Kawasan Bantul dan sekitarnya tak hanya kaya dengan potensi alam luar biasa, namun juga variasi kuliner yang siap memanjakan lidah. Mulai dari gudeg hingga sate klathak, semuanya tersedia. Namun jika ingin merasakan sesuatu yang unik, datanglah ke restoran Ingkung Kuali.
Baca juga : Hutan Pinus Kalilo Purworejo, Sunyi Berasa Milik Sendiri
Ingkung sendiri merupakan sebutan untuk salah satu masakan khas di daerah Bantul. Bahan dasarnya adalah ayam kampung yang dimasak utuh satu ekor dan disajikan di atas piring yang sudah dilapisi dengan daun pisang. Sajian ini belakangan cukup populer di antara para wisatawan.
Ingkung Kuali termasuk salah satu restoran penyedia ingkung yang lumayan terkenal di Bantul. Di sini pengunjung bisa merasakan sajian ayam utuh dengan beragam varian rasa sembari duduk-duduk menikmati indahnya pemandangan alam pedesaan.
Travelingyuk berkesempatan berkunjung ke restoran Ingkung Kuali. Lokasinya berada di Kalakijo, Guwosari, Pajangan dan masih menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Bantul.
Begitu sampai, kami disambut dengan struktur bangunan besar berhiaskan bambu-bambu. Di dalamnya terdapat area makan yang lumayan luas. Selain itu di sekitar juga tampak sejumlah tempat untuk lesehan. Beberapa wastafel untuk cuci tangan dan toilet juga kelihatan.
Gunakan resep turun-temurun
Setelah selesai melihat menu dan memesan beberapa hidangan, rasa penasaran membawa tim redaksi datang ke area dapur untuk melihat langsung proses memasak ingkung, mulai dari menyiapkan bumbu hingga menyiapkan ayam untuk dimasak.
Para pegawai terlihat sibuk menyiapkan makanan yang sudah kami pesan. Ada yang mempersiapkan nasi dan minuman, ada pula yang meracik bumbu. Namun yang paling menarik adalah proses pematangan ayam di dalam kuali. Rupanya inilah yang menjadi alasan mengapa restoran ini mengusung nama ‘kuali’. Menurut salah satu pegawai yang kami temui, cara masak semacam ini sudah menjadi kebiasaan turun-temurun dari warga dusun Kalakijo.
Ayam yang digunakan pun tidak sembarangan, karena benar-benar ayam kampung asli yang hidup di pedesaan. Metode masaknya masih sangat tradisional, tanpa sentuhan alat modern seperti presto atau lainnya. Bahkan untuk sumber panas masih tetap setia menggunakan kayu bakar. Cara ini diyakini menghasilkan rasa yang khas dibandingkan ingkung lainnya.
Ingkung Kuali menyajikan ragam pilihan ingkung yang menggoda selera. Mulai dari ingkung original yang dimasak menggunakan santan, hingga variasi lain seperti rica-rica dan crispy. Semuanya dimasak menggunakan ayam utuh dan bisa disantap untuk porsi empat sampai lima orang.
Dari sesaji, berkembang berkat sentuhan Jepang
Selepas melongok ke area dapur, redaksi Travelingyuk berkesempatan bertemu dengan Sukar. Beliau adalah penggagas warung Ingkung Kuali dan lantas mengungkap sejarah menarik di balik restoran unik ini.
Sukar menjelaskan bahwa ingkung dulunya adalah makanan yang disiapkan sebagai sesaji dalam acara syukuran desa. Namun lambat laun berkembang menjadi hidangan khas yang menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan di daerah Bantul.
Ingkung Kuali sendiri didirikan oleh Sukar dengan tujuan membuka lapangan kerja bagi para pemuda yang ada di desanya. Ia bercita-cita memiliki sebuah usaha yang dibentuk oleh warga dan hasilnya juga dinikmati oleh warga sekitar.
Usaha Sukar tersebut awalnya sempat sulit berkembang, hingga pihaknya kemudian mendapatkan bantuan dari sisi pemasaran dan dana oleh Yayasan Hoshiyora. Yayasan bentukan Jepang tersebut mulanya didirikan untuk memberi bantuan pada warga Kalakijo yang menjadi korban gempa Bantul pada 2006 silam.
Berkat sentuhan dari Yayasan Hoshiyora, Ingkung Kuali kian berkembang pesat dan dikenal luas. Cita-cita Sukar pun tercapai karena keuntungan yang didapatkan dari usaha kuliner bentukannya kini sebagian disisihkan untuk membantu perkembangan pendidikan dan komunitas di wilayah sekitar Dusun Kalakijo.
Kelezatan yang tiada duanya
Asyik mengobrol dengan Sukar, tak terasa menu pesanan redaksi Travelingyuk sudah dihidangkan. Kami memesan ingkung rasa original dan rica-rica, plus beberapa pelengkap lain seperti es jeruk, teh hangat, tempe, dan juga wader goreng.
Air liur pun langsung terbit begitu melihat semua hidangan tersaji cantik di meja makan. Tanpa banyak kata, acara santap siang pun dimulai. Menu yang pertama kami cicipi adalah ingkung original. Rasa ayamnya begitu gurih karena sentuhan santan. Selain itu dagingnya juga terasa lembut ketika digigit meski tak dimasak dengan panci bertekanan tinggi.
Belum puas, redaksi Travelingyuk kemudian mengarahkan pandangan ke ingkung rica-rica. Seperti yang sudah diperkirakan, hidangan ini memiliki rasa sedikit pedas. Namun sesekali masih ada cita rasa khas masakan Jawa Tengah yang cenderung manis. Nikmat sekali rasanya disantap di tengah cuaca Bantul yang kala itu cukup panas.
Selesai makan, kami sempat duduk-duduk sejenak sembari menikmati suasana tenang di sekitar Ingkung Kuali. Tempat kami menikmati hidangan memiliki kubah unik dari bambu, yang sering dijadikan sebagai spot foto-foto oleh para pengunjung. Di bagian tengah terdapat semacam panggung, yang menurut Sukar sempat beberapa kali dimanfaatkan untuk menggelar pertunjukan budaya.
Menyantap hidangan tradisional nan lezat sembari menikmati suasana alam khas pedesaan tentunya bisa jadi pengalaman unik yang patut dicoba jika sudah bosan dengan restoran yang hanya menyediakan itu-itu saja. Jadi jika lain kali berkunjung ke Bantul, jangan lupa mengunjungi Ingkung Kuali yang ada di Dusun Kalakijo. Next