Bali, merupakan pulau yang sangat cantik meskipun dilihat dari berbagai sisi. Baik dari keindahan alamnya, kulinernya maupun budayanya yang tak pernah ditinggalkan sedikitpun oleh masyarakatnya. Nah, salah satu budaya yang masih harum sampai saat ini adalah Tari Pendet. Lantas, bagaimana sih perkembangannya hingga masih ada hingga sekarang? Yuk simak ulasannya.
Baca juga : Hutan Kota Harajuku, Sajian Hutan Lindung Tengah Kota Megapolitan Tokyo
Sejarah Tari Pendet
Tari Pendet pada awalnya adalah sebuah tari pemujaan yang banyak dipentaskan di pura pura. Gerakan gerakan dalam tarian ini merupakan sebuah simbol dalam penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia dan juga sebagai rasa syukur. Seiring perkembangan zaman, beberapa seniman bali mengubah budaya ini menjadi tarian ucapan selamat datang. Namun tetap tak meninggalkan ciri khas kesakralan dan kereligiusan tari ini.
Tarian tersebut ditetapkan pertama kali pada tahun 1950. Seorang seniman Bali bernama Wayan Beratha mengolah kembali tari ini dengan pola seperti sekarang, termasuk menambahkan jumlah penarinya. Tahun 1967 seorang koreografer bernama Wayan Rindi menciptakan bentuk modern untuk tarian satu ini, namun tetap tidak mengurangi unsur sakral dan religius tari tersebut. Wayan Rindi dikenal sebagai seniman tari dengan kemampuan mengubah dan melestarikan tari Bali melalui pembelajaran pada generasi penerusnya baik di lingkungan keluarga maupun di sekitarnya.
Fungsi dari Tarian Ini
Dilihat dari segi fungsionalitas, Tari Pendet mempunyai dua fungsi. Pertama, sebagai tari wali yang biasanya dipentaskan di pura pura pada saat ada upacara adat. Kemudian fungsi yang kedua adalah sebagai tari balih-balihan yang biasa dipentaskan sebagai penyambutan para tamu.
Bisa Dilakukan Siapa Saja
Meski tergolong sakral, Tari Pendet berbeda dengan tarian upacara lainnya yang memerlukan pelatih khusus. Siapapun bisa menarikan tarian ini, baik yang sudah terlatih maupun yang masih awam. Pada dasarnya tarian ini hanya mengikuti gerakan penari senior yang ada di depannya, yang mengerti dan bisa memberikan contoh dengan baik. Sehingga, tarian ini tidak mengharuskan diajarkan pelatih yang sudah berpengalaman selama bertahun-tahun.
Menjadi Pemecah Rekor di HUT Mangupura
Selain digunakan untuk acara penting, tarian indah ini ternyata pernah berperan sebagai pemecah rekor. Tepatnya di acara perayaan Ulang Tahun Mangupura yang ke sembilan pada tanggal 16 November 2018 lalu. Di acara tersebut, tarian dilakukan oleh ibu-ibu PKK seluruh wilayah Badung yang berjumlah 2621 penari. Oleh karenanya, Tari Pendet kolosal tersebut mencetak Museum Rekor Indonesia dengan jumlah penari terbanyak.
Demikian sekelumit info tentang tarian yang sangat terkenal dari Bali ini. Ternyata ada beberapa hal yang jarang diketahui oleh masyarakat. Mulai dari sejarahnya hingga menjadi pemecah rekor. Ya semoga Tari Pendet ini bisa menjadi contoh bagi budaya di daerah lainnya agar terus dijaga kelestariannya. Next