in , ,

Sambangi Museum Surabaya, Mesin Waktu Kota Pahlawan

Mengintip Situasi Tempo Dulu di Museum Surabaya

Museum Surabaya
Museum Surabaya (c) Dzulfah Aini/Travelingyuk

Beberapa di antara Teman Traveler mungkin mengenal Surabaya sebagai destinasi belanja. Tapi jangan salah lho, Kota Pahlawan juga pas bagi kalian yang menggemari wisata sejarah. Salah satu yang cukup recommended untuk dikunjungi adalah Museum Surabaya.

Baca juga : 6 Soto Legendaris di Malang, Amunisi Jalan-jalan Agar Tetap Kenyang

Museum ini bagaikan mesin waktu Kota Pahlawan. Begitu masuk di dalamnya, Teman Traveler bisa membayangkan seperti apa suasana dan kondisi Surabaya di masa lampau. Yuk, simak ulasan soal Museum Surabaya berikut ini.

Berawal dari Pusat Perbelanjaan

pintu masuk & buku tamu
Pintu masuk museum (c) Dzulfah Aini/Travelingyuk

Tempat wisata di Surabaya ini berada di sudut persimpangan antara Jalan Genteng kali dan Jalan Tunjungan. Sebelumnya bangunan ini dikenal sebagai Gedung SIOLA, dibangun pada 1877 oleh investor Inggris bernama Robert Laidlaw sebagai pusat perdagangan.

SIOLA lantas sempat jatuh ke tangan Jepang sebelum akhirnya diambil alih Pemerintahan Kota Surabaya. Memasuki 1960, gedung dikontrak oleh lima pengusaha untuk direnovasi dan difungsikan kembali sebagai pusat perbelanjaan. Nama SIOLA sendiri merupakan akronim kelima investor tersebut.

Keberadaan SIOLA tentu membuat warga Surabaya bangga, karena bisa dibilang merupakan mall pertama di Kota Pahlawan. Meski demikian, kejayaannya hanya bertahan selama kurang lebih 28 tahun. Setelah sempat dijadikan department store, pusat perdagangan buah-buahan, dan barang elektronik, pengelolaan SIOLA akhirnya kembali ke Pemkot.

Menjelma Museum

foto-foto walikota
Deretan foto walikota Surabaya (c) Dzulfah Aini/Travelingyuk

Pemkot Surabaya lantas beride mengubah Gedung SIOLA menjadi museum. Hasilnya, Museum Surabaya resmi dibuka pada 3 Mei 2015. Di sini pengunjung bisa melihat beragam benda bersejarah yang berkaitan dengan Surabaya.

Begitu masuk, Teman Traveler akan disambut deretan foto Walikota Surabaya. Mulai dari zaman pemerintahan Belanda hingga sekarang.

Pengelola museum juga menampilkan beberapa benda yang berkaitan dengan kesenian khas Surabaya. Sebut saja wayang kulit, wayang orang, dan wayang potehi. Warisan kuliner Kota Pahlawan pun ikut dipamerkan di sini, salah satunya adalah sejarah Lontong Balap.

Suasana Surabaya Tempo Dulu

foto jalanan masa lalu
Foto-foto Surabaya tempo dulu (c) Dzulfah Aini/Travelingyuk

Tepat lorong dekat sudut kuliner, Teman Traveler bisa menyaksikan wajah Surabaya tempo dulu. Di sini dipanjang sederet foto yang menunjukkan keadaan jalan dan gedung-gedung Kota Pahlawan di masa lalu.

Ada juga data administratif dari era 80-an yang masih ditulis tangan. Teman Traveler bisa membaca data-data seperti kelahiran, kematian, pernikahan, dan keterangan lainnya.

Museum Surabaya juga menyimpan sederet koleksi kendaraan klasik yang pernah menghiasi jalanan kota. Mulai dari becak siang, becak malam, bajaj, hingga angguna (angkutan serba guna), yang ikonik dengan cat warna kuning.

replika biola dan piano gombloh
Replika biola dan piano (c) Dzulfah Aini/Travelingyuk

Memorabilia tokoh-tokoh terkenal Surabaya juga bisa Teman Traveler temui di sini. Selain replika biola W.R. Supratman, pencipta lagu Indonesia Raya, ada pula piano kuno milik penyanyi Gombloh. Suasana klasik semakin terasa karena pengelola juga memamerkan beberapa furnitur dari era lawas, seperti perabotan rumah dan bangku sekolah tempo dulu.

Seolah Masuk ke Masa Lalu

Berkeliling museum seolah membuat Teman Traveler kembali ke masa lalu. Benda-benda yang dipamerkan bagai mengingatkan akan pentingnya sejarah, meski kita tak pernah hidup di zaman tersebut. Pengunjung diajak menyadari betapa besarnya perjuangan yang dilakukan para pendahulu hingga sampai di titik sekarang, di mana kita bisa menikmati kehidupan dengan berbagai kemudahan.

Teman Traveler penasaran ingin berkunjung? Museum Surabaya buka tiap hari dari Selasa hingga Minggu, mulai pukul 09.00 hingga 21.00. Masuk sini sama sekali tidak dipungut biaya, cukup mengisi buku tamu saja. Bagaimana, kapan kalian menyusul ke wisata Surabaya satu ini? Next

ramadan

Exploring Bukittinggi, a City Rich in Natural and Cultural Beauty

Belum Ke Chiang Mai Kalo Tak Main ke Wat Phrathat Doi Suthep, Yuk Intip Potret Instagenicnya!