Baru-baru ini, ada salah satu pengguna twitter yang mengisahkan tentang kandasnya hubungannya dengan sang kekasih yang sudah dirajut kasih selama lima tahun. Namun, wanita berakun twitter @EllyShofiana tersebut harus mengakhiri kisah cintanya, lantaran weton dirinya dan sang pacar tidak cocok. Hal ini pun mengingatkan Traveling Yuk bahwa ada beberapa larangan pernikahan dalam Tradisi Jawa. Mau tahu seperti apa? Bisa simak ulasannya berikut ini.
Baca juga : Mengenal Wisata Belanja Seoul yang Jadi Kunjungan BTS
Perhitungan Weton yang Tidak Cocok
Larangan pernikahan yang paling sering didengar adalah masalah weton. Bagi yang belum tahu, weton merupakan sebuah perhitungan tanggal lahir seseorang dan digunakan untuk mengetahui bagaimana kehidupannya kelak. Mulai dari pekerjaan, kesuksesan dan juga jodoh.
Biasanya, sebelum memberikan restu, orang Jawa akan menghitung weton si lelaki dan perempuan. Apabila hasilnya cocok, maka hubungan bisa dilanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Nah, kalau hasilnya sebaliknya, hubungan terpaksa diputus agar tidak ditimpa kesialan.
Pernikahan Anak Pertama dan Ketiga
Apabila Teman Traveler anak pertama dan mempunyai pasangan sebagai anak ketiga di dalam keluarganya, ini merupakan larangan keras dalam adat Jawa. Ini dikarenakan, pernikahan anak pertama dan ketiga diyakini bisa menimbulkan kesialan dalam perjalanan rumah tangga mereka nantinya. Bisa bercerai, ada masalah yang berlarut-larut dan berbagai kesialan lainnya.
Menjalin Hubungan dengan Tetangga Depan Rumah
Berpacaran dengan tetangga depan rumah itu seru. Kalian bisa bertemu kapan saja tanpa harus menghabiskan biaya transport. Namun, hal ini menjadi salah satu pantangan di dalam adat Jawa. Kalau hubungan ini dipaksakan ke jenjang pernikahan, rumah tangga nantinya akan mengalami serba kekurangan, khususnya untuk masalah keuangan.
Menikah di Bulan Suro dan Muharram
Meski hubungan sudah direstui, tanggal pernikahan ternyata juga patut untuk diperhatikan. Di dalam adat Jawa, hari pernikahan tidak boleh dilakukan di dua bulan. Yaitu Suro dan Muharram. Menurut keyakinan orang Jawa, pada dua bulan ini, Nyi Roro Kidul sedang melaksanakan pesta besar. Jadi, masyarakat tidak ada yang boleh menyelenggarakan pesta apapun apabila tidak ingin didatangi kesialan.
Hal-hal tersebut mungkin tak semuanya dipercaya, tapi ternyata banyak juga kisah-kisah yang menceritakan kasus penolakan dari orang tua pasangan yang masih mempercayai mitos ini, contohnya seperti yang dialami @EllyShofiana tadi. Nah, kalau di tempat Teman Traveler, apa ada larangan pernikahan yang mirip dengan tradisi Jawa? Next