Perkembangan kota Palembang tak bisa dipisahkan dari kehadiran warga Tiongkok. Mereka mulai datang ke Bumi Sriwajaya di tengah era penjajahan bangsa asing dan mendirikan perkampungan tersendiri. Kampung tersebut dikenal dengan nama Kampung Kapitan dan kini berkembang menjadi lokasi wisata Palembang.
Baca juga : Dua Srikandi Indonesia Kibarkan Merah putih di Everest
Tidak ada yang tahu pasti kapan kampung ini pertama kali dibangun. Namun berdasarkan catatan yang ada, keturunan pertama bangsa Tionghoa di Palembang yang masuk dalam dokumen sejarah bernama Tjoa Tam Hin. Ia lahir pada 1850 dan diangkat menjadi Kapitan atau kapten oleh pemerintah Belanda pada 1880. Dari situlah nama Kapitan berasal.
Kapitan sendiri merupakan jabatan penting di zaman VOC, dengan tugas-tugas vital seperti mengurusi perdagangan, pajak, izin usaha, serta berbagai surat penting lainnya. Peran ini kemudian diserahkan secara turun-temurun pada generasi berikutnya di Kampung Kapitan.
Mudah Dicapai
Kampung Kapitan terletak cukup dekat dari pusat kota Palembang. Untuk menuju ke sana hanya dibutuhkan kira-kira 10 menit perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor. Bahkan dari jembatan Ampera kita sudah bisa melihat sedikit bagian dari Kampung Kapitan.
Begitu memasuki area Kampung Kapitan, pengunjung akan disambut dengan tiga bangunan tua dengan arsitektur unik. Bentuknya secara umum mirip dengan rumah limas khas Palembang, namun memiliki pilar-pilar yang menjadi ciri khas bangunan model Eropa. Rumah berbahan kayu onglen kualitas tinggi ini salah satunya dihiasi dengan kuil dan patung pagoda, karena juga difungsikan sebagai tempat persembahyangan.
Sayangnya, meski merupakan tempat bersejarah dengan warisan budaya bernilai tinggi, Kampung Kapitan terkesan terabaikan. Banyak pengunjung sering kesulitan menemukan tempat ini karena minimnya papan petunjuk. Untungnya ada banyak warga sekitar dan pedagang di Pasar 7 Ulu yang siap membantu jika ada turis tersesat.
Menikmati Sungai Musi
Seperti disebutkan sebelumnya, salah satu bangunan di Kampung Kapitan tampak mencolok karena dihiasi pagoda. Pengunjung sering memanfaatkan lokasi ini untuk berfoto-foto. Tak jauh dari situ, terdapat taman bunga yang cukup memanjakan mata.
Bunga tersebut berjajar rapi di atas beton. Para pemuda setempat biasa menjadikannya sebagai lokasi berkumpul. Selain itu wisatawan juga bisa menikmati keindahan Sungai Musi, yang bisa dijangkau hanya dalam beberapa detik dari Kampung Kapitan.
Ramai di Hari Besar
Kampung Kapitan hingga kini masih terus dihuni oleh keturunan langsung Tjoa Tam Hin. Salah satu bangunan di dalamnya juga aktif difungsikan sebagai rumah persembahyangan. Tak mengherankan jika lokasi ini selalu ramai saat Imlek atau hari besar Tionghoa lainnya.
Jika dilihat di media sosial, tak sedikit pula pengunjung yang melakukan sesi foto bertema Tiongkok di Kampung Kapitan. Selain itu ada juga beberapa pasangan yang memanfaatkannya sebagai lokasi pemotretan untuk pre-wedding.
Restoran Kampung Kapitan
Tak jauh dari Kampung Kapitan, terdapat restoran Kampung Kapitan yang menyediakan beragam hidangan lezat menggugah selera. Bagi para pengunjung yang ingin mengistirahatkan tubuh sejenak usai menyimak jejak peninggalan Tiongkok di Bumi Sriwijaya, restoran satu ini sangat direkomendasikan. Apalagi letaknya tepat di tepi Sungai Musi, bisa sekalian makan sembari menikmati keindahan yang ada di sekitarnya.
Itulah sekilas kisah dan fakta menarik seputar Kampung Kapitan, wilayah penanda jejak pertama bangsa Tionghoa di Palembang. Jika lebih dirawat dan diperhatikan pemerintah, bukan tak mungkin lokasi ini bisa menjadi andalan wisata Palembang di masa mendatang. Next