Indonesia begitu beruntung memiliki begitu banyak suku dengan ragam budaya dan bahasa berbeda. Itu artinya Nusantara punya potensi wisata yang sangat besar. Salah satu benda tradisional Tanah Air yang belakangan ini coba diangkat popularitasnya adalah Kolintang.
Baca juga : Bukanagara Kopi, Oasis Mungil di Tengah Gedung Pencakar Langit Jakarta
Kolintang merupakan alat musik tradisional dari daerah Minahasa, Sulawesi Utara. Menurut sejarah perkembangannya, instrumen ini juga sempat mewarnai tradisi musik di beberapa kawasan Asia Tenggara lainnya, seperti Filipina, Malaysia Timur, Brunei Darussalam, dan Timor Leste.
Lantas fakta menarik apa saja yang bisa ditarik dari Kolintang dan mengapa alat musik satu ini layak menjadi bagian dari warisan budaya dunia UNESCO. Berikut Travelingyuk berikan penjelasannya satu-persatu.
1. Keunikan Nama
Kolintang, atau biasa disebut juga dengan kulintang, merupakan alat musik yang terdiri dari beberapa bilah kayu diletakkan mendatar. Memainkannya dengan cara dipukul. Di sejumlah daerah tertentu, instrumen ini juga dikenal dengan nama Totobuang.
Menurut beberapa sumber, nama kolintang terinspirasi dari suaranya yang berbunyi mirip tong untuk nada rendah, ting untuk nada tinggi, dan tang untuk nada biasa. Masyarakat Minahasa biasa mengatakan ‘Mangemo kumolintang’ untuk mengajak bermain kolintang. Dari situlah kemudian nama alat musik ini berasal.
2. Tak Dibuat Dari Kayu Sembarangan
Tidak sembarangan kayu bisa digunakan untuk membuat kolintang. Untuk menghasilkan suara dan nada yang khas, para pengrajinnya biasa menggunakan kayu khusus yang ada di daerah Minahasa.
Kayu yang dipilih memiliki karakteristik ringan namun kuat. Beberapa jenis kayu yang biasa dijadikan bahan utama membuat kolintang adalah kayu telur, kayu wenuang, kayu cempaka, dan kayu waru.
3. Tiga Alat Pemukul Sekaligus
Kolintang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan stik khusus. Tak seperti gamelan atau gambang, kolintang membutuhkan tiga stik sekaligus untuk menghasilkan nada yang khas. Dua stik dipegang di tangan kanan, sementara stik lainnya dipegang tangan kiri.
Namun demikian, ada juga kolintang yang dimainkan hanya dengan dua stik saja. Hal ini biasanya dilakukan oleh pemain kolintang jenis bass dan melodi, yang bisa dimainkan tanpa akor (kumpulan tiga nada atau lebih yang jika dimainkan bersama terasa harmonis).
4. Sempat Digunakan Sebagai Alat Ritual
Pada sejarah awal perkembangannya, kolintang sempat menjadi salah satu alat untuk melakukan ritual pemujaan roh leluhur. Namun demikian fungsi tersebut kini sudah ditinggalkan seiring berjalannya zaman. Kolintang memang masih menjadi bagian dari upacara adat, namun hanya sebagai pengiring lagu-lagu maupun tarian.
Sebuah pertunjukan musik kolintang lengkap biasanya diadakan dengan sembilan pemain. Masing-masing memegang kolintang dengan fungsi yang berbeda. Barisan tengah bertugas untuk memberikan melodi, bass di belakang kiri, dan cello di belakang kanan.
5. Kolintang Menuju Warisan Sejarah Dunia
Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey, belum lama ini mengungkapkan ambisi untuk menjadikan Kolintang sebagai bagian dari warisan budaya dunia versi UNESCO. Pihaknya ingin alat musik khas Minahasa tersebut mencapai status serupa seperti kain batik dan angklung.
Olly menyatakan pihaknya sudah menyiapkan tim khusus yang terdiri dari 12 orang. Semua anggotanya punya latar belakang sebagai guru kolintang. Selain itu, rencananya juga bakal ada monumen kolintang didirikan di Minahasa Utara.
Itulah tadi beberapa hal menarik yang perlu diketahui dari alat musik kolintang. Andai berhasil meyakinkan anggota komite UNESCO dan ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia, tentunya kita sebagai warga Indonesia bakal merasa semakin bangga dengan warisan tradisi yang ada. Next