Semangat menggapai kehidupan yang lebih baik bisa diwujudkan dengan berbagai cara. Bagi warga sekitar Desa Sei Nagalawan, semua kerja keras dan usaha yang mereka lakukan sudah berbuah memuaskan. Sobat traveler pun kini bisa menikmatinya di Hutan Mangrove Kampung Nipah.
Baca juga : Banyuwangi Punya Pantai Khusus Untuk Perempuan dan Anak-Anak
Kawasan wisata Kampung Nipah terletak di daerah Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara. Sepintas, destinasi satu ini tak jauh beda dengan eksplorasi hutan bakau lainnya. Namun di balik rimbunnya pepohonan dan panorama pantai memukau, ada jejak perjuangan warga setempat yang layak diapresiasi.
Berawal dari Keterpurukan
Hampir sebagian besar penduduk di Desa Sei Nagalawan berprofesi sebagai nelayan. Beberapa puluh tahun lalu, mereka menjalankan instruksi pemerintah untuk mengembangkan tambak udang windu. Ditambah lagi mangrove di sekitar tempat tinggal mereka sempat digunduli atas nama pembangunan.
Akibatnya, kehidupan warga setempat sempat terancam. Ketiadaan mangrove membuat efek negatif abrasi laut hampir mencapai pemukiman penduduk. Minimnya vegetasi di sekitar pesisir juga mengakibatkan hasil tangkapan udang dan kepiting menurun drastis.
Semangat Pantang Menyerah
Tak ingin menyerah begitu saja dengan keadaan, beberapa orang nelayan sekitar lantas berinisiatif menanam mangrove secara swadaya di 2005. Luar biasanya lagi, mereka sama sekali tidak merengek memohon bantuan pemerintah. Meski sulit, para nelayan tersebut memilih maju dengan usaha sendiri.
Seiring berjalannya waktu, mulai muncul ide agar masyarakat sekitar Desa Sei Nagalawan terlepas dari jeratan utang dan kemiskinan. Memasuki 2012, dibentuklah koperasi khusus untuk mengelola hutan mangrove di sekitar desa menjadi kawasan wisata. Dari sinilah kemudian terbentuk kawasan Kampung Nipah.
Rekreasi Bernuansa Edukasi
Inisiatif dan kerja keras warga Desa Sei Nagalawan berbuah manis. Kampung Nipah kini termasuk salah satu kawasan wisata populer di Sumatra Utara. Pengunjung di sana tak hanya diajak berekreasi menikmati pemandangan alam pesisir pantai, namun juga diedukasi soal pentingnya keberadaan mangrove.
Total terdapat 15 jenis mangrove di kawasan wisata yang membentang sejauh lima kilometer ini. Pengunjung biasanya datang tak hanya sekedar untuk melepas penat maupun berekreasi, namun ada juga yang melakukan sesi foto pre-wedding. Puas menjelajah area sekitar mangrove, sobat traveler bisa duduk santai menikmati hidangan sari laut seperti ikan bakar, sop kepiting, dan udang asam manis hasil kreasi para istri nelayan setempat.
Sangat Terjangkau
Hampir semua fasilitas dan keindahan di Kampung Nipah bisa dinikmati dengan harga terjangkau. Bicara tiket masuk, per orang hanya perlu membayar 10 ribu rupiah. Lelah dan haus setelah berkeliling? Duduk santai sejenak sembari menikmati segarnya air dari satu buah kelapa muda yang dihargai tak lebih dari 10 ribu rupiah.
Bagi mereka yang ingin melakukan sesi foto pre-wedding di sini, cukup membayar 200 ribu rupiah saja. Beragam makanan tradisional seperti keripih nipah, teh jeruju, dan dodol siap dibeli sebagai oleh-oleh. Masing-masing dijual dengan harga tak lebih dari 10 ribu rupiah.
Itulah tadi sedikit gambaran mengenai keindahan dan daya tarik Hutan Mangrove Kampung Nipah, bukti semangat pantang menyerah para nelayan Desa Sei Nagalawan. Tertarik berkunjung? Langsung saja meluncur ke sana jika kebetulan sedang berada di wilayah Sumatra Utara di musim liburan kali ini. Next