in ,

5 Destinasi Bertemu Monyet di Tahun Monyet

Pulau Bakut, Kalimantan Selatan, via instagram

Menurut penanggalan China, tahun ini adalah tahunnya “monyet api”. Tapi Travelingyuk tidak akan membahas peruntungan dan segala macam bentuk ramalan, melainkan merekomendasikan traveler untuk jalan-jalan bertemu monyet. Tidak ada salahnya merencanakan perjalanan ke destinasi serba monyet di tahun monyet, siapa tahu keberuntungan akan menghampiri kamu terlebih rata-rata tempat bertemu monyet adalah kawasan konservasi. Taman Nasional maupun tempat atraksi yang memiliki panorama alam yang segar.

Baca juga : Kuliner Ayam Betutu Paling Laris di Bali

Begitu banyak tempat wisata yang berkaitan dengan monyet tersebar di seluruh Indonesia. Hewan primata ini memang lucu dan menggemaskan, meski kadang-kadang ada pula yang nakal. Mereka bisa ditemukan di berbagai pusat konservasi, mulai dari yang berada di Pulau Jawa hingga Sulawesi. Bagi orang awam segala jenis primata dianggap sebagai monyet, jadi dalam ulasan kali ini sebenarnya kami akan menghadirkan tempat-tempat wisata untuk bertemu dengan primata atau hewan yang berhubungan dengan monyet. Seperti dilansir Travelingyuk dari situs National Geographic, inilah 5 destinasi bertemu monyet di Indonesia.

1. Tanjung Puting, Kalimantan Tengah

Tempat paling umum yang sudah pasti memiliki spesies primata adalah taman nasional dan Taman Nasional Tanjung Puting merupakan destinasi yang wajib traveler kunjungi selama liburan di Kalimantan. Taman nasional ini terletak di Kecamatan Kumai, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

Memilih berkunjung ke Taman Nasional Tanjung Puting untuk melihat primata adalah keputusan yang sangat tepat. Sebab taman nasional ini merupakan konservasi orangutan terbesar di dunia. Diperkirakan ada sekitar 30.000 sampai 40.000 orangutan yang tersebar di taman nasional dan juga di luar taman nasional ini. Dari sana traveler akan melihat langsung kehidupan orang utan ini di habitat alami mereka.

Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, via instagram
Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, via instagram

Ada tujuh jenis primata lainnya, selain orang utan yang hidup di dalam Taman Nasional Tanjung Puting. Jenis primata yang bisa ditemukan termasuk monyet hidung panjang yang dikenal dengan nama bekantan atau warga sekitar menjulukinya sebagai monyet Belanda karena hidungya yang mancung. Menariknya, ini adalah destinasi favorit bagi wisatawan asing. Ini terlihat dari jumlah kunjungan warga asing yang lebih banyak ketimbang traveler domestik.

Akses menuju ke taman nasional ini bisa traveler lakukan dengan mengikuti cara berikut. Pertama, menyeberangi laut dengan kapal menuju ke Pelabuhan Kumai, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan kapal boat menuju Tanjung Puting dengan estimasi biaya yang mahal namun cepat sampai. Jika mau yang lebih santai dan ekonomis gunakan saja perahu klotok menyusuri sungai-sungai di Kalimantan yang memakan waktu 3-4 jam.

2. Pulau Bakut, Kalimantan Selatan

Kalian tahu maskot Kalimantan? Yap betul, warga Kalimantan menggunakan hewan bekantan sebagai maskotnya. Dan untuk bisa bertemu dengan primata berhidung mancung ini, traveler bisa datang ke Pulau Bakut. Pulau ini berada di Kabupaten Baritokuala, Kalimantan Selatan. Cukup mudah untuk mengenali pulau kecil ini, sebab lokasinya berada di bawah Jembatan Barito di tengah-tengah Sungai Barito.

Pulau Bakut adalah habitat alami bekantan, di dalamnya banyak sekali primata jenis ini sampai-sampai pulau tersebut dijuluki sebagai Pulau Bekantan. Pulau ini telah didapuk sebagai hutan lindung yang penuh dengan tanaman liar dan rumah bagi banyak satwa liar lainnya. Jika mau melihat bekantan, traveler harus datang pada waktu cuaca cerah. Itu adalah saat terbaik untuk menyaksikan langsung bekantan bergelantungan di pepohonan.

Pulau Bakut, Kalimantan Selatan, via instagram
Pulau Bakut, Kalimantan Selatan, via instagram

Melihatnya dari atas Jembatan Barito memang terdengar sangat menarik, namun tidak disarankan sebab akan mengganggu lalu lintas. Cara paling aman dan nyaman adalah dengan menggunakan perahu motor tradisional yang disebut keloto dari Banjarmasin. Dengan begitu, traveler akan diajak berjalan-jalan dulu berkeliling Sungai Barito, di mana sesekali akan nampak kapal tongkang pengangkut batu bara. Aktivitas seru lainnya yang bisa dilakukan traveler yakni turut serta melepas hewan seperti kura-kura dan burung ke alam bebas.

