Halo Teman Traveler, adakah di antara kalian yang hobi liburan sambil menjelajah candi? Nah, kali ini Travelingyuk akan mengupas tentang sejarah menarik Candi Gunung Gangsir, sebuah bangunan kuno yang berada di Kabupaten Pasuruan. Yuk, simak bersama ulasannya.
Baca juga : Sambangi Panker, Tempat Nongkrong Asyik di Sidrap
Ada Sejak Abad ke-10
Candi Gunung Gangsir bisa Teman Traveler temukan di wilayah Dukuh Kebon Candi, Desa Gunung Gangsir, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan. Jaraknya kurang lebih 18 km dari pusat kota. Menurut penelitian, bangunan kuno ini didirikan pada masa pemerintahan Raja Airlangga, yakni sekitar Abad ke-10 atau 11 Masehi.
Asal Mula Nama Gunung Gangsir
Uniknya, candi ini dulunya dikenal dengan nama Keboncandi. Namun lantaran lokasinya masuk wilayah Desa Gunung Gangsir, para penduduk sekitar lebih suka menyebutnya dengan nama tersebut.
Kata ‘Gunung’ disematkan karena area sekitar candi dulunya dilingkupi gunung. Sementara kata ‘Gangsir’ dalam Bahasa Jawa bisa diartikan sebagai aktivitas menggali lubang di bawah permukaan tanah. Hal ini terinspirasi cerita yang mengatakan bahwa dulu pernah ada seseorang yang coba menggali lubang guna mengambil barang-barang berharga di dalam candi.
Penghormatan pada Janda Murah Hati
Banyak orang meyakini bahwa candi ini didirikan sebagai bentuk penghormatan pada Nyi Sri Gati atau biasa dikenal sebagai Mbok Randa Derma (Janda Murah Hati). Ia merupakan seorang tokoh legenda yang tidak diketahui secara pasti asal usulnya, namun dipercaya memainkan peran penting dalam perkembangan desa.
Konon dulunya masyarakat sekitar sini belum mengenal cara bercocok tanam. Kebanyakan hidup sebagai pengembara dan makanan pokok mereka adalah sejenis rerumputan.
Suatu hari, persediaan pangan mulai menipis. Pada saat itu datanglah Nyi Sri Gati. Ia mengajak para pengembara untuk berdoa dan meminta petunjuk kepada Hyang Widi guna mengatasi masalah yang tengah mereka alami.
Tak lama kemudian, datanglah segerombolan burung sebangsa gelatik yang membawa padi-padian dan menjatuhkannya di dekat para pengembara. Sebagian dari padi-padian tersebut berubah jadi permata dan membuat Nyi Sri Gati menjadi kaya raya. Sementara padi lainnya ditanam demi kesejahteraan penduduk.
Berkat padi yang tumbuh subur, masalah pangan penduduk dapat teratasi. Sejak saat itu, mereka mulai menetap dan hidup dengan bercocok tanam. Nasi pun perlahan menjadi makanan pokok mereka.
Arsitektur Unik
Candi ini mengusung gaya arsitektur cukup menawan. Alih-alih disusun dari batu bata andesit, strukturnya terdiri dari susunan batu bata merah. Bangunannya total memiliki empat lantai, dengan bentuk meruncing namun atap tumpul. Karena ini, bangunan kuno ini tampak seperti terbelah di bagian atas.
Candi ini juga memiliki kaki berbentuk segi empat dengan ukuran sekitar 15×15m². Di dalamnya konon terdapat ruangan cukup luas yang konon bisa menampung hingga 50 orang. Pintu masuknya ada di sisi barat dan berjarak kurang lebih lima meter dari permukaan tanah.
Untuk mencapai pintu masuk ini, terdapat sebuah tangga yang cukup lebar dan menjorok ke barat. Sayangnya, fasilitas ini sudah sedikit hancur sehingga sulit ditapaki.
Dinding Candi Gunung Gangsir juga tak kalah menarik, dengan relief aneka bentuk. Beberapa menggambarkan sosok wanita, maupun tanaman sulur. Sayangnya, jarang ada relief yang masih utuh. Beberapa bahkan sudah rusak atau hilang.
Peraturan Berkunjung
Selama berada di candi ini, ada beberapa aturan yang harus Teman Traveler taati. Beberapa di antaranya seperti menjaga kesopanan dan ikut memelihara kebersihan serta kondisi lingkungan di sekitar candi. Jangan sampai melanggar kecuali kalian ingin kena denda atau sanksi.
Itulah sedikit ulasan mengenai Candi Gunung Gangsir. Semoga bermanfaat, terutama bagi Teman Traveler yang menyukai wisata bernuansa sejarah dan berencana liburan ke Pasuruan. Selamat jalan-jalan! Next