Sejarah Indonesia tak bisa dilepaskan komoditas perkebunan. Bangsa-bangsa Eropa konon rela datang beratus-ratus kilometer jauhnya demi mendapatkan pala, tembakau, cengkeh, dan rempah-rempah lain. Sekeping sejarah tersebut kini bisa kita nikmati sembari berwisata di Museum Perkebunan Indonesia.
Baca juga : Museum Benteng Vredeburg, Serunya Wisata Sambil Belajar Sejarah Perjuangan Bangsa
Museum Perkebunan Indonesia terletak di Jl Brigjen Katamso no 53 Medan. Di sini pengunjung bisa menghabiskan waktu berjalan-jalan santai sembari mempelajari hulu hilir dunia perkebunan di Tanah Air. Selain itu ada beberapa titik yang bisa dimanfaatkan menghasilkan foto menarik.
Bangunan Bersejarah
Museum Perkebunan Indonesia termasuk destinasi yang lumayan baru. Lokasi ini baru diresmikan pada 10 Desember 2016 oleh Soedjai Kartasasmita, seorang tokoh perkebunan Tanah Air. Beliau-lah yang memiliki inisiatif untuk membuat museum khusus berisi sejarah dan beragam pengetahuan soal perkebunan.
Dari segi bangunan, museum ini menggunakan struktur peninggalan sejarah bernama Gedung AVROS. AVROS adalah akronim Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter Ooskust van Sumatera. Jika diterjemahkan secara bebas, badan yang berdiri pada 1911 ini merupakan organisasi gabungan beberapa bangsa Eropa di Indonesia yang mengurusi perkebunan Sumatra Timur.
Belajar Soal Komoditas Indonesia
Bertualang menjelajah tiap sudut Museum Perkebunan Indonesia, pengunjung akan diajak mempelajari kekayaan komoditas Tanah Air yang sudah sejak lama tersohor hingga ke mancanegara. Mulai dari kopi, teh, tembakau, kakao, hingga kelapa sawit.
Masing-masing tanaman dibuatkan ruangan khusus, sehingga para pelancong bisa mendapat cukup banyak informasi. Ruangan kelapa sawit misalnya, di bagian ini pengunjung akan disajikan beragam informasi soal tumbuhan menjulang tinggi tersebut, lengkap hingga pengetahuan soal lokasi perkebunan dan bermacam-macam hasil olahan kelapa sawit.
Membawa Suasana Masa Lampau
Berada di dalam museum, sobat traveler bakal merasa seperti kembali ke masa lampau. Di lantai dua pengunjung bisa melihat beragam peralatan yang sering digunakan dalam industri perkebunan zaman kolonial, seperti timbangan, mesin hitung, dan lain-lain. Selain itu ada juga beberapa saksi bisu era keemasan industri cerutu Sumatra Utara seperti alat pemotong dan tempat penjemuran.
Masing-masing ruang pamer di museum ini juga dilengkapi diorama yang menggambarkan situasi perkebunan zaman dahulu. Para pelancong bisa mendapat gambaran seperti apa proses menyemai benih, perawatan, hingga panen di sejumlah perkebunan besar Indonesia di masa lalu.
Pesawat dan Kereta Api
Museum Perkebunan Indonesia punya beberapa spot menarik untuk berfoto. Salah satunya adalah kereta uap di halaman depan, yang dulunya digunakan untuk mengangkut tembakau. Selain itu masih ada pesawat kecil yang sempat difungsikan sebagai penyiram tanaman tembakau.
Museum ini buka mulai Selasa hingga Minggu, antara pukul sembilan pagi hingga empat sore. Tiket masuknya pun cukup terjangkau, 8 ribu rupiah untuk wisatawan lokal dan 25 ribu khusus para turis asing. Jika sudah puas berjalan-jalan di sekitar museum, sobat traveler bisa berkunjung ke museum trick eye yang ada di sebelahnya.
Itulah tadi sedikit gambaran mengenai latar belakang sejarah dan daya tarik Museum Perkebunan Indonesia. Bagi sobat traveler yang tertarik dengan lokasi wisata bernuansa masa lampau, tak ada salahnya menghabiskan waktu di sini jika kebetulan sedang berada di Medan. Next