Dari sekian banyak makanan tradisional di Indonesia, rujak mungkin salah satu yang paling populer. Variannya pun bermacam-macam, ada yang menggunakan buah dan bumbu manis, ada pula yang memakai tempe dan petis. Namun demikian, rujak cemplung Banyuwangi sungguh berbeda dengan sajian lain yang sejenis.
Baca juga : Pasca Gempa di Lombok Timur, Tempat Wisata ini Aman Terkendali
Jika rujak pada umumnya hadir dengan kombinasi bahan-bahan utama yang disiram bumbu, rujak cemplung Banyuwangi justru berbeda. Tampilannya justru mirip es buah karena berkuah. Konon, menyantap hidangan ini jauh lebih nikmat di tengah teriknya siang hari.
Mirip Rujak Gobet
Sepintas, Rujak Cemplung Banyuwangi mirip dengan rujak gobet atau rujak serut. Namun yang membedakan adalah bahan isiannya. Rujak gobet biasanya lebih terasa kecut-segar karena menggunakan mangga muda atau bengkoang. Sementara rujak cemplung lebih bervariasi, selain buah juga memakai tambahan ubi.
Ubi yang digunakan biasanya adalah ketela rambat dan tidak dimasak dulu. Inilah mengapa ada juga yang menyebutnya sebagai rujak kecut. Sementara nama cemplung sendiri konon terinspirasi dari bunyi ketika potongan buah dimasukkan ke dalam kuah.
Kuah dengan bahan sederhana
Rujak Cemplung Banyuwangi termasuk kuliner tradisional yang pembutannya mudah. Siapkan bahan-bahan isiannya, seperti mangga muda, bengkoang, jambu air, pepaya muda, nanas, mentimun, dan kedondong. Jika ingin membuat rujak kecut, jangan lupa siapkan ubi ketela rambat.
Berikutnya yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan kuahnya. Caranya gampang, cukup campurkan gula pasir, cuka, cabai, terasi, garam, dan air secukupnya. Jika sudah benar-benar menyatu, masukkan bahan-bahan yang sudah dipotong kecil-kecil. Rasanya lebih nikmat lagi jika rujak sudah didiamkan sebentar di lemari es.
Festival Rujak Cemplung
Rujak Cemplung Banyuwangi sendiri sudah diakui sebagai kuliner khas daerah. Buktinya 14 April silam Dinas Pariwisata setempat mengadakan Festival Rujak Cemplung, yang disambut dengan antusias oleh masyarakat.
Dalam festival tersebut terdapat lomba kreasi rujak cemplung yang sangat dinanti-nanti. Pesertanya beragam, mulai dari selevel chef, hingga perwakilan perusahaan katering, ibu-ibu PKK, mahasiswa, serta anak sekolah.
Hasilnya, beragam rujak cemplung dengan sentuhan unik lahir di acara ini. Ada yang menambah kesegaran dengan menggunakan buah lemon, ada pula yang mencoba berkreasi menggunakan werak atau air kelapa muda yang difermentasikan.
Lestarikan kuliner Banyuwangi
Belakangan Dinas Pariwisata Banyuwangi memang tengah gencar menggelar festival untuk mempromosikan kuliner lokal. Sebelum Festival Rujak Cemplung, mereka sempat menghelat acara khusus guna menyoroti Ayam Kesrut.
Ayam Kesrut sendiri adalah masakan ayam kampung yang disajikan dengan kuah terbuat dari cabai merah, cabai rawit, terasi, gula, garam, dan belimbing sayur. Sama seperti Rujak Cemplung Banyuwangi, Dinpar setempat berharap kuliner ini bisa menarik perhatian banyak orang dan terus lestari.
Itulah tadi sekilas gambaran mengenai kelezatan dan keunikan Rujak Cemplung Banyuwangi. Jika kapan-kapan mampir ke ‘Sunrise of Java’, sempatkanlah menyeruput nikmatnya kuah dari hidangan rujak yang lain dari biasanya ini. Next