Sebuah gedung berdiri di ujung Jalan Malioboro, tepat di persimpangan nol kilometer Yogjakarta. Bangunan megah tersebut memiliki halaman luas dan hamparan rumput tertata rapi. Area sekelilingnya dilindungi pagar besi besar, tinggi, dan kokoh. Warga sekitar mengenal tempat ini sebagai Gedung Agung atau Gedung Istana Kepresidenan Jogja. Yuk, lihat lebih dekat.
Baca juga : 4 Air Terjun yang Ada di Jalur Kediri-Malang, Indah dan Menyenangkan
Sejarah Gedung Istana Kepresidenan Jogjakarta
Gedung Agung mulanya merupakan kediaman Residen Anthoni Hendriks Smissaert, yang memulai tugas sejak Mei 1824. Desainnya merupakan hasil karya A.A.J Payen, guru lukis Raden Saleh sekaligus arsitek yang ditunjuk langsung oleh Gubernur Jendral di Batavia. Bangunan sengaja dirancang dengan gaya Indische Empire dan disesuaikan dengan iklim tropis.
Pada 1946, gedung ini resmi beralih fungsi menjadi Istana Kepresidenan Jogja. Sekaligus menjadi tempat tinggal Presiden dan menjalankan pemerintahan sementara, saat Jakarta dikuasai Belanda dan ibu kota dipindahkan ke Jogja.
Menjejakkan Kaki di Dalam Gedung
Kompleks Istana Kepresidenan Jogja ini sangat luas, mencapai 43.000 meter persegi. Di dalamnya terdapat beberapa gedung dan ruang yang digunakan untuk kepentingan negara.
Atas inisiatif Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, salah satunya disulap menjadi museum. Di dalamnya terdapat beragam koleksi berupa foto presiden Indonesia terdahulu, cendera mata dari tamu-tamu negara, serta sejumlah lukisan.
Di dalam Gedung Utama, Teman Traveler akan menemukan beberapa ruangan. Sayangnya, ada beberapa yang tidak boleh dimasuki. Ada juga bagian yang hanya boleh dikunjungi namun pantang difoto.
Ruang utama di dalam Istana Kepresidenan Jogja diberi nama Garuda. Ruangan yang cukup luas ini biasanya digunakan untuk menerima tamu-tamu negara. Pengunjung tidak diperkenankan masuk ke sini atau mengambil foto. Teman Traveler hanya sebatas bisa melihat dari luar saja.
Di sisi kiri Ruang Garuda, Teman Traveler akan mendapati Ruang Diponegoro. Tempat ini biasa digunakan para tamu negara untuk duduk ketika menghadiri acara tertentu bersifat umum. Di dalamnya terdapat lukisan Pangeran Diponegoro. Pengunjung diperbolehkan masuk namun dilarang mengambil foto.
Berikutnya ada Ruang Soedirman yang kerap digunakan presiden untuk berdiskusi. Sayangnya, pengunjung tidak diperkenankan menjelajah masuk ke ruangan ini.
Perjalanan saya lantas berlanjut ke lorong menuju ruang makan. Saya sempat melewati bagian depan kamar yang digunakan Wakil Presiden beristirahat. Pengunjung bisa melihat dari luar, namun tidak diperkenankan masuk. Sementara untuk ruang peristirahatan Presiden sama sekali tidak boleh didekati.
Begitu sampai di ruang makan, deretan meja dan kursi tampak tertata rapi. Terdapat dua bagian, satu untuk presiden dan keluarga, sementara satu lagi untuk para mentri dan staff kepresidenan lainnya.
Di area belakang, Teman Traveler akan menemukan ruang kesenian. Tempat ini sempat beberapa kali digunakan untuk menggelar pertunjukan wayang. Menurut guide yang mendampingi saya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah menggunakan ruang ini untuk diskusi dan ngobrol santai.
Museum Istana Kepresidenan
Di sisi selatan Gedung Agung terdapat Museum Istana Kepresidenan yang dulunya bernama Gedung Senisono. Di sini Teman Traveler bisa melihat beragam koleksi lukisan dan foto presiden Indonesia terdahulu, mulai dari Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Ditampilkan pula beberapa capaian masing-masing presiden, seperti B.J Habibie dan pesawat terbang ciptaannya.
Teman Traveler juga bisa melihat beberapa koleksi cendera mata dari negara sahabat. Ada yang diberikan ketika mereka mengunjungi Indonesia, ada pula yang diserahkan langsung kala Presiden melakukan kunjungan luar negeri. Salah satunya adalah keramik berbentuk piring dari Perdana Mentri Singapura.
Istana Kepresidenan Jogja juga menyimpan koleksi sejumlah karya pelukis terkenal seperti Raden Saleh, Basoeki Abdullah, dan beberapa seniman kenamaan lain. Salah satu yang paling menarik adalah sketsa Nyi Roro Kidul buatan Raden Saleh. Konon wanita yang menjadi model lukisan tersebut meninggal sebelum lukisan selesai. Setelah memakan tiga ‘korban’, Sang Pelukis lantas mencoba merampungkan karyanya dengan bermodal sedikit imajinasi.
Gedung Istana Kepresidenan Jogja bebas dikunjungi siapapun. Hanya saja Teman Traveler wajib menggunakan baju sopan, rapi, dan bersepatu. Penjagaan di sekitar sini juga sangat ketat. Kalian wajib meninggalkan identitas diri, jaket, dan tas di pos keamanan.
Barang yang diperbolehkan untuk dibawa hanya kamera dan telepon seluler. Itu pun penggunaannya sangat dibatasi. Semua demi privasi dan kerahasiaan negara. Bagaimana, siap melihat dari dekat? Next