3. Alas Kedaton, Tabanan, Bali

Traveler bisa bertemu dengan monyet saat liburan di Bali. Mereka harus melipir jauh dari kawasan pantai menuju daerah Tabanan, Bali. Di daerah tersebut ada lokasi wisata bernama Alas Kedaton, tepatnya di Jalan Raya Alas Kedaton Kukuh, Tabanan, Bali. Butuh waktu sekitar 1 jam untuk sampai ke lokasi dengan asumsi traveler melakukan start dari Pantai Kuta.

Alas Kedaton adalah hutan lindung seluas 12 hektar di mana di dalamnya banyak sekali dihuni monyet. Di dalam hutan ini pula ada pura yang dijaga oleh kawanan monyet. Monyet-monyet ini hidup liar, meski begitu mereka tidak takut dengan kedatangan manusia, pasalnya mereka sudah terbiasa berinteraksi dengan wisatawan yang berkunjung.

Alas Kedaton, Tabanan, Bali, via instagram
Alas Kedaton, Tabanan, Bali, via instagram

Traveler yang datang ke Alas Kedaton disarankan untuk tidak menunjukan perhiasan yang mencolok atau barang-barang berharga lainnya, sebab monyet di sana kadang jahil dan suka merebut barang bawaan pengunjung. Untuk berinteraksi cukup bawa kacang atau pisang, dengan begitu monyet-monyet akan menghampiri dan memakan makanan yang pengunjung berikan.

Ada sebuah cerita mistis di kawasan Alas Kedaton yang menyangkut para monyet. Konon monyet yang tinggal di sana akan menguburkan kawasan mereka yang mati dengan cara menggotongnya beramai-ramai seperti manusia. Kuburan monyet ini bisa dilihat pada satu sisi hutan berupa padang rumput dengan banyak gundukan.

4. Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki, Sulawesi Utara

Dalam pemberitaan kita sering menjumpai aparat yang menyita monyet dan orang utan dari warga yang menangkapnya untuk kepentingan komersil. Nah, hewan-hewan hasil sitaan tersebut tidak langsung dilepaskan ke alam bebas, namun harus direhabilitasi dulu di pusat rehabilitasi satwa. Tempat seperti inilah yang juga bisa mempertemukan traveler dengan aneka jenis primata.

Pusat rehabilitasi satwa yang paling direkomendasikan untuk dikunjungi adalah Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki. Tempat ini beralamat di jalan Raya Merah Kema-Bitung, Desa Watudambo, Kecamatan Kauditan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Salah satu hewan yang direhabilitasi di tempat tersebut adalah monyet dan orang utan.

Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki, Sulawesi Utara, via instagram
Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki, Sulawesi Utara, via instagram

Untuk masuk ke dalam pusat rehabilitasi ini, setiap traveler harus meminta izin ke Tasikoki. Tujuannya adalah agar pengunjung yang datang bukan orang sembarangan yang tidak punya kepedulian terhadap hidup satwa-satwa tersebut. Di dalam tempat ini pula pengunjung akan mendapat banyak pengetahuan seputar materi satwa dan lingkungannya.

Bagi traveler yang mau berkunjung bisa datang melalui kota Manado menuju arah Kema sebelum akhirnya sampai di Tasikoki. Perjalanan tersebut bisa dilakukan menggunakan kendaraan pribadi, menyewa kendaraan atau naik ojek. Belum ada angkutan umum menuju ke Tasikoki.

5. Pusat Primata Schmutzer, Ragunan, Jakarta

Ada pilihan bertemu monyet yang lebih dekat yaitu di Ibukota Jakarta. Berada di dalam kawasan Taman Margasatwa Ragunan di Jalan R. M. Harsono, Ragunan, Jakarta Selatan, terveler bisa berkenalan dengan banyak spesies dari Indonesia hingga mancanegara termasuk berbagai macam hewan primata. Seperti bekantan, owa jawa, siamang, lutung, sampai gorila.

Untuk bertemu dengan aneka jenis primata, traveler disarankan mampir ke Pusat Primata Schmutzer. Pemrakarsa pendirian pusat primata ini adalah seorang pecinta primata bernama Pauline Antoinette Schmutzer-versteegh. Pusat primata ini sendiri baru dibuka untuk wisata pada tanggal 20 Agustus 2002.

Pusat Primata Schmutzer, Ragunan, Jakarta, via instagram
Pusat Primata Schmutzer, Ragunan, Jakarta, via instagram

Setiap traveler yang ingin masuk ke pusat primata ini harus membayar tiket sebesar Rp. 6 ribu untuk hari Selasa-Jumat dan Rp. 7,5 ribu pada akhir pekan dan libur nasional. Salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu wisatawan saat berkunjung ke sana adalah feeding time, yaitu saat di mana para penjaga akan memberi makan pada gorila di jam-jam 09.00 WIB, 12.00 WIB, dan 15.00 WIB. Next

ramadan

Written by Alfri

Aku orangnya suka traveling terutama menjelajahi tempat-tempat yang belum banyak dijamah para turis.

9 Fakta Nyeleneh Tentang Jepang Yang Menjadi Alasan Untuk Liburan ke Sana

page

7 Cara Mudah yang Dapat Dilakukan untuk Dapatkan Uang Sembari Traveling