in , , , , ,

Desa Tenganan Pegringsingan, Budaya Pulau Bali Bagian Timur yang Memesona

Kentalnya Kebudayaan Bali di Desa Tenganan Pegringsingan

Pulau Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang menjadi gerbang wisatawan dunia. Budaya yang dimiliki pulau ini menjadi salah satu daya tarik yang cukup diminati oleh wisatawan baik asing maupun domestik. Salah satu budaya Bali yang menjadi daya tarik wisatawan yaitu adanya Desa Tenganan Pegrisingan. Ada apa dengan Desa Tenganan? Simak ulasan berikut ya!

Baca juga : Akhire Coffee, Kafe Baru Milik Artis di Jogja yang Serba Warna-Warni

Desa Tenganan Pegringsingan Bali

Desa Tenganan Pegringsingan via Instagram @3d.swiss.view

Tenganan merupakan salah satu Desa Bali Aga yang memiliki arti bahwa masyarakat desa tersebut memiliki pedoman pada peraturan dan adat istiadat peninggalan leluhur. Bentuk balai pertemuan, rumah dan pura yang dibangun masih terjaga karena desa ini mempertahankan budaya dan adat istiadat secara turun-temurun. Bentuk dari rumah dan bahan yang digunakan, rata-rata sama antar rumah satu dengan yang lainnya.

Lokasi dan Harga Tiket Masuk Desa Tenganan

Desa Tenganan Pegringsingan via Instagram @tarabasro

Desa Tenganan merupakan salah satu desa tradisional yang berada di bagian Timur Pulau Bali, lebih tepatnya di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Letaknya cukup jauh dari Kota Denpasar yakni sekitar 70 km, dengan waktu perjalanan kurang lebih 2 jam. Harga tiket masuk ke desa ini dikenakan donasi sebesar kurang lebih Rp10.000/orang dan biaya parkir sekitar Rp5.000/mobil.

Keunikan Desa

Desa Tenganan Pegringsingan via Instagram @suhendar_toim

Selain bentuk rumah dan bangunannya yang masih tradisional, Teman Traveler juga dapat melihat aktivitas warga desa sehari-hari serta dapat berbelanja kerajinan tangan dari warga desa yang khas dan unik. Kerajinan tangan itu cukup bervariasi lho, mulai dari anyaman bambu, lukisan tangan, ukiran dan terdapat Kain Tenun Gringsing yang cukup terkenal dikalangan Mancanegara.

Untuk membuat hasil kerajinan ini, warga Desa Tenganan masih menggunakan cara tradisional yang diwariskan oleh leluhur mereka. Selain itu, Desa ini juga memiliki tradisi adat yang masih tetap diterapkan dan diyaniki sampai sekarang. Salah satu tradisi adat yang cukup dinantikan wisatawan adalah Perang Pandan.

Kain Gringsing Khas Desa Tenganan Pegringsingan

Menunjukkan Kain Gringsing via Instagram @coktra_sukawati

Keunikan pada Kain Gringsing terletak pada cara pembuatannya yang menggunakan alat tenun atau tidak menggunakan mesin. Tidak hanya itu, teknik yang digunakan juga cukup khas yaitu tenun ikat ganda atau dobel ikat. Teknik ini membutuhkan keahlian dan waktu yang cukup lama untuk membuat satu helai kain tenun atau Kain Gringsing ini. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu helai Kain Tenun ini kurang lebih 2,5 hingga 5 tahun tergantung pada tingkat kesulitan yang dimiliki kain. Teknik yang digunakan di Desa Tenganan ini merupakan satu-satunya teknik di Indonesia. Jadi tidak heran jika Kain Gringsing dibanderol dengan harga yang cukup mahal.

Harga yang ditawarkan bisa mencapai ratusan juta rupiah lho! Bagi warga Desa Tenganan kain ini memiliki arti menjauhkan seseorang dari penyakit atau menangkal pengaruh negatif. Kain ini juga digunakan oleh warga Desa Tenganan untuk berbagai upacara keagamaan dan upacara adat. Teman Traveler dapat menemukan Kain Gringsing di dalam Desa Tenganan dan art shop yang terletak di pintu masuk menuju desa ini.

Tradisi Perang Pandan di Desa Tenganan

Tradisi Perang Pandan via Instagram @alit_ambara

Ada lagi nih hal yang cukup unik dari Desa Tenganan yaitu Tradisi Perang Pandan atau Mekare-kare (Megeret Pandan). Tradisi yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali ini menjadi salah satu daya tarik wisata yang unik dan cukup populer serta cukup dinantikan oleh wisatawan. Tradisi Perang Pandan dilakukan oleh pemuda warga desa dengan cara saling menyerang menggunakan daun pandan yang berduri dan tameng berupa anyaman dari rotan. Luka pada punggung akibat sayatan dari daun pandan akan diberi obat tradisional dari bahan umbi-umbian.

Tradisi ini dilakukan untuk melatih mental dan fisik warga desa. Mekare-kare sendiri merupakan puncak dari prosesi upacara adat Desa Tenganan Pegringsingan atau biasa disebut Usaba Sambah oleh masyarakat lokal. Tradisi Perang Pandan dilakukan dengan diiringi musik Gamelan Seloding yang merupakan alat musik khusus dimainkan saat acara tertentu saja dan orang yang memainkannya harus disucikan terlebih dahulu.

Bagaimana tuh Teman Traveler? Tertarik untuk melihat dan memotret Tradisi Perang Pandan? Pastikan Teman Traveler datang disaat yang tepat jika ingin melihat Tradisi Perang Pandan, karena tradisi ini hanya dilakukan satu tahun sekali. Sekarang Teman Traveler tetap berada di dalam rumah terlebih dahulu ya. Jika virus corona sudah menghilang, Teman Traveler dapat langsung melakukan perjalanan ke Bali dan datang ke Desa Tenganan Pegringsingan tersebut. Tetap menjaga kebersihan dan selalu berhati-hati Teman Traveler! Next

ramadan

Hidden Paradise! Nikmati Keistimewaan 4 Pantai Tersembunyi Pacitan

Bunga Zaenal

Romantis Abis, Ini Keseruan Liburan Bunga Zainal Bareng Suami