Namanya jembatan pasti dimana-mana memiliki bentuk yang hampir serupa. Tapi ada yang beda dengan Jembatan Tano Ponggol di Sumatera Utara yang menghubungkan daratan utama Pulau Sumatera dengan Pulau Samosir yang ada di tengah Danau Toba. Penasaran ingin tahu apa bedanya jembatan ini dibanding dengan yang lainnya? Simak ulasan berikut ini.
Baca juga : Pulau Salah Namo di Sumatra Utara, Surga Bawah Laut Selat Malaka
Traveler pasti tahu dong dengan Pulau Samosir, ini adalah pulau di tengah Danau Toba. Nah, selain menggunakan perahu ternyata untuk menuju ke pulau tersebut bisa dilakukan melalui akses darat via jembatan. Jembatan Tano Ponggol inilah yang menjadi penghubung kedua daratan tersebut. Lantas apa yang menarik dengan jembatannya?
Sekilas jembatan ini memang tidak istimewa-istimewa amat. Bentuknya sederhana layaknya jembatan lainnya dengan panjang hanya 20 meter saja. Tapi tahukah kamu jika saja waktu itu tidak dibangun jembatan ini maka tidak ada yang namanya Pulau Samosir. Loh kog bisa? Jadi ceritanya Pulau Samosir ini dulunya satu daratan dengan Pulau Sumatera.
Pulau Samosir adalah sebuah tanjung yang terhubung dengan daratan Pulau Sumatera yang letaknya di sisi timur danau, daerah tersebut bernama Pangururan. Namun pada masa penjajahan Belanda, sekitar tahun 1907 dibuatlah rencana pembangunan sebuah terusan sepanjang 1,5 km yang kemudian benar-benar memisahkan Pulau Samosir dengan daratan utama Pulau Sumatera.
Kedua daratan yang terpisah kemudian dihubungkan dengan sebuah jembatan yang kini dikenal dengan nama Jembatan Tano Ponggol dengan lebar hanya sekitar 20 meter saja. Nama jembatan ini dalam bahasa setempat memiliki arti “Tanah Yang Dipotong.” Di harapkan dengan dibangunnya terusan ini kapal-kapal bisa mengelilingi Pulau Samosir dengan mudah.
Pembuatan terusan ini tak luput pula dari kisah pilu dimana selama 3 tahun warga diharuskan kerja paksa tanpa digaji oleh Belanda. Sayangnya meski terusan tersebut berhasil terealisasi namun entah karena faktor apa terus terjadi pendangkalan yang mengakibatkan kapal-kapal besar tetap tidak bisa melintasinya. Akhirnya jembatan ini hanya menjadi tidak lebih dari sekedar jembatan kampung saja.
Padahal jika pemerintah memperhatikan dengan melakukan perbaikan infrastruktur bisa saja jembatan ini menjadi destinasi wisata yang menghasilkan pendapatan. Terlebih jembatan ini sudah punya modal bagus lewat kisahnya yang menjadi cikal bakal terbentuknya Pulau Samosir. Next