in , ,

Candi Banyunibo, Senja di Bangunan Kuno Sebatang Kara

Menikmati Tenangnya Atmosfer Senja di Candi Banyunibo

Senja di Candi Banyunibo
Senja di Candi Banyunibo (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Berada di sisi timur sebuah sungai besar, Prambanan tentu menjadi sebuah daerah subur. Tak heran jika sejak zaman dahulu, ada banyak pemukiman manusia di sekitar sini. Buktinya? Ada banyak candi dan situs yang tersebar, mulai dari Candi Prambanan, Sewu, Plaosan, hingga Candi Banyunibo. Nah, jika Teman Traveler berada di kawasan ini, pastikan singgah dan menikmati kecantikan senja di Candi Banyunibo.

Baca juga : Coban Parang Tejo, Tak Hanya Air Terjun Tapi Juga Selfie Corner Uniknya

Lokasi dan Harga Tiket

Struktur kuno nan masif (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Candi Banyunibo berada di Dusun Cepit, Desa Bokoharjo, Prambanan. Lokasinya tidak jauh dari beberapa situs menarik lain seperti Keraton Ratu Boko, Candi Ijo, serta Candi Barong. Untuk menuju sini, Teman Traveler dapat mengikuti jalur menuju Ratu Boko. Begitu sampai di perempatan
menuju komplek keraton kuno tersebut, kalian tinggal lurus saja.

Candi Banyunibo berada sedikit di bawah, tepatnya di kanan jalan. Sangat mudah terlihat karena ukurannya besar dan berada di tengah persawahan. Lantaran jadi satu-satunya struktur kuno di sekitar situ, candi ini jadi terkesan sendirian.

Detail relief di atap candi (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Untuk masuk Candi Banyunibo, wisatawan Nusantara dikenai biaya Rp5.000. Sementara wisatawan mancanegara dikenakan tiket Rp15.000 saja. Harga yang sangat murah, namun sayangnya tidak terlalu banyak informasi atau pemandu. Tapi jika ingin ada beberapa fakta unik yang bisa kalian baca sendiri di sekitar candi.

Sejarah Candi

Lorong jendela candi (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Candi Banyunibo diperkirakan berasal dari Abad ke-9 Masehi. Bangunan bercorak Budha ini dibangun saat Kerajaan Medang sedang berkuasa. Biasanya sebuah candi diberi nama berdasarkan lokasi, namun tidak untuk Banyunibo. Dalam Bahasa Jawa, nama tersebut berarti air jatuh. Hal ini diperkuat dengan adanya hiasan candi yang berfungsi sebagai saluran pembuang air hujan.

Candi ini ditemukan pada tahun 1940-an dalam kondisi runtuh. Proses ekskavasi dilakukan dan membutuhkan waktu hingga dua tahun sebelum atap dan pintu Banyunibo berhasil disusun. Memasuki 1962, proses tersebut dilanjutkan pondasi, kaki, dan tubuh candi. Bangunan kuno ini akhirnya berhasil berdiri sempurna pada 1978.

Arsitektur Unik

Detail relief candi (c) Gallant Tsany A/Travelingyuk

Seperti kebanyakan candi lain, Banyunibo ditemani tiga candi
perwara atau pendamping. Bangunannya didesain menghadap barat. Dari segi arsitektur, keunikan bangunan ini adalah atapnya yang melengkung. Bentuknya mirip bunga teratai atau bisa dibilang hampir sama seperti atap candi di Bali.

Relief di atas jendela (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Struktur utama candi awalnya dikelilingi oleh stupa, diatur dalam deretan di selatan dan timur. Masih ada kemungkinan adanya stupa di sisi utara, namun masih tersembunyi di dalam permukaan tanah. Di pintu gerbang atau gapura, terdapat hiasan dengan gaya Kala – Makara, ciri umum candi Jawa Tengah kuno pada periode itu. Makara ini berada di tiap sisi tangga dan kepala Kala bisa dilihat di atas gapura.

Menikmati Senja di Banyunibo

Duduk di sekitaran candi (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Candi Banyunibo kerap disebut ‘Sebatang Kara’ oleh masyarakat sekitar karena berada di tengah sawah. Benar-benar sendirian, tanpa ada situs lain di dekatnya. Beda dengan Prambanan atau Ijo, yang di sekitarnya
masih banyak candi atau situs lain.

Mentari senja di sekitar candi (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Berada di tengah sawah, Teman Traveler akan merasakan ketenangan ketika berada di Candi Banyunibo. Semilir angin sawah, jauh dari suara deru kendaraan, bakal membawa kalian dalam kedamaian. Tempat ini memang lebih sering dikunjungi ketika matahari mulai tergelincir ke arah
barat.

Memang tak ada yang mengalahkan suasana tenang persawahan kala senja. Candi Banyunibo seakan jadi teman pas untuk sekedar duduk menikmati semilir angin dan hangatnya mentari terbenam. Bagaimana, tertarik mampir ketika jalan-jalan ke Jogja? Next

ramadan
cacing mopane

Cacing Mopane dari Zimbabwe, Berani Makannya?

The Best Resorts in Wakatobi, the World Capital of Diving