Pacitan memiliki sebuah monumen dari salah satu pahlawan Indonesia yaitu Jenderal Sudirman. Monumen ini terletak di Desa Pakisbaru, kecamatan Nawangan. Sayangnya monumen yang sedianya diproyeksikan sebagai destinasi wisata sejarah ini malah sepi pengunjung. Kawasan monumen pun terlihat sedikit kurang terawat terlihat dari banyaknya lumut yang mulai tumbuh menutupi tangga-tangga di sekitar monumen.
Baca juga : Mengunjungi Desa Pancasila di Lamongan, Harmoni Budaya yang Tak Lekang oleh Zaman
Siapa sih yang tidak kenal dengan Panglima Besar Jenderal Sudirman? Seorang tokoh perjuangan sekaligus pahlawan kemerdekaan negeri ini yang begitu dikenal dengan taktik perang gerilyanya yang membuat penjajah kocar-kacir. Pacitan, kota kecil di ujung barat Jawa Timur ini menjadi bagian penting dari perjuangan sang Jenderal bersama pasukannya lebih dari tujuh dekade silam.
Sedikit untuk diketahui bahwa setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, negeri ini tidak serta merta lepas dari gangguan Belanda. Mereka masih saja berusaha untuk menguasai negara yang kaya akan rempah-rempah ini. Akibatnya pihak kompeni melakukan agresi militer di tahun 1949 dengan menyerang Jogja yang saat itu memiliki status sebagai ibukota negara.
Untuk menjaga kedaulatan negeri ini, pasukan Tanah Air yang dipimpin langsung oleh Jenderal Sudirman, melakukan perlawanan dengan menerapkan perang gerilya. Perang ini berlangsung selama tujuh bulan di mana tiga bulan di antaranya dihabiskan di Desa Pakisbaru, Pacitan. Untuk mengenang dan menghormati jasanya, Bapak Roto Suwarno yang merupakan mantan pengawal pribadi sang Jenderal membangun monumen ini.
Tapi apa yang terjadi setelah puluhan tahun berlalu, monumen ini jauh dari kata terawat. Mungkin para traveler masih ingat pemberitaan beberapa tahun lalu, di mana sebuah situs menyatakan bahwa kawasan Monumen Jenderal Sudirman yang lebih dikenal dengan istilah Mojensu ini dilelang ke luar negeri. Beberapa negara bahkan telah mengajukan penawaran yang nilainya tidak sedikit.
Barulah setelah berita meresahkan itu merebak, pemerintah kabupaten setempat melakukan langkah-langkah penyelamatan. Salah satunya dengan membebaskan lahan monumen untuk nantinya dikelola pemerintah setempat. Lagi-lagi, Indonesia seakan tidak peduli dengan tempat-tempat wisata yang sarat akan nilai sejarahnya. Bukankah Bung Karno telah berpesan pada warganya, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.
Menilik pada master plan pembangunan Mojensu, sebetulnya daerah wisata ini memiliki prospek yang cukup baik. Dimana nantinya daerah ini akan dilengkapi dengan diorama seperti di Monas. Di dekat kawasan monumen juga telah dibangun banyak villa dengan pemandangan yang keren berupa hutan pinus yang menyegarkan.
So, yuk mulai sekarang jangan cuma jalan-jalan ke pantai saja. Kunjungi pula Monumen Jenderal Sudirman di Nawangan ini. Apalagi pengunjung yang datang hanya diminta untuk membayar biaya seikhlasnya sebagai biaya perawatan. Daerah dimana monumen ini berada pun sangat sejuk karena berada di daerah pegunungan. Next