Wilayah Blitar yang juga merupakan daerah bekas kekuasaan Kerajaan Majapahit di masa lampau membuat Teman Traveler bisa menemukan peninggalan-peninggalan purbakala di daerah ini. Kalau berlibur atau singgah di Blitar, salah satu tujuan wisata yang wajib untuk Teman Traveler kunjungi adalah Candi Penataran. Situs ini awalnya dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kadiri tahun 1200 Masehi dan digunakan sampai masa pemerintahan Raja Wikramawardhana dari Kerajaan Majapahit di tahun 1415 Masehi.
Baca juga : Rumah Pohon Gangga, Indahnya Lombok Tak Hanya Pantai Semata
Lokasi Candi Penataran
Candi Penataran yang merupakan peninggalan dari Hindu Siwa ini berlokasi di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok – Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Lokasinya ada di kaki Gunung Kelud, pada area belakang lokasi candi pun Teman Traveler dapat menemukan aliran air yang bermula dari atas Gunung Kelud.
Jika berangkat dari Kota Blitar, Teman Traveler bisa menempuh perjalanan ke Candi Penataran ini selama 15 sampai 20 menit saja. Walaupun pengelolaan Candi Penataran ini sudah sangat bagus, sama seperti masuk ke wisata candi lainnya, Teman Traveler cukup mengisi buku tamu saja dan tidak dipungut biaya tiket masuk sepeser pun alias gratis!
Tepat setelah gerbang masuk, Teman Traveler akan disambut 2 buah arca Dwarapala atau biasa dikenal dengan sebutan Reco Pentung. Setelah melewati kedua arca tersebut, Teman Traveler cukup masuk melalui jalan utama ke area candi di belakangnya, tapi jangan lupa melapor dulu pada penjaga sekaligus mengisi buku tamu ya.
Halaman Candi
Berbicara mengenai pola bangunan Candi Panataran ini memang tidak seperti bangunan candi lain yang hanya ada sebuah candi utama dan dikelilingi candi perwara/pendamping. Bangunan Candi Penataran ini ada 3 bagian, pertama adalah halaman depan yang terdiri dari Bale Agung dan Pendopo Teras yang lokasinya berupa bangunan candi rendah dengan pelataran luas di atasnya.
Bagian yang ke dua adalah halaman tengah yakni terdapat sebuah candi yang masih berdiri sempurna bernama Candra Sengkala. Situs inilah yang paling populer di area Candi Penataran, bahkan digunakan sebagai lambang Kodam V Brawijaya. Bentuk banginan Candi Candra Sengkala ini masih khas bangunan candi Hindu lainnya. Pada sebelah kiri candi ada sebuah arca wanita yang merupakan perwujudan dari Gayatri Rajapatni.
Candi Utama
Walaupun Candi Candra Sengkala menjadi yang paling populer, tapi bangunan induk di komplek Candi Penataran ini ada di halaman belakang. Bentuk bangunannya memanjang dan memiliki 3 tingkatan teras. Walaupun berbentuk persegi panjang, bangunan ini terlihat unik dan menarik dari kejauhan.
Jika ingin naik ke atas candi, pada bagian teras utama Teman Traveler akan menemukan 2 buah tangga di sisi sebelah kiri dan kanan di depan candi yang dapat digunakan untuk naik. Tangga ini diapit masing-masing oleh 2 Arca Mahakala yang sudah tidak utuh bentuknya.
Bagian paling menarik di candi utama ini ada di atas atapnya. Teman Traveler memang tidak akan menemukan arca ataupun relief tertentu di sini, tapi Teman Traveler akan mendapati sebuah teras yang lapang dengan alas berbahan batu bata merah yang masih sangat terjaga kondisinya.
Pada bagian atas ini biasanya dijadikan tempat pemeluk agama Hindu untuk berdoa memuja dewa-dewi. Buat wisatawan yang datang ke Candi Penataran, pada bagian teras paling atas candi utama ini juga bisa menjadi spot paling asik untuk berfoto, karena semua bangunan di komplek Candi Penataran akan terlihat.
Limpahan Relief Penuh Cerita
Pada halaman depan komplek Candi Penataran ini, Teman Traveler bisa menemukan sebuah bangunan Pendopo Teras yang ada di depan Candi Candra Sengkala. Bangunan ini berbentuk persegi panjang dengan teras luas di atasnya yang diperuntukkan untuk meletakkan sesaji saat upacara keagamaan. Pada sekujur dinding bangunan Pendopo Teras ada banyak relief yang menceritakan tentang Bubhuksah dan Gagang Aking yang dalam cerita rakyat dikenal dengan kisah Bela-Belu dan Dami Aking, Sang Setyawan dan Sri Tanjung.
Bangunan yang paling banyak motif reliefnya tentu di bangunan candi utama yang letaknya di halaman belakang. Pada teras pertama, Teman Traeveler akan mendapati sebuah relief berbentuk kotak panel dan medalion. Relief tersebut merupakan ciri khas candi-candi peninggalan Hindu. Selain itu, pada bagian dinding lainnya, Teman Traveler bisa melihat cerita Ramayana di pahatan reliefnya.
Tentu bukan hanya di teras pertama saja yang ada reliefnya. Naik ke atas teras selanjutnya pada bangunan candi utama, Teman Traveler akan mendapati sebuah alur cerita Krcnayana. Jika ingin melihat alur ceritanya, Teman Traveler harus melihat gambar-gambar searah dengan jarum jam pada atas teras kedua. Selanjutnya, pada teras ketiga, Teman Traveler bisa menemukan relief pahatan gambar naga dan juga singa bersayap yang kepalanya mendongak ke atas.
Candi Bubrah dan Nuansa Magis dari Sesajen
Candi memang sebuah peninggalan purbakala, artinya sudah ada sejak beratus-ratus atau bahkan ribuan tahun yang lalu. Hal itulah yang menyebabkan Teman Traveler akan selalu menemukan puing-puing bangunan candi terkumpul di titik tertentu yang diduga tempat berdirinya candi di masa lalu. Biasanya orang Jawa menyebut area ini sebagai Candi Bubrah (rusak). Pada beberapa titik komplek Candi Penataran ini, Teman Traveler juga akan mendapati puing-puing bangunan candi yang semuanya terkumpul rapi sesuai tempat diketemukannya.
Mau lihat hal magis yang masih menjadi kepercayaan warga sekitar? Cukup naik ke bagian atap pelataran candi utama! Teman Traveler bisa menemukan sesajen dan juga dupa yang diletakkan pada ujung bangunan teras atas candi ini. Selain itu, terdapat banyak sesajen pada sudut bangunan candi lain di komplek Candi Penataran ini. Jadi, kalau Teman Traveler berwisata ke sini, jangan dipegang dan cukup diamati saja, karena hal tersebut sudah menjadi tradisi Jawa yang tidak boleh disangkal. Next