Pacitan, kota kecil di ujung barat Jawa Timur memiliki satu destinasi wisata yang sarat akan nilai historisnya. Adalah Monumen Jenderal Sudirman atau lebih dikenal dengan sebutan Mojensu, sebuah monumen berbentuk patung Jenderal Besar Sudirman berukuran raksasa di mana di lokasi tersebut menjadi saksi bisu perang gerilya kala mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia.
Baca juga : Jangan Sampai Kehabisan! 10 Kue Kering Lebaran yang Kini Jadi Incaran
Setelah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia tidak serta merta lepas dari gangguan Belanda. Mereka belum merelakan negara kaya akan rempah-rempah yang telah mereka jajah selama berabad-abad merdeka begitu saja. Para Kompeni terus melakukan agresi militernya untuk kembali menguasai negeri ini.
Puncaknya terjadi pada tahun 1949 saat Belanda melakukan agresi militer dengan menyerang Yogyakarta yang pada saat itu adalah ibu kota Indonesia. Untuk mempertahankan kedaulatan Tanah Air, pasukan yang dipimpin langsung oleh Jenderal Sudirman melakukan strategi perang gerilya selama tujuh bulan.
Dari tujuh bulan masa perang gerilya, 3 bulan lebih dihabiskan di Desa Pakis Baru, Nawangan Pacitan. Dari sanalah beliau memimpin perang termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Untuk itu, sebagai upaya mengenang perjuangan Jenderal Sudirman dan pasukannya, dibangunlah monumen ini oleh salah satu mantan pengawal pribadinya yaitu Bapak Roto Suwarno.
Monumen Jenderal Sudirman dikenal luas oleh masyarakat Pacitan dengan nama Mojensu yang tidak lain adalah singkatan namanya saja. Monumen ini berada di Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan. Jalan menuju ke lokasi sudah beraspal mulus namun masih sempit sehingga butuh konsentrasi penuh selama berkendara.
Selain sebagai monumen peringatan, Mojensu juga dikembangkan sebagai kawasan wisata sejarah. Di gerbang masuknya terdapat pilar-pilar berisi lukisan setiap aktivitas Jenderal Sudirman selama memimpin perang gerilya. Di dalam bangunannya juga terdapat diorama senada dengan lukisan di dinding gerbang masuk.
Anda juga dapat berkunjung ke rumah persembunyian Jenderal Sudirman yang berjarak kurang lebih 2 km dari monumen. Banyak barang-barang peninggalan di rumah tersebut termasuk keranjang asli yang pernah menjadi tempat tidur beliau. Masuk ke kawasan ini tidak dipungut tarif pasti, setiap pengunjung hanya diminta membayar uang seikhlasnya sebagai dana perawatan. Yuk, berkunjung ke Mojensu sambil belajar sejarah! Next