in , ,

Pasar Kuliner Tradisional Dhoplang di Wonogiri, Unik Tanpa Plastik

Mata Uang Memakai Koin, Pasar Kuliner Dhoplang Ramah Lingkungan

Pasar Kuliner Tradisional Dhoplang
Pasar Kuliner Tradisional Dhoplang

Gerakan mengurangi plastik belakangan tengah menjadi tren. Namun tahukah Teman Traveler bahwa di Wonogiri ada sebuah pasar yang menerapkan kebijakan bebas sampah plastik? Yuk, kita simak ulasan kontributor Travelingyuk, Layangseta, soal uniknya Pasar Kuliner Tradisional Dhoplang.

Baca juga : Bubur Samier dari Semarang, Kuliner Pecel Kuah Berpiring Opak Besar

Pasar Unik nan Nge-hits

Pasar Kuliner Tradisional Dhoplang (c) Layangseta/Travelingyuk

Pasar Kuliner Tradisional Dhoplang terletak di Bulukerto, Wonogiri. Lokasinya jauh dari hiruk pikuk keramaian. Teman Traveler dapat menemukannya dengan meluncur ke arah timur dari pusat kota. Jika tak ingin repot, kalian bisa mencarinya di aplikasi Maps. Tenang saja koordinatnya akurat kok.

Pusat kuliner ini belum lama belum lama berdiri, namun pengunjungnya sudah sangat ramai. Kadang sampai agak sesak menjelang siang. Apalagi tempat ini sempat diliput beberapa media, membuatnya makin hits dan dikenal masyarakat.

Tawarkan Suasana Alam nan Menyegarkan

Dulunya, pasar ini menempati emperan rumah salah satu warga. Namun karena pengunjung makin membludak, muncul inisiatif untuk pindah ke tempat lain yang lebih luas. Kini Pasar Kuliner Tradisional Dhoplang berada di tengah hutan jati.

Tepat di pinggir persawahan. Suasananya terasa adem dan damai. Cocok buat yang ingin merasakan sensasi makan di tempat terbuka. Tempatnya juga bersih, rapi, dan nyaman untuk nongkrong lama.

Bebas Pembungkus Plastik

Pecel berbungkus dun jati dan pisang via Instagram.com/explore_wonogiri

Seperti Teman Traveler ketahui, pembungkus plastik merupakan sesuatu yang umum dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari hal-hal kecil seperti gorengan, hingga piranti elektronik seperti smartphone, semua dibungkus dengan plastik. Sulit rasanya terlepas dari bahan ini.

Padahal sampah plastik sangat sulit terurai. Akibatnya, limbah jenis ini kian lama akan terus menumpuk. Pada akhirnya, bukan tak mungkin terjadi pencemaran lingkungan.

Nah, menyikapi hal ini semua pedagang di Pasar Dhoplang menggunakan daun jati atau pisang sebagai pembungkus maupun alas makanan. Dengan demikian, sampah sisa pasar akan mudah terdaur ulang dengan sendirinya. Tidak menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan sekitar.

Koin Sebagai Alat Pembayaran

Koin sebagai alat pembayaran via Instagram.com/kulinertradisional_dhoplang

Agar dapat bertransaksi di dalam pasar, pengunjung harus menukarkan uang dengan koin kayu. Koin tersebut berfungsi sebagai alat pembayaran. Nilai tukar yang ditetapkan adalah koin bertuliskan ‘2’ setara Rp2.000, koin ‘5’ setara Rp5.000, koin ’10’ setara Rp10.000, dan koin ’20’ setara Rp20.000.

Asyiknya lagi, jika koin tak habis dibelanjakan, Teman Traveler boleh menukarnya dengan Rupiah lagi. Jadi, tak perlu ragu belanja atau jajan di sini ya.

Tawarkan Jajanan Tradisional

Makanan dan minuman tradisional via Instagram.com/explore_wonogiri

Konsep awal pasar ini adalah kuliner tradisional. Teman Traveler bisa menemukan beragam sajian tradisional khas Wonogiri, mulai dari pecel, gethuk, talas, thiwul, dan masih banyak lagi. Kira-kira ada hampir 200-an kuliner tersedia di sini.

Harga yang dipatok tidak terlalu mahal, mengikuti standar harga pasar. Teman Traveler tak perlu khawatir. Para pedagang di sini takkan asal getok seenaknya.

Jajanan tradisional yang menggiurkan via Instagram.com/kulinertradisional_dhoplang

Uniknya ada beberapa penjual yang mencantumkan kata-kata bijak di bungkus makanan. Terkadang Teman Traveler akan mendapatkan kata-kata yang pas, sesuai suasana hati kala itu. Tapi jangan baper ya.

Kata-kata bijak di bungkus makanan via instagram.com/explore_wonogiri

Selain makanan, di sini Teman Traveler juga bisa memesan minuman seperti kopi, teh, jamu gendong tradisional, dan lainnya. Wadahnya juga unik lho Teman Traveler. Alih-alih kaca, gelasnya menggunakan bahan alami seperti tembikar atau bambu.

Tak hanya sekedar bungkus, para pedagang juga berusaha semaksimal mungkin menggunakan alat-alat tradisional untuk memasak. Termasuk memakai tungku dan kayu bakar. Hal ini dipercaya akan memberikan sensasi rasa berbeda.

Bahasa Jawa di Dalam Pasar

Penjual dengan pakaian khas Jawa via Instagram.com/explore_wonogiri

Begitu berada di dalam pasar, Teman Traveler wajib menggunakan Bahasa Jawa. Hal ini sudah menjadi peraturan. Nuansa tradisional semakin terasa karena para pedagang mengenakan pakaian adat Jawa.

Lantas bagaimana dengan Teman Traveler yang tidak dapat berbahasa Jawa? Tenang, ada toleransi kok. Hanya saja kalian mungkin akan sulit memahami percakapan di sekitar.

Itulah Pasar Kuliner Tradisional Dhoplang yang sedang naik
daun. Mengedepankan sisi tradisional, nyatanya hal tersebut justru membuat segalanya jadi istimewa. Semoga ke depannya lahir pasar-pasar baru dengan konsep sejenis. Selain unik, pasar seperti ini juga akan mengangkat ekonomi masyarakat di sekitarnya. Next

ramadan

Visiting the Center of the Universe in Pusering Jagat Temple

Grand Canal di Venesia

Menyusuri Wisata Venesia, Kota Apung Indah Bagai Lukisan di Italia