in , ,

Pura Penataran Sasih Bali, Simpan Artefak dari Luar Angkasa!

Melongok Sejarah Bali Kuno di Pura Penataran Sasih

Pura Penataran Sasih
Pura Penataran Sasih (c) Prisca Lohuis/Travelingyuk

Siapa di antara Teman Traveler yang pernah jalan-jalan ke Pejeng, Bali? Beberapa sumber menyebutkan bahwa kawasan ini dulunya merupakan pusat dari Kerajaan Bali Kuno, antara tahun 800 hingga 1300an. Tak heran jika Pejeng lantas memiliki beberapa peninggalan budaya dari zaman lampau. Salah satunya adalah Pura Penataran Sasih, yang tercatat sebagai salah satu bagian dari kawasan Pejeng Kuno. Teman Traveler bisa menemukan bangunan bersejarah ini di Jalan Raya Tampaksiring.

Baca juga : Ledok Ombo, Menikmati Alam Sekaligus Makan di Malang

Bisa Dikunjungi Gratis

Tulisan aksara kuno di salah satu sudut pura (c) Prisca Lohuis/Travelingyuk

Teman Traveler tak perlu membayar tiket masuk untuk menjelajah kawasan ini. Seperti biasa, kalian cukup memberi sumbangan seikhlasnya dan mengisi buku tamu. Selain itu, jangan lupa memakai sarung sebelum masuk area pura.

Artefak dari Luar Angkasa

Nekara Perunggu (c) Prisca Lohuis/Travelingyuk

Sasih dalam Bahasa Bali berarti ‘bulan’. Selain namanya, pura ini juga menyimpan cerita yang tak kalah unik. Di dalamnya, Teman Traveler bisa menemukan sebuah nekara (gendang perunggu-red) berukuran 186,5 cm. Menurut mitos, materialnya berasal dari luar bumi.

Cerita menyebutkan bahwa nekara ini dulunya merupakan roda kereta yang ada di bulan. Bersinar begitu terang, hingga suatu saat terpisah dari pedati utama, jatuh, dan mendarat di Pejeng.

Pura Penataran Sasih (c) Prisca Lohuis/Travelingyuk

Saking terangnya, berbagai usaha untuk mencuri roda tersebut selalu gagal, hingga suatu saat ada seseorang yang sengaja mengencingi untuk meredupkan sinarnya. Hingga kini, roda tersebut dikenal dengan nama Bulan Pejeng.

Tempat pemujaan (c) Prisca Lohuis/Travelingyuk

Nekara tersebut sempat lama berada di tempatnya mendarat dulu. Tak ada warga yang berani memindahkan karena takut ditimpa kesialan. Namun pada satu waktu, nekara akhirnya dipindah dan dibuatkan tempat pemujaan.

Menurut beberapa penelitian, Pura Sasih sudah ada sejak tahun 300 Sebelum Masehi. Menariknya, saat itu kepercayaan Hindhu bahkan belum dikenal di Bali.

Koleksi Prasasti dari Abad ke-10

Deretan prasasti berusia tua (c) Prisca Lohuis/Travelingyuk

Selain nekara perunggu, pura ini juga menyimpan deretan prasasti bertuliskan Bahasa Kawi dan Sansekerta. Sayangnya, beberapa di antaranya sudah sulit terbaca lantaran sudah berusia sangat tua. Beberapa diperkirakan berasal dari Abad ke-10.

Penataran Sasih sendiri merupakan salah satu aset penting yang menjadi saksi perkembangan Bali kuno. Sayangnya, wisata Bali ini tidak terlalu banyak dikunjungi turis. Kesimpulan ini saya tarik usai mengamati deretan nama di buku tamu.

Makan Siang Murah di Sekitar Pura

Lalapan di sekitar pura (c) Prisca Lohuis/Travelingyuk

Setelah puas mengelilingi pura, tak ada salahnya Teman Traveler menyempatkan waktu bersantap siang di pasar depan Penataran Sasih. Semua sajian di sana ditawarkan dengan harga normal kok. Meski sederhana, rasanya cukup enak. Saat itu saya makan berdua dan hanya menghabiskan Rp50.000.

Itulah sedikit pengalaman saya menjelajah Pura Penataran Sasih. Bagaimana Teman Traveler, siap sedikit melongok sejarah Bali kuno di bangunan kuno ini? Next

ramadan

Written by Prisca Lohuis

Penulis adalah kontributor lepas di travelingyuk.com

Nasi Rawon di Depot Lakmar

Depot Lakmar, Masakan Jawa Mantap di Jalur Malang-Surabaya

Unique Eid al-Fitr Delicacies from Europe