in , ,

5 Fakta Tentang Monumen Perjuangan 45 Banjarsari Solo

Hal-hal Menarik dari Monumen Perjuangan 45 Banjarsari Solo

Monjari Solo
Monjari Solo (c) Layangseta/Travelingyuk

Bagi masyarakat Solo, Monumen Perjuangan 45 Banjarsari (Monjari) bukan hal asing. Sudah ada sejak 1973 dan menjadi salah satu landmark Kota Batik. Namun demikian, tidak semua orang mengetahui apa saja yang ada di dalamnya.

Baca juga : 8 Kawasan Wisata dan Kuliner di Mangga Besar, Puas Keliling di Satu Wilayah

Patung pejuang (c) Layangseta/Travelingyuk

Sebagian besar masyarakat mungkin hanya sekedar tahu bahwa tempat ini merupakan taman kota untuk bersantai. Padahal ada banyak detail penting yang cukup menarik disimak. Berikut adalah lima hal yang jarang diketahui soal Monumen Perjuangan 45 Banjarsari Solo.

Bebas Pedagang Kaki Lima 

Tempat bersih (c) Layangseta/Travelingyuk

Sebagian besar Teman Traveler mungkin merasa terganggu dengan kehadiran pedagang kaki lima di tempat wisata. Namun Monumen Banjarsari adalah pengecualian. Destinasi ini benar-benar bebas dari pedagang apapun.

Pedagang asongan atau sejenisnya hanya ada di luar pagar. Semuanya tertib dan tak melanggar ketentuan ini. Rupa-rupanya para pedagang itu lebih memilih mengejar konsumen dari sekitar Pasar Legi, ketimbang pengunjung yang hendak menikmati suasana taman.

Kalaupun ada, mereka hanya berkeliling sambil membawa nampan berisi minuman dan makanan ringan. Jika tak ada yang membeli, mereka bakal pergi dengan cepat.

Fasilitas WiFi Gratis

Akses WiFi gratis di seluruh area taman (c) Layangseta/Travelingyuk

Jarang ada yang mengetahui bahwa Monumen Perjuangan 45 Banjarsari memiliki fasilitas Wifi Gratis dari pemerintah. Semua pengunjung dapat menikmatinya tanpa registrasi. Cukup memonitor jaringan yang tidak terkunci, Teman Traveler bisa langsung terkoneksi internet. Fasilitas ini dapat kalian nikmati melalui smartphone maupun laptop.

Terbuka 24 Jam

Peta monumen (c) Layangseta/Travelingyuk

Meskipun di sekeliling taman terdapat pagar besi rapat dan tinggi, kawasan ini buka selama 24 jam. Pengunjung boleh nongkrong di sini selama
mungkin. Apalagi tempatnya rindang dan sejuk, kalian pasti betah berlama-lama di sini. Tidak usah khawatir kehujanan karena terdapat banyak gazebo untuk berlindung.

Tak hanya itu, tempat ini juga lumayan terjaga kebersihannya. Masyarakat sekitar rupanya makin sadar akan pentingnya keasrian lingkungan, yang jadi tanggung jawab bersama. Terlebih lagi tempah sampah di sekitar taman sudah dibagi dua, organik dan non-organik.

Taman Bermain Lucu

Taman Kita Oreo (c) Layangseta/Travelingyuk

Fasilitas taman bermain ini diberi nama Taman Kita. Mengapa demikian? Diharapkan masyarakat dapat menjaga, merawat, dan menggunakan fasilitas ini bersama-sama. Semua bertanggung jawab untuk memelihara, bukan hanya petugas saja.

Petunjuk permainan (c) Layangseta/Travelingyuk

Taman ini dibangun guna mengurangi ketergantungan anak-anak terhadap gawai dan dunia maya. Mereka diharapkan dapat bersosialisasi secara nyata di sini. Selain itu, kegiatan bermain juga dapat membuat tubuh menjadi lebih sehat.

Oleh karena itu, permainan yang tersedia di sini umumnya bukan permainan individu. Semuanya dirancang menjadi semacam kompetisi untuk memenangkan sesuatu. Misalkan adu cepat menaiki tangga, meluncur di perosotan, atau mengumpulkan poin dengan memasukkan bola ke gawang.

Pengunjung sama sekali tak perlu membayar tiket untuk memanfaatkan semua wahana ini. Cukup membayar parkir kendaraan sebesar Rp2.000 saja.

Relief Gambarkan Perjuangan Rakyat Solo

Monumen tampak depan (c) Layangseta/Travelingyuk

Pemerintah Surakarta mendirikan monumen ini untuk menghargai jasa dan pengobarnanan pahlawan demi bangsa. Masyarakat diajak mengenang aksi heroik Letkol Slamet Riyadi dan Mayor Ahmadi memimpin Serangan Umum Surakarta untuk menggempur Belanda selama empat hari beruntun.

Prasasti (c) Layangseta/Travelingyuk

Detail-detail kecil dalam monumen ini tidak dibikin sembarangan. Contohnya saja tingginya yang mencapai tujuh belas meter, melambangkan tanggal kemerdekaan Indonesia.

Sementara itu, di bagian depan monumen terdapat patung dua pejuang. Satu menggambarkan ulama yang membawa keris dan satu lagi rakyat jelata berbekal bambu runcing. Hal ini melambangkan bagaimana saat itu seluruh lapisan masyarakat ikut berjuang mempertahankan Solo.

Sementara itu, relief di samping monumen menggambarkan kehidupan rakyat Solo. Mulai dari zaman perjuangan hingga era orde baru. Sangat menarik untuk disimak.

Relief yang menggambarkan perjuangan rakyat (c) Layangseta/Travelingyuk

Pengunjung biasanya sangat jarang memperhatikan detail seperti ini. Padahal Monjari memiliki makna penting dalam sejarah perkembangan Solo.

Itulah sedikit ulasan mengenai Monumen Perjuangan 45 Banjarsari Solo. Teman Traveler bisa sempatkan mampir ke sini saat sedang liburan di Kota Batik. Bagaimana, kapan ada rencana keliling wisata Solo? Next

ramadan
gethuk di Magelang

Ragam Gethuk di Magelang, Apa Saja yang Bisa Dibawa Pulang?

Summer Pool Party, Spot Instagenic ala Musim Panas di Jakarta