan ini adalah memengan. Memengan dalam bahasa Banyuwangi adalah permainan. Memengan biasanya hadir dalam bentuk festival yang biasa digelar setahun sekali. Festival ini bertujuan untuk melestarikan sekaligus mengenalkan kembali permainan tradisional kepada anak-anak.
Baca juga : Dermaga Mangrove Baluran, Pesona Paripurna di ‘Africa van Java’
Festival ini digelar oleh pemerintah Banyuwangi tidak hanya sebatas even wisatawan. Namun sebagai bentuk upaya prihati atas pengaruh game online dalam dunia permainan anak-anak. Pelestarian ini sekaligus mengenalkan kembali permainan tradisional kepada Anak-anak agar tidak tergerus dalam perubahan jaman. Dan mengajak anak anak untuk tidak main gadget selama seharian penuh.
Festival Memengan akan berlangsung ditanggal 20 Juli 2022 ini akan menampilkan berbagai permainan tradisional lokal Banyuwangi dan sebagian permainan khas Nusantara dan umum di wilayah Provinsi Jawa Timur ditampilkan oleh ribuan Anak-anak. Ada egrang bambu, egrang batok kelapa, gasingan, bedhil-bedhilan, gobag sodor, engklek, lintang aliyan, tarik tambang, dagongan, hulahop, lompat tali, mobil-mobilan bambu serta masih banyak lagi.
Tahun lalu, festival ini dimeriahkan oleh anak anak sejumlah kurang lebih 5000 usia sekolah dasar se Kabupaten Banyuwangi. Sambil bermain mereka saling unjuk kekompakan di sepanjang jalur 2 kilometer. Permainan tradisional sebagian besar membutuhkan kelompok untuk dimainkan bersama teman sebaya. Hal ini yang membedakannya dengan game di gawai yang membuat anak cenderung menyendiri.
Pada dasarnya permainan tradisional juga tidak bersifat statis. Anak-anak bakal belajar kreatif dengan membuat permainan dari bahan alam di sekitarnya, seperti bambu, tali, kayu, batu, ranting dan sebagainya. Keunikan lainnya bisa dirakit dengan pelepah pisang didesain menjadi pistol, kulit jeruk pamelo menjadi mobil-mobilan. Hal ini menjadi momen nostalgia pada pemuda pemuda kelahiran tahun 90 an.
Selain Festival Memengan, sejumlah komunitas yang didirikan warga di Banyuwangi juga bergerak untuk melestarikan permainan Anak-anak. Dan pastinya mengenalkan kembali kepada anak-anak sehingga mereka tidak terpacu dengan habdphone adanya game online yang semakin marak, membuat mereka semakin individualis. Sisi lain, ada komunitas dari Kampoeng Baca Taman Rimba di Kalipuro yang rutin mengajarkan kembali permainan tradisional kepada anak-anak tiap akhir pekan.
Berdirinya Kampoeng Batara ini adalah bagian dari prihatinnya anak anak jaman sekarang yang lebih memilih bermain menggunakan gadget. Harapannya, dikala usia Sekolah Dasar, anak anak ini tidak melulu pegang handphone, mereka juga perlu bermain bersama kawan kawan untuk lebih mengeksplore disisi budaya dan tradisi. Next