Wakatobi sudah lama dikenal dengan panorama bawah lautnya yang sangat indah. Demi semakin menarik minat wisatawan, pemerintah setempat mengadakan festival reguler tiap tahunnya. Untuk itulah Wakatobi Wave 2018 digelar.
Baca juga : Jalan Pahlawan Madiun Siap Manjakan Pengunjung dengan Spot Barunya
Seperti gelaran serupa di tahun-tahun sebelumnya, Wakatobi Wave 2018 berlangsung semarak. Beragam pertunjukan budaya menarik disuguhkan pada para penonton. Selengkapnya mari kita simak laporan kontributor Travelingyuk, Dody Wiraseto.
Pesta Budaya dan Alam
Awal tahun ini Kementrian Pariwisata merangkum deretan agenda pariwisata nasional dalam ‘100 Calender of Event’. Saya bersyukur, karena daftar tersebut berisi penjelasan singkat soal acara yang akan digelar. Saya pun jadi semakin mudah menyusun bucket list tempat yang ingin dikunjungi.
Salah satu event yang masuk dalam daftar tersebut adalah Wakatobi Wave 2018. Wakatobi sendiri adalah destinasi idaman dengan alam bawah laut yang terkenal. Daerah ini juga merupakan satu dari 10 destinasi prioritas Kemenpar yang digadang-gadang sebagai Bali baru Indonesia.
Maka dari itu, Wakatobi Wave 2018 adalah salah satu acara yang saya tunggu-tunggu. Bahkan saya sudah mempersiapkan semuanya secara matang sejak tiga bulan sebelum acara, yang diadakan pada 11-13 November 2018.
Wakatobi merupakan gabungan dari Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Wakatobi Wave tahun ini diadakan di Pulau Wangi-Wangi.
Saya tidak ingin ketinggalan melihat serunya pertunjukan budaya, sekaligus panorama alam bawah laut di sana. Dari rangkaian acara yang sudah dirilis, salah satunya berisi kegiatan fun dive di Pantai Cemara. Rasanya tak sabar lagi.
Dibuka dengan Karnaval Budaya
Menurut jadwal, pembukaan baru akan dimulai pukul 13:00. Namun saya sudah berada di lokasi sejak pukul 10:00. Saya tak ingin ketinggalan melihat masyarakat sekitar mempersiapkan karnaval budaya serta pertunjukan -tarian kolosal.
Riuh rendah tawa anak-anak menyemarakkan suasana pagi itu. Sambil berbaris rapi, mereka berjalan menuju Lapangan Merdeka. Lengkap dengan semua aksesoris. Saya pun merasa kian bersemangat.
Walau sempat molor hingga pukul 14:00, karnaval budaya yang jadi acara pembuka tetap sanggun mengundang decak kagum saya. Di tepi jalan, wisatawan lokal serta mancanegara bersiap mengabadikan momen.
Masyarakat sekitar juga tidak ketinggalan ingin berfoto bersama peserta karnaval. Selain karnaval budaya, acara pembukaan juga diisi Ritual Kansoda’a yang juga jadi daya tarik tersendiri.
Ritual Kansoda’a
Dalam prosesi adat Kansoda’a, ritual yang dilakukan setahun sekali, para wanita didandani dengan pakaian adat lengkap plus aksesoris warna cerah. Para perempuan belia tersebut duduk di atas tandu kayu berukuran besar dan diarak.
Sepanjang jalan mereka akan bernyanyi dan berteriak-teriak. Tandu juga akan diguncangkan ke segala arah. Sementara perempuan yang berada di dalam tidak boleh menunjukkan rasa takut sebagai simbol kedewasaan.
Atraksi ini sangat menarik perhatian. Bahkan Asisten Deputi Strategi Komunikasi Pemasaran I Kementerian Pariwisata Hariyanto memberikan acungan jempol. “Ada keunikan dan kearifan lokal dari acara ini. Ini sangat penting sebagai 100 Calendar of Event. Dan, itulah ciri dari pariwisata,” jelasnya.
Acara pembukaan ditutup dengan pertunjukan kolosal. Salah satunya adalah Lariangi, tarian tertua di Wakatobi. Tidak hanya menunjukkan gerakan epik, tata rias para penarinya pun sangat ikonik. Potongan rambut para penampil dibuat seragam dan ini sudah dipersiapkan sebulan sebelum acara dimulai.
Fun Dive Nikmati Panorama Bawah Laut
Keesokan harinya Wakatobi Wave 2018 diisi dengan Fun Dive. Sebagai salah satu peserta acara ini, saya sangat bersyukur karena bisa menjajal diving gratis dengan didampingi para instruktur profesional.
Lokasinya di Pantai Cemara, kawasan yang memiliki beragam terumbu karang memikat. Seharian penuh menikmati alam bawah laut yang indah, saya hanya bisa mengucap satu kata. Luar biasa!
Panjat Pinang Sebagai Penutup
Hari ketiga, Wakatobi Wave 2018 dilanjutkan dengan panjat pinang di atas laut. Acara ini sekaligus jadi penutup segala keceriaan yang dirasakan masyarakat sekitar, usai dua hari penuh disajikan aneka hiburan mulai dari pesta rakyat hingga musik.
Peserta panjat pinang terdiri dari murid SD hingga SMP di Wangi-Wangi. Seiring matahari terbenam, pesta alam dan budaya ini meninggalkan kesan mendalam.
Tidak rugi saya mempersiapkan semuanya sejak jauh hari, karena semua ternyata melebihi ekspetasi. Semoga tahun depan bisa kembali menikmati pesta budaya Wakatobi. Next