Suku Dayak yang tersebar di seluru penjuru Kalimantan merupakan salah satu suku asli Bangsa Indonesia yang dikenal memegang teguh adat dan tradisi. Budayanya kaya, lahir dari adat istiadat sub suku yang beragam. Tiga di antara sub suku terbesar adalah Suku Dayak Paser di Penajem Paser Utara, Dayak Kenyah di kawasan Sungai Kelay, dan Dayak Kayan di daerah aliran Sungai Mahakam bagian hulu.
Baca juga : Asyiknya Liburan di Semarang, Banyak Destinasi Gratisan!
Salah satu tradisi Suku Dayak yang unik adalah tradisi memanjangkan cuping telinga di antara perempuan bangsawan dayak. Lalu, apa latar belakang dan tujuan tradisi tersebut? Mengapa hanya kaum bangsawan yang boleh melakukannya? Yuk simak ulasan Travelingyuk berikut!
Telingaan Aruu dengan Beragam Tujuan
Telingaan Aruu merupakan tradisi di mana perempuan maupun lelaki Suku Dayak memanjangkan cuping telinga. Adat ini memiliki beragam tujuan, berbeda-beda pada tiap sub sukunya.
Perempuan bangsawan Dayak Kenyah memanjangkan cuping telinga untuk menunjukkan statusnya. Bagi Dayak Kayan, pria bangsawanlah yang memanjangkan cuping telinga, sedangkan untuk kaum perempuannya merupakan simbol apakah dia seorang bangsawan ataukah budak.
Bagi sub Suku Dayak lainnya, cuping telinga panjang menunjukkan usia. Sebab mereka memasang hisang alias anting logam setiap pertambahan umur. Tradisi ini juga merupakan simbol kecantikan bagi para perempuan.
Ada pula anggapan di mana perempuan dengan cuping panjang dianggap memiliki kesabaran tinggi dan mampu bertahan walau menderita. Dikarenakan umumnya orang bertelinga panjang juga dirajah secara tradisional tangan dan kakinya.
Proses Telingaan Aruu
Proses telingaan aruu dimulai semenjak masih bayi. Cuping telinga mereka dilubangi lalu dipasang benang. Kemudian diberi pintalan gabus yang rutin diganti, agar lubang telinga semakin membesar. Supanya cuping memanjang, dipakailah hisang pada lubang telinga tersebut. Umumnya ditambah setiap tahun seiring bertambahnya usia.
Suku Dayak dengan Telingaan Aruu
Telingaan Aruu merupakan tradisi menarik bagi Suku Dayak. Namun tidak semua sub suku menganut adat tersebut. Beberapa yang mengikutinya adalah Dayak Bahau, Kenyah, Kayan, Aoheng, Penihing, Penan, Kelabit, Sa’Ban, Taman, dan Punan.
Menemui Suku Dayak
Memanjangkan telinga merupakan tradisi yang terbilang langka. Sehingga tidak sedikit yang ingin bertemu dengan mereka. Salah satu kampung wisata yang dihuni oleh Suku Dayak telinga panjang adalah Desa Budaya Pampang di Jalan Wisata Budaya Pampang Nomor 32, Kelurahan Budaya Pampang, Kecamatan Samarinda Utara, Samarinda, Kalimantan Timur.
Teman Traveler akan bertemu dengan orang Suku Dayak Kenyah dengan telinga panjang. Walau memang jumlahnya bisa dihitung jari. Bukan hanya itu, di sini kalian bisa mengenal mereka lebih dekat lewat pertunjukan budayanya.
Tidak Lagi Diteruskan
Tradisi telingaan aruu tidaklah diteruskan oleh generasi sekarang. Sehingga orang Suku Dayak telinga panjang yang akan ditemui usianya sudah lanjut, mulai dari 70-90 tahunan.
Terdapat beberapa faktor mengapa sudah tidak lagi lestari. Dua di antaranya adalah telinga panjang sudah tidak relevan dengan semakin majunya zaman dan adanya cap kuno.
Sungguh luar biasa kaya budaya Suku Dayak termasuk kisah tentang telinga panjang. Bila Teman Traveler bertujuan untuk wisata budaya , sempatkan mengenal mereka lebih dekat, ya. Next