Kabupaten Trenggalek kini tidak hanya terkenal dengan keripik tempenya saja tapi telah menjelma menjadi salah satu tujuan wisata yang terkenal. Mungkin belum banyak yang menduga jika di sana terdapat ekowisata dalam bentuk Hutan Mangrove Pancer Cengkrong. Ya, kamu tidak salah membaca Trenggalek memiliki wisata hutan mangrove yang keren.
Baca juga : Berburu Barang Antik di Pasar Triwindu Surakarta, Tempat Belanja Barang Kuno nan Instagenic
Sebenarnya nama Hutan Mangrove Pancer Cengkrong tidak begitu asing sebab foto-foto tempat ini sudah banyak tersebar di media sosial termasuk Instagram. Lokasinya tidak jauh dari pantai Prigi maupun Karanggongso dan bisa ditempuh selama 15 menit saja. Dari Tulungagung tempat ini dapat dicapai dalam waktu 2 jam sedangkan dari Pacitan via Jalur Lintas Selatan butuh waktu sekitar 3,5 jam untuk menuju ke lokasi.
Hutan Mangrove Pancer Cengkrong berada di Desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo, Trenggalek, Jawa Timur. Menurut tugu pembangunan yang ada di dekat gapura masuk ke lokasi, diketahui bahwa pembangunan kawasan konservasi bakau ini dilakukan sejak tahun 2012. Kini pengelolaannya berada di bawah Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Kejung Samodra yang beranggotakan masyarakat sekitar desa Karangggandu.
Wisatawan yang datang diberi kesempatan untuk berkeliling kawasan mangrove dengan melewati jembatan kayu yang memiliki nama nyentrik yaitu Jembatan Galau. Tapi bukan rasa galau yang traveler dapatkan selama melintasi jembatan ini akan tetapi rasa kagum dan bahagia karena melihat pemandangan sekitar yang penuh dengan pepohonan bakau yang hijau menyejukkan mata.
Pada satu sisi, traveler akan menemukan sungai Kalisongo yang membelah kawasan hutan mangrove. Sungai ini bermuara di Pantai Cengkrongan yang terletak tidak jauh dari kawasan hutan ini. Traveler juga bisa mengelilingi lebatnya hutan mangrove dengan naik perahu. Satu orang harus membayar Rp.10 ribu untuk menikmati jasa ini.
Kebanyakan pohon bakau yang tumbuh di sana masih kecil-kecil sehingga belum bisa memberikan keteduhan bagi pengunjung yang berkeliling. Untuk itu di setiap sudut jembatan disediakan gazebo untuk wisatawan berteduh sambil beristirahat. Kawasan hutan mangrove ini selain untuk wisata juga cocok untuk kawasan edukasi, sebab pohon bakau yang tumbuh di sana bukan berasal dari satu spesies saja melainkan ada beberapa jenis yang dibudidayakan. So, datang ke sana kita bisa sekalian belajar mengenal jenis-jenis pohon bakau. Next