Makanan yang terbuat dari hati angsa atau bebek ini termasuk dalam makanan mahal. Makanan ini biasa disebut dengan Foie gras, dan berjajar denga makan mewah lainnya seperti kaviar, truffle, wagyu, dan masih banyak lainnya.
Baca juga : Yuk, Mengintip Keindahan Jenewa, Rumah Bagi Puluhan Organisasi Internasional
Makanan ini termasuk dalam makanan khas Prancis dan masuk menjadi makanan paling tua di Eropa. Tak hanya terkesan mewah saja, makanan ini juga terkenal sangat mahal bisa mencapai Rp3 juta per kilonya. Wow, bagaimana bisa semahal itu ya? Berikut informasi selengkapnya.
Rasanya sangat enak
Foie gras atau hati angsa biasanya disajikan sebagai hidangan utama atau penutup. Teksturnya lembut dan kenyal, berwarna krem dengan sedikit semburan merah muda. Dalam bahasa Prancis, foie gras memiliki arti hati gemuk. Hati angsa ini merupakan hasil dari proses penggemukan yang membuat hatinya berselimut lemak. Rasa yang dikeluarkan saat memakannya yaitu gurih dan nikmat.
Beberapa makanan populer di Prancis yang berbahan dasar hati angsa adalah, foie gras sandwich, pizza with foie gras, rocket, and figs, fillet steak with foie gras and truffles, dan foie gras soup. Untuk satu porsi makanan mewah ini dibanderol dengan harga Rp500 ribu hingga Rp700 ribu. Per kilogramnya, foie gras dihargai sekitar Rp3 juta. Namun, di balik kenikmatan olahan bahan ini terdapat kisah produksi yang mengerikan dan tidak manusiawi.
Produksi yang tidak manusiawi
Untuk mendapatkan foie gras, para peternak akan membuat angsa terus makan serta mereka akan memasang pipa logam yang berfungsi untuk menyalurkan makanan melewati tenggorokan ke perut agar angsa terus makan. Mereka juga akan menempatkan angsa di kandang yang sempit dan kecil sehingga tidak dapat bergerak dengan bebas, hal itu bertujuan untuk membuat semua makanan menjadi lemak.
Mereka meyakini bila banyak lemak yang menumpuk di daerah hati, akan membuat foie gras semakin kaya rasa. Karena hal itulah para angsa akan mengalami stres kemudian mati karena mengalami banyak kerusakan jaringan dan otot. Produksi yang tidak manusiawi itulah yang membuat banyak kontroversi dan pencekalan di beberapa negara.
Dilarang di beberapa negara
Negara pertama yang melarang peredaran foie gras adalah India, kemudian disusul oleh negara-negara lain seperti Australia, Turki, Inggris, Italia, Jerman, Norwegia, Chicago, dan California serta masih banyak lainnya. Para aktivis binatang mengatakan bahwa foie gras adalah makanan yang sangat tidak manusiawi.
Oleh karena itu, foie gras memiliki harga mahal karena proses produksi yang sangat lama, membutuhkan pangan yang jumlahnya semakin terbatas, serta karena dampak pencekalan di beberapa negara yang membuat foie gras tidak bisa di perjualbelikan secara bebas. Namun terbebas dari mimpi buruk para angsa, masih ada peternakan yang proses produksinya masih wajar dan manusiawi.
Peternakan angsa yang manusiawi
Ternyata masih ada peternakan yang masih manusiwi, yaitu peternakan milik Eduardo Sousa dan Diego Labourdette yang berasal dari Spanyol menggagas metode ini. Mereka berdua menemukan cara mendapatkan foie gras tanpa harus menyiksa hewan tersebut. Mereka memanfaatkan angsa liar yang bermigrasi ke Spanyol, dengan memberi makan biji-bijian, zaitun, dan buah ara. Angsa yang bermigrasi setahun sekali ini juga mengalami proses penggemukan secara alami.
Walaupun hasil foie gras yang diperoleh tidak segemuk seperti di peternakan pada umumnya, namun cara ini dinilai lebih manusiawi. Mereka mnyembelih angsa-angsa tersebut satu tahun sekali pada bulan Oktober, dengan cara menyinari dengan cahaya senter pada malam hari hingga mereka pingsan, kemudian mulai menyembelihnya. Mereka juga memilih angsa yang sehat dan gemuk.
Di balik rasa nikmat sebuah sajian, ternyata ada kisah yang begitu miris dari hewan satu ini. Meski begitu, masih ada peternakan yang menggunakan metode tanpa menyiksa angsa untuk mendapatkan foie gras yang lezat. Next