Jepang juga menyediakan tempat penginapan berupa kuil yang masih aktif digunakan dan dihuni para biksu, yang dikenal dengan istilah shukubo. Kota yang paling populer dengan shukubo-nya adalah Koyasan, salah satunya Kuil Biksu Kumagaiji. Penasaran? Simak yuk bermalam di kuil berikut ini.
Baca juga : Jalan-jalan di Kastil Narikala, Nikmati Indahnya Sore Tbilisi
Tentang Koyasan
Koyasan, yang berarti gunung Koya, adalah kota kecil yang berada di Prefektur Wakayama dengan ketinggian 900 meter diatas permukaan laut.Sejak ditemukan pada tahun 819 oleh Kukai (yang kemudian dikenal sebagai Kobo Daishi), Koyasan berkembang menjadi pusat kegiatan agama Budha beraliran Shingon di Jepang selama 1200 tahun terakhir.
Kota yang berpenduduk 7000 jiwa ini semakin populer di mata wisatawan dunia sejak UNESCO menganugerahkannya sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 2014.
Pemesanan dan Biaya Penginapan
Untuk mencari kuil dengan fasilitas penginapan bagi wisatawan tidaklah sesulit yang dibayangkan karena beberapa diantaranya sudah terdaftar di laman-laman utama seperti Agoda dan Booking.com. Terlebih, nama-nama kuil yang tertera di kedua laman tersebut umumnya mempunyai staf yang mampu berbahasa Inggris cukup baik.
Untuk kunjungan sehari ke Koyasan, saya memesan standard single room di kuil Kumagaiji melalui Agoda.com seharga 7000 Yen atau Rp 850.000 termasuk makan pagi.
Secara garis besar, harga rata-rata menginap di kuil dimulai dari 7000 Yen hingga diatas 20.000 Yen atau Rp 850.000 hingga diatas Rp 2.500.000 per malam. Kamu dapat memilih paket kamar yang termasuk makan pagi, makan pagi dan malam sekaligus, atau tidak termasuk dua-duanya.
Fasilitas Dalam Kuil, Ada WiFi!
Berada di dalam kuil dijamin tidak membuat kamu terasing dari dunia luar karena selain terdapat TV di dalam kamar, jaringan wifi-nya sangat cepat dan lancar.
Seluruh kamar di kuil menggunakan ranjang futon, lantai tatami dan kamar mandi yang terpisah seperti penginapan tradisional Jepang pada umumnya. Sudah tentu peralatan mandi tersedia dengan lengkap. Uniknya, meja makannya dilapisi dengan electric blanket untuk menghangatkan paha dan kaki akibat cuaca dingin di kota yang terletak di dataran tinggi ini.
Kolam air panas untuk berendam atau onsen adalah fasilitas gratis yang jangan disia-siakan karena membantu melepas lelah setelah aktivitas seharian sekaligus menenangkan pikiran.
Sebagai catatan, kamar-kamar untuk penginapan dan ruang makan untuk wisatawan terpisah dari tempat tinggal para biksu walaupun masih dalam satu atap. Jadi, letak kamar kamu tidak mungkin berada di sebelah atau seberang kamar biksu.
Ruangan-ruangan lain di Kuil Biksu Kumagaiji yang menarik untuk dilihat adalah ruang tea ceremony dan beberapa ruangan lainnya yang hanya digunakan di saat-saat tertentu.
Kulineran Ala Biksu Jepang
Santapan sehari-hari para biksu Jepang adalah shojin ryori, makanan vegetarian yang sudah dikenal sejak abad ke-13. Kamu bisa menjumpai hidangan ini di restoran-restoran vegetarian di pusat kota dan penginapan dalam kuil.
Salah satu ciri khas dari shojin ryori adalah pengolahan makanan yang tidak menggunakan bumbu berbau menyengat seperti bawang putih dan bawang bombay.
Penggunaan bahan baku pun harus mempunyai 5 warna, yaitu merah, kuning, hijau, hitam dan putih, serta mengandung 5 macam rasa dalam 1 hidangan, dari manis, asin, pahit, asam dan gurih karena keseimbangan antara rasa dan warna dipercaya memberikan keseimbangan asupan gizi sehari-hari.
Sewaktu menginap di kuil Kumagaiji, saya hanya sempat menikmati hidangan ini saat makan pagi karena terlambat booking untuk paket makan malam.
Pada pagi itu, saya disuguhi tumisan okra dengan saus wijen, tumisan radish dan wortel iris, sup miso dan side dish rumput laut, plum dan sejenis perkedel tofu, dihidangkan dengan nasi putih pulen yang porsinya lumayan banyak.
Peran minyak wijen, kecap asin dan kaldu rumput laut adalah untuk menggantikan bawang-bawangan sebagai penyedap masakan tanpa menutupi, bahkan menguatkan rasa asli sayurannya yang manis segar.
Satu hal lagi yang baru saya sadari adalah daging imitasi khusus vegetarian tidak ada dalam shoji ryori. Namun hal tersebut tidak mengurangi kenikmatan kuliner vegetarian a la Negeri Sakura ini. Saya akui, kualitas makanan di kuil Kumagaiji memang pantas diancungi jempol karena kualitas dan kelezatannya yang terjaga.
Kegiatan Spiritual
Berbeda dengan menginap di hotel dan resort, aktivitas di dalam kuil bersifat lebih religius dan kultural. Kamu berkesempatan untuk mengambil bagian dalam prosesi upacara pagi untuk mendoakan arwah leluhur dan homa.
Upacara api untuk pembersihan diri secara spritual dan psikologis yang dimulai pada pukul 7 pagi sebelum sarapan. Walaupun tidak diwajibkan, tetapi akan menjadi pengalaman yang sangat menarik bila kamu mengikutinya.
Dalam upacara api misalnya, kamu diberikan stik kayu lempeng yang sedikit lebih panjang daripada batang es krim untuk menuliskan doa-doa dan harapan, nantinya akan dibakar di api dalam wadah yang diletakkan di altar supaya terkabul.
Selain itu, kamu dapat belajar meditasi, melukis di kain sutera serta kaligrafi yang masing-masing berbayar, mulai dari 500 Yen hingga 1000 Yen atau Rp. 65.000 hingga Rp. 140.000 per kelas.
Akomodasi yang unik tentunya merupakan salah satu faktor yang membuat liburan kamu berkesan dan tak terlupakan, apalagi tidak semua kota di Jepang memiliki penginapan seperti ini.
Bagaimana seru juga ya bermalam di Kuil Biksu Kumagaiji, jika berlibur ke Jepang tidak ada salahnya mencobanya. Jangan lupa masukkan dalam agenda liburanmu. Next