Kota Bandung memang menjadi tumpuan wisata alam Jawa Barat yang kian marak. Tak cukup disitu, wisata kulinernya pun tak boleh dilewatkan begitu saja. Hal ini menjadi alasan banyak wisatawan yang berbondong bondong memadati kota kembang ini diakhir pekan. Tak heran, puncak kemacetan di Bandung terjadi pada hari Sabtu dan Minggu. Dimana orang-orang yang bekerja memenuhi imunnya dengan berlibur di akhir pekan, sehingga fresh untuk menjalani beberapa hari ke depan.
Baca juga : Tempat Makan di Jaksel Buka 24 Jam, Bebas Nongkrong Seharian!
Tanpa berfikir panjang, ada salah satu wisata yang penuh dengan nilai nilai leluhur yang begitu kental dan menjiwai serta tetap menjaga nilai tradisi dan leluhur. Namanya adalah Rumah Adat Cikondang, yang Berlokasi di Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat tentunya cukup dekat dengan wilayah kota. Hanya membutuhkan waktu 70 menit perjalanan, kamu sudah sampai di lokasi Cikondang.
Meski demikian, teman traveler perlu mengecek hari, karena tidak sembarang untuk berkunjung kesana. Di hari-hari tertentu, seperti Selasa, Jumat, dan Sabtu merupakan hari pantangan untuk tamu datang. Bagi perempuan yang sedang mengalami menstruasi sangat tidak diperbolehkan untuk masuk ke rumah adat ini.
Kampung adat ini adalah perkampungan dengan konsep arsitektur tradisional. Berdiri diatas lahan seluas 4 Ha dengan total 40 rumah adat yang ada di Desa terpencil di lereng Gunung Tilu Pangalengan. Bentuknya sungguh minimalis namun mengandung banyak arti. Rumah disini memiliki 1 pintu yang mempunyai arti satu kepercayaan hanya kepada allah SWT. 5 jendela mempunyai arti rukun Islam dan 9 penyekat jendela mempunyai arti tentang sejarah Islam di Indonesia disebarkan oleh sembilan tokoh islam atau disebut dengan Wali Songo.
Untuk interior didalamnya, memiliki fungsi masing masing seperti rumah biasa. Bedanya terdapat gowang yang digunakan untuk menyimpan beras dan alat-alat dapur serta kamar larangan yang memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda keramat. Dalam setahun sekali kamar larangan biasa dikontrol oleh Anom Juhana sebanyak dua kali.
Hal yang menarik, di gowah terdapat sereh, jambe, apu, dan gambir. Menurut Anom, ketika disatukan akan berubah menjadi warna merah. Dimana memiliki arti bahwa kita sebagai manusia bermasyarakat tentu harus sagetih, repeh, rapih, duduluran yang berarti harus mempunyai sikap saling memiliki dan menjaga satu sama lain. Next