Sejak diimpor pertama kali dari Cina, ramen tampaknya telah menjelma menjadi makanan ikonik di Jepang. Saking ikoniknya, bahkan Negeri Matahari Terbit ini memiliki lanskap khusus bernama Shin-Yokohama Raumen Museum yang bisa dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Baca juga : Aneh, Masuk Ke Nami Island di Korsel Harus Membayar Visa Lagi
Sesuai namanya, Shin-Yokohama Raumen Museum memang terletak di Yokohama dan didedikasikan untuk ramen. Bukan hanya sekadar museum, konon ramen di sini bisa mengajak wisatawan bertualang menembus zaman ke masa lalu. Seperti apa keunikannya? Berikut adalah beberapa fakta unik mengenai Shin-Yokohama Raumen Museum:
Raumen, Bukan Ramen
Sisipan huruf ‘u’ dalam Raumen memang mengandung paradoks tersendiri, mengingat makanan yang disediakan dalam museum bernama ‘ramen’. Tapi hal ini bukannya tanpa alasan. Shin-Yokohama Raumen Museum memang dimaksudkan untuk mengenang kembali suasana retro di zaman Showa, sehingga dipilih kata ‘Raumen’ yang terdengar lebih klasik daripada ‘ramen’.
Sementara itu, paradoks lain yang melingkupi Shin-Yokohama Raumen Museum juga terletak pada zaman Showa yang dirujuknya. Sebagaimana diketahui, zaman Showa (persisnya tahun 1958) merupakan momen penting kelahiran ramen instan di Jepang. Silang sengkarut logika pun terjadi karena Shin-Yokohama Raumen Museum sama sekali tidak menyediakan ramen instan. Nah loh?
Museum di Atas, Pertokoan di Bawah
Lantai pertama Shin-Yokohama Raumen Museum tampaknya tidak ada bedanya dengan museum pada umumnya. Pengunjung bisa melihat foto-foto ramen dari beberapa daerah di Jepang, juga mengunjungi toko cinderamata yang menawarkan pernak-pernik seputar ramen. Tapi keistimewaan museum ini justru bisa ditemukan di lantai bawah tanahnya.
Tangga yang menyasar ke bawah seolah menjadi mesin waktu yang akan membawa pengunjung kembali ke masa lalu. Begitu sampai di lantai bawah tanah, pengunjung akan dimanjakan dengan panorama pertokoan Jepang dari tahun 1950-an, lengkap dengan kerlap-kerlip lampu jalan. Pertokoan ini meliputi kantor pos, warung soba, dan rumah gadai, berikut poster-poster zaman dahulu dan desain eksterior yang serba klasik.
Pertokoan di Atas, Warung Ramen di Bawah
Tidak berhenti sampai di pertokoan di atas, masih ada lagi satu lantai di bawahnya yang menggelar sederetan warung ramen dengan suasana 1950-an. Warung-warung ini sering kali berganti dari waktu ke waktu. Tapi beberapa yang terkenal adalah warung miso ramen dari Hokkaido dan warung yang mewarisi resep ramen dari warung lain yang tersapu gelombang tsunami.
Selain warung-warung yang menawarkan menu kaldu (broth) dan mi, ternyata ada juga warung khusus yang menjual ramen mini. Untuk memesan menu ini, pengunjung bisa membeli tiketnya lewat mesin ‘canggih’ dari tahun 1950-an di depan warung. Kalau mesin ini terasa susah untuk dikendalikan, selalu siaga seorang pramusaji yang akan membantu pembeli untuk mengoperasikannya. Benar-benar mesin yang ‘canggih’!
Kumamon Sang Maskot
Seolah hendak menyemarakkan keramaian sederetan warung ramen di lantai bawah tanah museum, hadir sesosok beruang hitam berpipi merah yang bernama Kumamon. Maskot ini memang bukan milik Shin-Yokohama Raumen Museum, melainkan sebuah warung bernama Komurasaki dari Kyuushuu.
Meskipun imut dan menggemaskan, Kumamon lagi-lagi menghadirkan paradoks tersendiri bagi Shin-Yokohama Raumen Museum. Sebagaimana diketahui, museum ini merupakan lanskap yang menghadirkan suasana tahun 1950-an, sementara Kumamon justru menyeruak seperti sosok yang datang dari ‘masa depan’, melenceng dari panorama di sekitarnya.
Terlepas dari paradoks yang melingkupinya, Shin-Yokohama Raumen Museum sangat cocok untuk dijadikan tujuan wisata kuliner ramen. Apalagi berwisata ke museum ini serasa bisa bertualang menembus zaman. Akhir kata, selamat berwisata ke masa lalu! Next