Belakangan ini, Gunung Rinjani yang berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat mendapatkan perhatian dari banyak pihak. Bukan hanya soal keindahan alamnya yang membuat wisatawan mancanegara terkesima, namun juga kelalaian dari para pendaki. Sebut saja, Virzha Sany dan kelima temannya yang disebut norak karena memetik Edelweis, tanaman langka dan dilindungi. Belum lagi dengan banyaknya sampah yang menumpuk. Setelah kasus yang ramai di media sosial tersebut, Rinjani kembai menjadi pemberitaan.
Baca juga : Liburan ke Lasem, Suasana Tiongkok hingga Belanda Jadi Satu
Dilansir dari detik, gunung cantik yang memiliki pesona tersendiri ini mengalami kebakaran pada tanggal 21 Agustus 2017 lalu. Awalnya, titip api terpantau di antara pos 3 dan pos ekstra jalur pendakian Sembalun sekitar pukul 17.30 WITA. Kebakaran tersebut terjadi di sekitar padang savana dan membakar rumput serta semak kering dan pohon cemara. Hembusan angin yang kencang membuat api makin cepat menjalar ke lahan lain. Akibatnya, sekitar 9,7 ha lahan terbakar habis, di mana zona pemanfaatan 3,8 Ha, zona inti, 3,6 Ha dan zona rimba 2,3 Ha.
Untuk dapat mencapai kawasan tersebut, petugas melakukan pendakian sekitar 4 jam perjalanan yang berjarak sekitar 10,5 km dari pos pendakian Sembalun. Kendati TNGR telah mengirimkan 16 orang tim dari TNGR dan Masyarakat Peduli Api untuk menghentikan kobaran api, pukul 00.45 kondisi api belum bisa dipadamkan secara total. Baru sekitar pukul 03.00 WITA, api akhirnya padam. Tim penyelamat juga tidak menemukan korban yang terjebak di dalam area kebakaran di Rinjani.
Meski Indonesia tengah mengalami musim panas, namun pihak Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) menduga kebakaran yang terjadi bukan disebabkan faktor alam. TNGR bersama tim identifikasi pun tengah melakukan oalh TKP untuk memastikan penyebab dari kebakaran tersebut. Jika melihat dari lokasi kejadian, Kepala TNGR Agus Budi Santoso menduga terbakarnya lahan di Gunung Rinjani ini bisa terjadi akibat puntung rokok, api unggun yang lupa dimatikan atau tempat memasak yang lupa dimatikan oleh pengunjung.
Hingga kini, TNGR masih berupaya melakukan identifikasi di lokasi untuk menemukan sebab terjadinya kebakaran. Selain karena faktor alam, kasus seperti ini memang melibatkan pendaki. Biasanya, api terjadi terjadi karena kelalaian untuk mematikan percikan api. Nah, sekadar tips mendaki, jika tak terlalu perlu dan bukan untuk kebutuhan darurat jangan membuat api. Yang lebih penting lagi, jangan sembarangan membuang puntung rokok. Ada baiknya untuk berpuasa rokok selama pendakian demi keamanan banyak orang. Setuju kan? Next