Senja kerap ampuh dijadikan sumber inspirasi, termasuk untuk merencanakan liburan dadakan. Kala itu tiba-tiba saya berhasrat ingin menghibur diri, menghilangkan penat, menikmati senja, intinya keluar dari rutinitas. Jalan-jalan jadi solusi pas untuk kegalauan saya tersebut. Salah satu destinasi terbaik adalah Pulau Pajenekang.
Baca juga : 4 Negara yang Jadi Surga untuk Pecinta Seni Mural dan Graffiti
Begitu malam tiba, saya langsung menginformasikan pada kawan-kawan untuk mempersiapkan diri. Saya mengajak mereka berlibur ke Pulau Pajenekang, esok hari. Tak disangka, mereka semua sepakat. Berang-berang makan kit-kat, kami pun langsung berangkat!
Destinasi Unggulan
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan merupakan salah satu kawasan wisata unggulan di Pangkep, Sulawesi Selatan. Pesona yang ditawarkan memang cukup beragam, mulai dari budaya, religi, kuliner, taman purbakala, hutan bakau, pegunungan, hutan karst, hingga bahari.
Pulau Pajenekang sendiri dikenal dengan wisata bernuansa budaya dan religi, meski panorama sekitarnya juga sangat indah. Wisata Makassar ini masuk gugusan Kepulauan Spermonde di Desa Mattiro Somple, Kecamatan Liukang, Tupabiring, Pangkep.
Transportasi dan akomodasi
Pajenekang berada sekitar 20 kilometer dari Makassar. Teman Traveler bisa menuju sini dengan menyebrang dari Pelabuhan Tradisional Paotere. Di sana kalian bisa menumpang kapal penyebrangan reguler yang berangkat tiap pukul 10.00. Tarifnya cukup murah, hanya sekitar Rp30.000 untuk perjalanan pulang pergi.
Namun sebaiknya Teman Traveler mempersiapkan diri untuk menginap karena kapal penyebrangan hanya beroperasi sekali sehari. Perjalanannya sendiri bakal membuat mata serasa dimanjakan, lantaran melewati pulau-pulau indah seperti Barrang Lompo, Badi, Lumu-lumu, Ballang Lompo, Pa’nambungan, Bontosua, dan masih banyak lagi.
Suplai kebutuhan pokok bisa didapatkan dengan mudah di Pajenekang. Sayangnya, kawasan ini tidak memiliki resort atau tempat menginap khusus. Listrik juga baru aktif mulai pukul 17.00 hingga 23.00. Untungnya, hampir tiap rumah penduduk dilengkapi panel tenaga surya.
Masyarakat Pajenekang sangat terbuka dengan wisatawan. Teman Traveler bisa menggunakan rumah mereka sebagai homestay dan tidak dipungut biaya sama sekali. Kalian hanya perlu menyisihkan biaya makan dengan tarif per piring. Sekitar Rp20.000 hingga Rp30.000, tergantung lauk yang dipesan. Agar liburan lebih seru, kalian bisa memesan ikan bakar untuk disantap malam hari.
Suasana Darat
Begitu kapal penyebrangan menyentuh dermaga, kami bergegas menuju rumah warga untuk menyimpan barang. Kami sudah tak sabar untuk segera berkeliling dan melihat suasana di sekitar daratan.
Wilayah tengah Pajenekang memiliki sebuah lapangan serbaguna, di mana kambing dan bebek ternak bebas berkeliaran. Tak jauh dari sini terdapat tempat pekuburan tua. Konon merupakan tempat peristirahatan para syech yang dulu menyebarkan agama Islam di sekitar Sulawesi.
Di bagian tengah pekuburan terdapat sebuah pohon tua berukuran besar yang dikeramatkan masyarakat sekitar. Meski demikian, pohon bongsor tersebut nampak dijadikan arena bermain oleh anak-anak kecil.
Wilayah pemukiman di Pajenekang sendiri cukup padat. Teman Traveler bisa menemukan deretan warung-warung sederhana di sini. Kebanyakan menjajakan jajanan tradisional buatan ibu rumah tangga sekitar. Wajib kalian cicipi karena rasanya begitu otentik.
Fundive
Puas melakukan orientasi darat, kami bergegas mempersiapkan perlatan diving. Rencana utama kami mengunjungi pulau ini adalah untuk melakukan fundive di sekitar Pajenekang. Setelah briefing singkat kami langsung bergerak. Sebelumnya Daeng Santa, tokoh masyarakat setempat, sempat menasehati kami agar tak terlalu lama berada di air karena sepertinya bakal turun hujan.
Begitu turun ke bawah permukaan air, kami disuguhi pemandangan indah tebing bawah air. Sekumpulan ikan tampak lalu-lalang di hadapan kami. Jarak pandangnya sangat bagus karena perairan di sini amat jernih. Tak terasa saya sudah berada di kedalaman 10 meter. Untung buddy saya mengingatkan untuk selalu melihat dive comp.
Setelah menghabiskan kurang lebih 40 menit di kolom perairan, leader memberikan kode acungan jempol sebagai tanda untuk segera naik ke permukaan. Kala itu riak gelombang terasa makin kencang dan air nampak makin keruh. Begitu naik, langit terlihat mendung, disertai hempasan angin dan gerimis.
Kami lantas bergegas kembali ke darat menggunakan kapal kecil. Begitu sampai di rumah Daeng Santa, perasaan gembira dan tenang menyelimuti kami. Apalagi tuan rumah langsung menyuguhkan teh hangat dan kue-kue khas Pajenekang.
Begitu malam menjelang, bulan terlihat sangat terang di sekitar Pajenekang. Suasana terasa hangat dengan jamuan makan malam di depan tungku pembakaran ikan. Selepas itu, kami langsung berkemas untuk mempersiapkan perjalanan pulang keesokan hari.
Itulah sedikit kisah liburan saya di Pulau Pajenekang. Nantikan pengalaman jalan-jalan lainnya yang tak kalah seru. Sampai jumpa di lain waktu Teman Traveler! Next