Lombok selama ini terkenal keindahan alamnya, mulai dari pantai hingga gunung. Namun tak banyak yang tahu bahwa mereka juga punya warisan budaya yang kaya. Di Desa Wisata Sade, wisatawan bisa mengamati uniknya kehidupan Suku Sasak.
Baca juga : Curhatan Pramugari Saat demonstrasi keselamatan pra-penerbangan
Suku Sasak merupakan penduduk asli Pulau Seribu Masjid. Desa Sade sendiri sudah tumbuh sejak 1079 M dan hingga ini masyarakatnya masih menerapkan kebiasaan dan tradisi kuno tanpa pengaruh modernisasi. Berikut adalah gambaran selengkapnya dari kontributor Travelingyuk, Rahma Puspita.
Tak Ada Pungutan Tiket
Warga sekitar biasa menyebut Desa Sade dengan istilah Sasak Village Sade. Lokasinya ada di Rembitan, Lombok Tengah. Dari pusat kota Mataram jaraknya sekitar 30 meter.
Masuk ke kawasan ini tidak perlu membayar tiket, namun beri sumbangan secara sukarela. Jangan lupa sisihkan uang untuk tips guide. Rahma sendiri ditemani oleh seorang pemandu kala mengelilingi Desa Sade, sembari mendapat penjelasan soal sejarah dan beragam keunikan Suku Sasak.
Kebiasaan Unik Masyarakat Sasak
Desa Sade merupakan perkampungan kecil yang dihuni 150 kepala keluarga. Bila ada keluarga yang baru saja melaksanakan perkawinan, mereka harus tinggal di luar perkampungan. Hal ini dilakukan untuk menjaga adat dan tradisi Suku Sasak.
Rumah-rumah warga hanya beratapkan jerami kering sedangkan lantainya berasal dari kotoran kerbau. Biasanya setiap rumah memiliki ruangan khusus sebagai tempat tidur anak gadis. Bagian unik ini hanya beralaskan tikar dan berdampingan langsung dengan dapur tradisional. Pintu rumah dibuat tidak terlalu tinggi, alasannya agar setiap orang yang lewat selalu menunduk untuk menunjukkan rasa hormat dan sopan.
Banyak hal menarik lainnya dari kehidupan Suku Sasak. Salah satunya adalah kawin lari (merari). Kawin lari merupakan tradisi kaum laki-laki menikahi perempuan yang disukainya. Pihak pria akan ‘melarikan’ sang wanita ke rumah kerabatnya dan diinapkan di sana. Setelah itu barulah prosesi lamaran dilangsungkan.
Suku Sasak dan Kain Tenun
Pekerjaan sehari-hari masyarakat Sasak adalah petani dan penenun kain. Hasil pertanian disimpan dalam sebuah rumah khusus. Ruang penyimpanan ini cuma boleh dimasuki laki-laki setempat yang sudah menikah. Sementara itu, hasil kain tenun biasanya dijual ke wisatawan.
Menariknya, pengunjung bisa belajar menenun bersama warga sekitar secara langsung. Kemampuan menenun sangat vital dalam budaya Sasak, wanita setempat biasanya mulai diwariskan pengetahuan soal ini sejak usia remaja. Harapannya, ia bisa ikut membantu perekonomian keluarga.
Suvenir Menarik
Setelah puas berkeliling pengunjung bisa membeli cinderamata menarik, seperti sarung tenun, replika rumah adat, dan aksesoris. Harga kain tenun relatif mahal karena dibuat secara tradisional dan menggunakan pewarna alami. Diperlukan keahlian menawar agar mendapatkan harga yang sesuai.
Itulah tadi sekilas gambaran mengenai pesona Desa Sade dan uniknya kehidupan Suku Sasak. Bagaimana, ada yang sudah berencana liburan ke Lombok dan datang ke sana dalam waktu dekat? Next