in , ,

Pesona Taman Nasional Baluran, Sensasi Africa van Java

Petualangan ala Afrika di Taman Nasional Baluran Banyuwangi

Pemandangan di Savana Bekol
Pemandangan di Savana Bekol (c) Anjani Audita/Travelingyuk

Dari Pulau Weh hingga Pulau Rote, Indonesia punya beragam bentangan indah patut disambangi. Namun di ujung timur Pulau Jawa, terhampar sebuah eksotisme tempat yang cocok bagi penikmat alam bebas. Sebuah padang yang membuat kita merasa berada di savana Afrika yaitu Taman Nasional Baluran, Banyuwangi.

Baca juga : 6 Kota Bersejarah yang Harus Dikunjungi di Taiwan

Taman Nasional Baluran sudah lama terkenal di kalangan wisatawan berkat pemandangannya yang eksotis. Tanahnya berkarakter gersang, membuat atmosfernya kian mirip dengan Benua Hitam. Berikut adalah kisah kontributor Travelingyuk, Anjani Audita, kala menyaksikan langsung indahnya Baluran beberapa saat lalu.

Petualangan di Malam Hari

Indahnya matahari terbit di Pantai Bama (c) Anjani Audita/Travelingyuk
Indahnya matahari terbit di Pantai Bama (c) Anjani Audita/Travelingyuk

Anjani berangkat bersama beberapa orang kawan dengan menumpangi mobil ayah salah seorang temannya. Mereka mulai bergerak meninggalkan Malang pada malam hari. Satu satu alasannya agar tiba di tempat tujuan pagi sekali. Untungnya, perhitungan tersebut tidak meleset.

Rombongan Anjani tiba di pos masuk Taman Nasional (TN) Baluran pukul tiga dini hari waktu setempat. Setelah mendapatkan beberapa informasi dari pos, mereka lantas masuk hutan Baluran. TN Baluran memiliki sejumlah vegetasi yaitu pantai, savana, hutan payau, hutan mangrove, dan rawa. Vegetasi pertama yang mereka kunjungi adalah Pantai Bama.

Damainya Sinar Mentari Fajar

Suasana fajar di Pantai Bama (c) Anjani Audita/Travelingyuk
Suasana fajar di Pantai Bama (c) Anjani Audita/Travelingyuk

Langit masih gelap ketika Anjani dan kawan-kawannya tiba di Pantai Bama. Meski kala itu air sedang surut, bukan berarti tidak ada kegiatan menarik yang bisa dilakukan. Anjani bahkan sempat merasakan asyiknya berburu dan menyentuh teripang.

Selain teripang, masih ada banyak makhluk air lain yang mulai beraktifitas. Alga dan rumput laut ada di mana-mana. Hal ini sekaligus membuktikan kekayaan benda laut Pantai Bama cukup banyak.

Pantai Bama kala sedang surut (c) Anjani Audita/Travelingyuk
Pantai Bama kala sedang surut (c) Anjani Audita/Travelingyuk

Jauh di depan mata, bias matahari timur mulai menampakkan dirinya. Naik perlahan dari garis pantai dan memperlihatkan warna jingga kemerahan agung. Anjani yang berada di tepi pantai merasakan sensasi damai di sini.

Dari arah selatan, sayup sayup Anjani mendengar suara cipratan air menggebu beriringan. Gemuruh tersebut ternyata berasal dari kawanan rusa. Anjani begitu terkesima oleh keindahan mereka, hingga terpaku mengikuti arah lari hewan-hewan cantik tersebut hingga hilang di lepas utara.

Anjani dan kawan-kawnnya lantas mulai memanfaatkan pohon-pohon bercabang banyak sebagai objek dan latar belakang foto. Puas mengambil gambar, mereka lantas menyusuri tepi pantai. Pasir di sini didominasi warna putih tapi ada yang hitam, dan campuran kerikil hitam. Pantai Bama bersih dari sampah, juga secara keseluruhan seperti pantai pribadi rasanya.

Bertemu Pasukan Monyet

Semakin naik matahari, semakin naik juga air yang surut. Dan penghuni Pantai Bama yang sesungguhnya mulai bangun bermunculan. Pasukan monyet!

Sebutan pasukan bukanlah tanpa alasan. Jumlah monyet liar di Pantai Bama ini sangatlah banyak. Para pengunjung dihimbau berhati hati, terutama terkait barang bawaan. Bagaimanapun, pantai merupakan habitat mereka sebagai hewan liar. Sudah jelas mereka akan mengincar makanan.

Tapi jangan sesekali memberi monyet-monyet tersebut makan. Mengapa? Dikhawatirkan insting hewani mereka bakal berkurang. Biarkan mereka menjadi hewan berdampingan dengan hukum alam sebagaimana mestinya.

