Swiss bukan hanya terkenal akan objek wisatanya yang menawan. Tumpukan salju hingga pesona Pegunungan Alpen memang penuh dengan pesona, tapi kuliner di sana juga tidak kalah menarik. Diam-diam, banyak loh warganya yang gemar mencicipi makanan khas Indonesia, mulai dari Nasi Goreng hingga Gudeg.
Baca juga : Lihat, Ini Fungsi Kamera GoPro yang Sebenarnya!
Kesempatan tersebut ternyata banyak dimanfaatkan oleh orang Indonesia yang tinggal cukup lama di sana. Mereka membuka usaha dan menjual kuliner tradisional Nusantara yang belum populer di Swiss. Tidak hanya WNI yang sudah lama tinggal di negara cantik ini, ada loh orang yang rela meninggalkan pekerjaannya dan memutuskan untuk membuka usaha di kota besar Swiss.
Salah satunya adalah Rio Vamory yang telah berhasil mendirikan kedai Sate di Hallwylerstrasse, Zurich. Berada di depan restoran Asia Tisch, warung milik Rio cukup ramai. Uniknya, ia menjual produknya tidak di dalam ruangan, melainkan di pinggiran trotoar jalan seperti di Indonesia. Setiap hari, gerobak roda tiga miliknya dikerumuni oleh banyak orang. Bukan hanya warga Swiss saja, beberapa orang Indonesia juga berlangganan membeli sate buatan Rio. Tidak hanya menjual sate saja, ternyata Rio juga menyajikan bakso, rendang dan soto ayam yang tentu Indonesia banget.
Untuk membangun bisnis makanan di Swiss, memang gampang-gampang susah. Hal tersebut juga diakui oleh Rio. Seperti yang kita ketahui, bahan serta makanan di sana sangat mahal. Tidak hanya itu, warga Swiss juga lebih memilih makanan mahal tapi enak dibandingkan harga miring. Namun, kegigihan Rio patut diacungi. Ia kerja keras mengumpulkan modal dari investor hingga tembus 12.000 frank Swiss atau sekitar Rp150 juta. Tidak hanya itu saja, ia juga berjualan dari pintu ke pintu agar promosinya lebih maksimal.
Usut punya usut, ternyata Rio bukanlah seorang pedagang sate saat di Indonesia. Pria ini rupanya mantan banker yang mengaku tidak bahagia dengan pekerjaannya. Padahal, karir Rio saat menjadi pegawai Bank cukup cemerlang. Meski tidak lagi berpenampilan rapi dengan jas serta dasi, Rio tetap bahagia dengan usaha barunya. Apalagi orang tua Rio yang juga tinggal cukup lama di Swiss mendukung penuh usaha anaknya tersebut.
Kerennya lagi, pria 34 tahun ini ternyata menyisihkan satu frank dari hasil penjualan setiap porsi untuk disumbangkan demi kepentingan pelestarian alam di kampung halamannya, Sumatera. Wah, meski sudah lama tinggal di negara orang, Rio masih ingat dengan tanah kelahirannya ya! Nah, jika kamu berniat ke swiss yang terkenal sebagai destinasi liburan paling aman di dunia, coba mampir kedai milik Rio yang berada di kawasan restoran khas Asia. Next