Sebuah kampung kecil sering kali diabaikan begitu saja. Namun tidak dengan Kampung Kauman Jogja. Berada di tengah riuhnya kota, pemukiman mungil ini telah jadi saksi bisu perjalanan panjang perkembangan Islam di Kota Gudeg. Bahkan sebutan kauman sendiri konon berasal dari kata dari kata kaum dan iman.
Baca juga : Padangbai, More than just a Harbor Town in East Bali
Kampung kecil ini cukup padat. Rumah-rumah tanpa teras saling berdempetan. Beberapa di antaranya mengusung gaya arsitektur perpaduan Jawa dan Belanda. Hampir setiap lorongnya menyimpan cerita-cerita menarik untuk dikulik. Mari Teman Traveler, simak kisah seputar Kampung Kauman Jogja berikut ini.
Kampung Para Abdi Dalem

Kampung Kauman disebut-sebut sudah ada sejak era kerajaan Mataram Islam atau sekitar tahun 1600-an. Sesuai sebutannya, kampung ini diklaim sebagai tempat tinggalnya orang-orang beriman alias pemeluk agama Islam.
Lokasinya berada di sekitar Masjid Gede. Rasanya memang sudah jadi kebiasaan di Jawa, jika sebuah kampung letaknya dekat dengan masjid utama, maka akan diberi nama kauman. Hal tersebut juga berlaku di Jogjakarta.

Sejak dulu, Keraton Jogja kerap mengumpulkan abdi dalem seprofesi di kampung tertentu. Begitu pula dengan Kampung Kauman, yang jadi tempat berkumpulnya para abdi dalem yang berprofesi di bidang keagamaan, mulai dari para penghulu hingga para pemuka agama.
Keberadaan para pemuka agama punya peran sangat penting dalam jalannya roda pemerintahan keraton, bahkan kedudukannya bisa setara dengan seorang penasihat kerajaan. Tak jarang seorang sultan atau pemimpin memiliki lebih dari satu penasihat dari kalangan pemuka agama.

Terlepas dari latar belakang sejarah dan agamanya, warga kampung ini dulunya juga dikenal sebagai perajin handal. Batik yang dihasilkan di sini diakui punya kualitas jempolan.
Kasta Pengusaha dan Rakyat Jelata

Memasuki gang-gang di di sini, Teman Traveler akan temukan berbagai rumah dengan gaya arsitektur berbeda. Beberapa memiliki dihiasi tulisan nama sang pemilik. Dicantumkan dalam sebuah papan yang dibenamkan di rumah atau pagar. Konon rumah-rumah seperti ini dulunya merupakan milik para kaum berada.


Kampung ini juga dikenal punya tradisi membatik yang lumayan panjang. Batik-batik yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi, memenuhi standar keraton. Alhasil, Pengusaha batik memiliki status terpandang dan menjadi perhatian tersendiri bagi Belanda.
Untuk membedakan pengusaha dan rakyat biasa, Pemerintah Belanda memerintahkan untuk membuat papan nama khusus, sebagai tanda bahwa rumah tersebut merupakan kediaman pengusaha batik.
Lahirnya Muhammadiyah

Selain jadi penghasil batik, kampung ini juga dikenal sebagai tempat lahirnya salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah. K.H. Ahmad Dahlan, sang pendiri, melahirkan dan mengajarkan pendidikan ala Muhammadiyah di sini. Beliau rutin mengaji dan menyebarkan ajaran Islam di Langgar Kidoel, sebuah tempat ibadah mungil di sudut kampung.

Selain K.H. Ahmad Dahlan, beberapa tokoh agama Islam lainnya juga pernah tinggal di sini. Takkan ada habisnya mempelajari sejarah panjang di kampung ini.

Di ujung gang di tengah kampung, Teman Traveler akan temukan sebuah monumen yang dibangun untuk mengenang para syuhada dari Kauman. Jasa mereka cukup besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia kala itu.
Pasar Sore Ramadan

Bulan Ramadan adalah saat paling tepat untuk mengunjungi dan menjelajahi Kampung Kauman. Dalam momen ini, situasi sekitar kampung akan lebih hidup. Berbagai aktivitas pengajian bakal digelar dan semuanya berpusat di Masjid Gede Kauman. Selain itu, diselenggarakan pula Pasar Tiban yang hanya ada saat bulan puasa.

Pasar Sore ini sediakan beragam jajanan dan makanan untuk berbuka. Salah satu yang tak pernah absen hadir adalah kue tradisional Kicak. Terbuat dari ketan, kelapa muda, dan nangka, jajanan satu ini hanya dibuat dan dijual di sini saat Ramadan.
Kampung Kauman memang masih terus eksis hingga kini. Sayangnya, industri batik yang sempat membuat tempat ini ternama sudah mulai punah, lantaran kekurangan generasi penerus. Meski demikian, cerita-cerita sejarah yang melekat di dalamnya masih sangat menarik untuk ditelusuri. Next