Menuju Daratan Afrika

Papan nama Savana Bekol (c) Anjani Audita/Travelingyuk
Papan nama Savana Bekol (c) Anjani Audita/Travelingyuk

Setelah Pantai Bama yang tenang, Anjani dan kawan-kawan pun beralih ke vegetasi utama. Apalagi kalau bukan Savana Bekol.

Begitu mencapai kawasan savana, Anjani beserta rekan-rekannya sungguh dimanjakan pemandangan indah ala padang Afrika. Pohon jarang terlihat, namun satwa berkeliaran di mana-mana. Gagahnya Gunung Baluran menjadi latar belakang yang luar biasa.

Panorama hamparan savana (c) Anjani Audita/Travelingyuk
Panorama hamparan savana (c) Anjani Audita/Travelingyuk

Anjani dan rekan-rekannya datang bertepatan dengan musim kemarau, hingga Savana Bekol terlihat kering kecoklatan mirip daratan Afrika. Mobil yang melintas harus melewati jalur khusus. Jika pengunjung ingin melihat lihat langsung ke tengah savana, wajib berhenti dan berjalan kaki ke tengah.

Fenomena yang sering ditunggu-tunggu di Savana Bekol adalah aktivitas beragam fauna di habitat aslinya. Penampakan kawanan banteng, rusa, dan kera ekor panjang siap memanjakan siapapun yang datang ke sini. Jika beruntung kita bisa bertemu beberapa jenis unggas seperti merak dan ayam hutan. Bahkan kabarnya juga ada macan tutul dan bison.

Peternakan banteng (c) Anjani Audita/Travelingyuk
Peternakan banteng (c) Anjani Audita/Travelingyuk

Anjani dan rombongannya sempat mengunjungi peternakan banteng. Kombinasi suara unggas dan mamalia yang bersahutan menjadi hiburan tersendiri untuk dinikmati. Kesan petualangan alam bebas di padang terasa sangat kental. Melihat satwa berkeliaran di savana ala Afrika sungguh jadi pengalaman mengesankan.

Dari Afrika Menuju Texas

Replika kepala banteng (c) Anjani Audita/Travelingyuk
Replika kepala banteng (c) Anjani Audita/Travelingyuk

Di kawasan savana bekol terdapat rest area yang menjual beragam makanan berat. Bagi yang sudah merasa lelah usai keluyuran bisa langsung mengisi perut di sana. Bagi yang berencana datang ke Baluran, ada sedikit tips dari Anjani. Jangan lupa membawa kacamata hitam untuk melindungi mata dari teriknya sinar matahari.

Tak jauh dari rest area pengunjung bisa melihat pajangan replika kepala banteng ala peternakan sapi di Texas. Sangat cocok dijadikan latar belakang foto.

Setelah puas mengambil gambar dan sempat coba berinteraksi dengan kawanan hewan di sekitar, Anjani dan rombongan lantas kembali naik mobil. Mereka melanjutkan perjalanan ke Hutan Mangrove.

Mengagumi Birunya Lautan

Jembatan Hutan Mangrove (c) Anjani Audita/Travelingyuk
Jembatan Hutan Mangrove (c) Anjani Audita/Travelingyuk

Sebelum sampai di kawasan mangrove, Anjani dan rombongan melewati hutan hijau dipenuhi tanaman berbatang rendah. Cukup menjulurkan tangan ke atas dari jendela mobil, pengunjung sudah bisa menyurak daun daunnya.

Mobil lantas terus melaju hingga vegetasi berbeda mulai muncul di depan mata. Rimbunan bakau tumbuh lebat di atas permukaan lumpur. Untungnya pengunjung tak perlu repot berkotor-kotor ria. Sudah tersedia jembatan yang dibuat khusus untuk mengeksplor kawasan ini.

Di penghujung jembatan terdapat Rawa Asin, lengkap dengan sebuah dermaga beratap. Jika diperhatikan justru mirip gazebo. Dari ujung sini wisatawan bisa mengagumi bentangan air biru sejauh mata memandang.

Itulah tadi sedikit gambaran mengenai keseruan petualangan Anjani di kawasan Taman Nasional Baluran. Pesona ala Afrika ini hanyalah satu keping dari ribuan keindahan yang sudah menanti di seluruh Indonesia. Jadi, kapan sobat traveler berencana menyaksikan semuanya secara langsung? Next

ramadan

Written by anjani audita

Penulis adalah kontributor lepas di travelingyuk.com

Wow Waffle Cafe

Wow Waffle Cafe, Tempat Nongkrong Baru di Jogja dengan Dessert Istimewa

Macam-macam Sajian Ketupat Saat Lebaran, Mana Favoritmu?