Indonesia belum lama ini menjadi salah satu partisipan di pameran pariwisata terbesar dunia, Internationale Tourismus Borse (ITB), di Jerman. Dari sekian banyak hal yang dipromosikan, dua jenis kopi asli Tanah Air ternyata menyedot perhatian besar dari para pengunjung.
Baca juga : 5 Vihara Bersejarah di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Liburan Imlek
Hal tersebut diungkapkan belum lama ini oleh Arief Yahya, Menteri Pariwisata. Menurut penuturan dalam video di akun Instagram miliknya, kopi menjadi salah satu komoditi yang laris diburu oleh para bule-bule Eropa yang mengunjungi pameran di Berlin.
Lebih lanjut Yahya mengatakan bahwa sejauh ini Indonesia masih belum punya minuman nasional untuk dipromosikan, maka itu pihaknya sepakat untuk mengangkat kopi asli Tanah Air dalam berbagai acara promo di luar negeri. Lantas kopi mana saja yang ternyata menjadi primadona bule-bule Eropa selama gelaran ITB antara 7-11 Maret? Berikut TravelingYuk sajikan penjelasan lengkapnya.
Kopi Bali Kintamani Populer di Jerman
Menurut penuturan Menpar Arif Yahya, stand kopi Bali Kintamani sangat populer di ITB Jerman. Banyak sekali orang-orang Eropa berbondong-bondong datang untuk mencicipi kopi khas Pulau Dewata tersebut.
Kopi Kintamani sudah lama menjadi salah satu oleh-oleh populer bagi turis yang baru saja berkunjung ke Bali. Rasanya begitu khas dan kian menarik lantaran menjadi bagian dari tradisi yang sudah dipertahankan begitu lama oleh masyarakat Kintamani.
Aroma dan rasa yang dihasilkan konon begitu berbeda dari kopi-kopi lain pada umumnya. Kualitas biji kopi dari Kintamani juga begitu terjaga, karena ditanam di dataran tinggi dengan suhu udara dingin nan kering.
Cocok untuk Konsumen Internasional
Ditanam di perkebunan di daerah lereng Gunung Batur, biji kopi Kintamani menjadi bahan utama untuk menghasilkan racikan minuman yang berkualitas. Aroma Kopi Kintamani bernuansa citrus dan tingkat keasamannya juga rendah, hingga cocok untuk penikmat kopi Internasional.
Kopi yang tumbuh di kawasan Kintamani berjenis Arabika dan menjadi kopi pertama yang mendapatkan sertifikat HAKI dengan Indikasi Geografis. Beberapa keunggulan lainnya yang kerap diakui oleh konsumen mancanegara antar lain citarasa khas, tahan hama penyakit, buahnya yang lebat, hingga produktivitas tinggi.
Diatur Secara Adat
Budidaya kopi di Kintamani ternyata juga diatur secara adat. Salah satunya berupa kesepakatan di antara para petani, bahwa tidak ada satu pun di antara mereka yang boleh menggunakan bahan kimia alias bercocok tanam secara organik.
Aturan lain yang juga diberlakukan secara ketat adalah larangan memanen kopi sebelum bijinya benar-benar berwarna merah. Hal ini penting untuk menjaga kualitas kopi. Jika sampai ada yang melanggar, bisa dipastikan akan dijatuhi sanksi berat secara adat.
Kopi Toraja Juga Jadi Primadona di Berlin
Selain Kopi Bali Kintamani, Kopi Toraja juga sangat diminati oleh para pengunjung pameran ITB di Jerman. Hal ini karena rasanya yang juga cukup khas dan menonjol dibanding kopi lainnya.
Menurut Menpar Arief Yahya, Kopi Toraja memiliki rasa yang mirip dengan tembakau atau karamel. Warnanya hitam, namun tidak terlalu pekat. Selain itu teksturnya halus dan begitu diseduh dengan air panas, langsung tercium aroma yang begitu khas.
Toraja terletak di wilayah Sulawesi Selatan, dikelilingi banyak area pengunungan hingga pas sekali untuk membudidayakan kopi dengan kualitas prima. Bahkan konon tingginya kualitas Kopi Toraja sudah mulai dikenal bangsa Eropa sejak masa penjajahan Belanda.
Hadirkan Sensasi Rasa Unik
Sama seperti Kopi Bali Kintamani, Kopi Toraja juga memiliki tingkat keasaman yang rendah hingga cukup banyak diminati oleh para konsumen di luar negeri. Sering dijuluki sebagai ‘Queen of Coffee‘, Kopi Toraja menyajikan aroma khas mirip seperti tanah. Ada rasa pahit yang menonjol, dijamin takkan membikin mual.
Tak sedikit orang menyebut Kopi Toraja mirip dengan teh pekat dari sisi penampilan. Hal tersebut karena warnanya terlihat lebih bening setelah diseduh ke dalam gelas. Bahkan kadang karakter herbal juga muncul dari kopi yang sudah diekspor hingga ke Jepang, Amerika Serikat, dan Jerman ini.
Sempat Timbulkan ‘Peperangan’
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kualitas tinggi Kopi Toraja sudah dirasakan oleh bangsa-bangsa Eropa sejak masa penjajahan Belanda. Bahkan sempat menimbulkan ‘peperangan’ di antara pedagang di Nusantara. Menurut beberapa sumber, sejumlah pedagang besar Arab di Palopo Utara dan pedagang Bugis di Sidenreng-Rappang Bone di selatan terus bersaing ketat dalam penjualan sejumlah komoditas, termasuk kopi. Hal sama juga terjadi antara para tetua di Toraja.
Tensi tersebut terus mengerucut hingga akhirnya pada tahun 1889 terjadi konflik terbuka. Para ahli menyebutnya sebagai ‘Perang Kopi’ dan kejadian ini juga turut membuka mata dunia mengenai kehebatan dan kualitas Kopi Toraja.
Itulah tadi beberapa keistimewaan Kopi Bali Kintamani dan Kopi Toraja, yang sempat memukau warga Eropa dalam pameran pariwisata di Berlin. Bagaimana, sudah ada yang tertarik untuk mencobanya? Next