Merayakan Lebaran di luar negeri, tentu berbeda dengan di Indonesia. Mulai dari tradisi yang dilakukan hingga suasana yang dirasakan. Seperti kisah Arfani yang merasakan Lebaran di Pulau Penang, Malaysia, jauh dari keluarga.
Baca juga : Deretan Pantai Memukau Malang yang Jarang Diketahui Orang di Sumbermanjing Kulon
Seperti apa sih kisah perjalanan hingga perayaan Lebaran salah satu kontributor Travelingyuk ini saat merayakan Lebaran di Pulau Penang? Begini kisah selengkapnya.
Ngabuburit di daerah Gurney
Saya datang sekitar 2 hari sebelum Lebaran, sehingga masih dalam suasana Ramadan. Hari pertama, begitu sampai bandara saya langsung naik bus menuju hostel tempat menginap lalu bersiap memulai perjalanan. Karena sampai hostel siang hari, saya memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar hostel dulu sambil menunggu sore.
Setelah agak sore, saya pergi menuju daerah Gurney untuk ngabuburit di Hawker Center yang terkenal di sana. Untuk menuju ke sana, saya menggunakan Grab dengan biaya sekitar 7 ringgit Malaysia. Ternyata oh ternyata, sampai di sana banyak stand yang belum buka. Akhirnya saya memutuskan untuk ngabuburit di Gurney Plaza dulu.
Kalau di Indonesia, mal pasti penuh sesak menjelang Lebaran dan toko-toko bersaing memberikan diskon yang tinggi. Namun di Penang, saya melihat mal yang sepi, bahkan diskon besar yang diberikan hanya 50% saja. Tidak banyak pula orang yang datang berbelanja. Ini perbedaan pertama yang saya rasakan di sana.
Tidak boleh pesan dan makan di tempat
Hari kedua di Penang, karena kebetulan saya sedang halangan, jadi tidak berpuasa. Saya memutuskan untuk sarapan nasi kandar yang cukup tenar di Penang. Saya berjalan kaki dari hostel menuju tempat makan dan langsung memilih menu yang ingin saya santap di tempat.
Namun, penjual kebingungan melihat saya yang mengenakan hijab namun memesan makanan untuk di makan di sana. Setelah bertanya apakah saya tidak puasa dan asal saya dari mana, ia menjelaskan hal yang membuat saya paham akan kebingungan di wajah penjual tersebut.
Ternyata, di sini tidak boleh memesan makanan kemudian dimakan di tempat, tetapi kalau dibungkus boleh. Salah seorang warga lokal memberitahu bahwa jika ketahuan makan di sana, bisa ditangkap oleh petugas. Akhirnya saya membungkus makanan untuk dimakan di hostel saja supaya aman. Nah, ini perbedaan selanjutnya yang sudah pasti sangat berbeda sekali dari di Indonesia.
Perayaan malam Lebaran yang sungguh berbeda
Setelah sarapan, saya melanjutkan jalan-jalan sampai sore. Malam harinya merupakan malam sebelum Lebaran. Saya memutuskan untuk jalan-jalan ke daerah sekitar hostel sekalian untuk mencari makan malam. Di sini saya merasakan perbedaan yang ketiga, yaitu tidak ada sahut-sahutan Takbir yang terdengar, begitu pula tidak ada Takbir keliling.
Ini merupakan alasan kenapa saya rindu kampung halaman dan ingin pulang. Suasana lebih sepi dan terlihat seperti hari biasa. Tidak semeriah jika dibandingkan jika di Indonesia, di mana banyak Takbiran dan kembang api yang menghiasi suasana Lebaran.
Lebaran di Penang, bikin ingin pulang
Hari berikutnya yang merupakan Hari Lebaran, saya melihat banyak umat muslim yang bepergian dengan bus bersama keluarganya. Di sini saya melihat pakaian yang dikenakan khas Malaysia, ada juga yang menggunakan baju kembaran satu keluarga. Sama dengan di Indonesia, mereka saling berkunjung untuk bermaaf-maafan di Hari Raya.
Jujur, di sini saya merasa ingin pulang dan Lebaran bersama keluarga tercinta. Saya jadi bisa merasakan sedihnya orang yang sedang merantau dan tidak bisa mudik ke kampung halamannya. Ini merupakan pengalaman berharga untuk saya dan untuk kedepannya saya akan tetap memilih untuk Lebaran di rumah. Next