Jalanan penuh tanjakan, turunan, dan berkelok-kelok jadi satu-satunya akses menuju ke Kampung Pitu. Apalagi kalau kondisi cuaca sedang hujan, jalan akan jadi berlumpur dan sangat licin. Sepanjang jalan menuju kampung ini terasa begitu sunyi, mungkin hanya bisa sesekali bertemu dengan penduduk setempat. Namun senyum ramah tamah dari wajah mereka selalu terlihat senang ketika ada orang asing datang.
Baca juga : Cantiknya Gugusan Pulau Tawale, Serasa Surga Tersembunyi di Halmahera Selatan
Meskipun perjalanan terasa ekstrem, namun jalan sunyi itu kini sudah bisa dilalui dengan baik. Kamu bisa mencapai puncak Kampung Pitu dengan kendaraan roda dua atau empat. Sayangnya penerangan belum terlihat sama sekali di sepanjang jalan itu. Kampung Pitu merupakan kampung yang berada di atas Gunung Api Purba Nglanggeran, Pathuk, Gunung Kidul.
Kampung yang berada di atas gunung api purba itu tak hanya terkenal karena pesona alamnya. Di kampung itu ada keunikan tersendiri yang mungkin tidak akan bisa kamu jumpai di tempat lain. Seperti julukannya, kampung itu hanya boleh dihuni oleh 7 KK alias pitu atau tujuh kepala keluarga. Karena itu kampung di atas gunung api purba tersebut dijuluki Kampung Pitu.
Konon katanya, jika dihuni lebih dari tujuh KK, maka salah satu keluarga akan pergi dengan sendirinya. Entah karena tidak betah dan memilih pergi, atau pergi untuk selamanya dari dunia atau meninggal. Sedangkan jika jumlah KK-nya kurang, secara otomatis akan terisi dengan sendirinya. Cukup terkesan mistis memang. Seberapa pun banyaknya warga punya anak atau keturunan, Kampung Pitu tetap hanya boleh dihuni tujuh KK. Sudah pernah lima kali terjadi dihuni lebih dari tujuh KK. Salah satunya ada kisah anggota keluarga meninggal semua karena tetap memaksa tinggal di situ, meski di kampung tersebut sudah berjumlah 7 KK.
Kendati beberapa kali terjadi hal-hal yang tidak diinginkan itu, bukan berarti Kampung Pitu tidak bisa dihuni banyak orang. Menurut sesepuh, kampungnya mampu menerima hingga seribu orang, apabila mereka mau masuk jadi keluarga atau KK salah satu penghuni asli. Sisi lain ada kewajiban yang harus dilakukan penduduk asli kampung pitu ini adalah aksara empat dan aksara lima. Hingga kini masih menjadi rahasia yang tidak pernah diketahui oleh orang luar.
Berat bagi orang luar yang punya keinginan untuk tinggal di Kampung Pitu. Orang yang sudah boleh tinggal di situ adalah mereka yang sudah mendapatkan ‘wahyu’. Percaya atau tidak, seperti itulah yang terjadi. Masyarakat asli harus senantiasa menjalankan kejujuran, langgeng, dan melestarikan kampung. Misalnya tidak boleh marah-marah kepada keluarganya. Uniknya, selama ini kehidupan warga tetap berkecukupan. Gunung Kidul yang dikenal sering susah air, justru persediaan air tetap melimpah ruah di Kampung Pitu. Next