Teman Traveler yang hobi menyelam atau menikmati keindahan bawah laut, wajib datang ke Makassar. Kota Daeng memiliki banyak perairan cantik yang pantang dilewatkan. Salah satunya adalah Taman Wisata Perairan (TWP) Kapoposang di Kabupaten Pangkep.
Baca juga : Sajian Sunset Menawan di Bukit Makatete, Destinasi Populer Tanah Minahasa
Selain jernih, perairan di sekitar TWP Kapoposang juga menyuguhkan eksosistem bawah laut bervariasi. Teman Traveler dijamin bakal puas menjelajah di sini. Yuk, simak pengalaman saya saat melakukan dive trip ke sana beberapa saat lalu.
Rencana Penyelaman Beresiko
Perjalanan menuju kawasan TWP Kapoposang sebenarnya cukup melelahkan. Namun, semua penat serasa hilang dalam sekejap usai melihat indahnya deretan pantai di pulau ini. Apalagi rombongan kami disambut hangat oleh staff home stay tempat kami menginap.
Saya sendiri sudah beberapa kali menyelam di perairan sekitar Kapoposang. Namun, untuk kesempatan kali ini saya akan mencoba dive site berbeda. Rencana penyelaman yang hendak kami lakukan juga tergolong beresiko karena termasuk penyelaman dalam alias deep dive, dengan kedalaman kurang lebih 35 meter.
Setelah beristirahat sejenak di home stay, kami memutuskan melakukan observasi darat (baca: keliling pulau). Apalagi, ada beberapa teman dalam rombongan yang baru pertama kali datang ke Kapoposang. Begitu malam menjelang, kami melakukan briefing terkait rencana penyelaman.
Keesokan paginya, rombongan kami bersiap berangkat menyelam di zona TWP Kapoposang dan perairan di sekitarnya. Kala itu, kami menumpang kapal nelayan tradisional atau biasa disebut dengan istilah Jolloro.
Cave Point
Begitu sampai di Cave Point, masing-masing dari kami langsung menggunakan peralatan dan melakukan beberapa penyesuaian. Semua dilakukan di atas Jolloro. Ketua rombongan kami lantas mengarahkan satu-persatu anggota untuk turun ke permukaan laut dengan teknik backroll dan melakukan buddy check.
Oh ya, menurut ketua rombongan kami, dive site ini sangat direkomendasikan untuk penyelam pemula maupun berpengalaman. Jadi meski baru belajar diving, Teman Traveler jangan ragu mengunjungi lokasi TWP Kapoposang ini, ya.
Jarak pandang horizontal di kolom perairan ini kurang lebih 15 meter. Keberagaman ekosistemnya masih utuh. Arus airnya lumayan tenang, hingga kami bisa leluasa melihat betapa eksotis dan menariknya pemandangan sekitar.
Sensasi Terbang di Tebing Bawah Laut
Tak lama setelah turun, kami langsung disambut rataan terumbu karang (reef flat) yang menyerupai taman karang. Lengkap dengan tarian sekumpulan biota laut di hadapan mata. Berikutnya kami melanjutkan petualangan dengan berenang menuju tebing bawah laut (reef wall). Sensasinya sungguh luar biasa, kami seolah-olah terbang di kedalaman jurang laut (drop-off) yang bagai tanpa dasar.
Reef wall di TWP Kapoposang memiliki banyak ceruk, celah, dan rekahan. Inilah yang membuatnya dijuluki sebagai Cave Point. Celah-celah tersebut kerap dimanfaatkan beragam vertebrata dan invertebrata laut sebagai tempat persembunyian dari predator.
Pesona bawah laut Cave Point benar-benar membuat saya tersihir. Tak terasa saya sudah berada di kedalaman 30 meter. Untung saja buddy dan leader saya mengingatkan untuk selalu melihat dive comp. Mereka memberi kode acungan jempol sebagai tanda untuk naik ke permukaan secara perlahan.
Bagi Teman Traveler yang berencana menyelam di sini, sebaiknya siapkan kamera underwater dengan lensa sudut lebar. Dengan demikian, jepretan panorama kalian bisa lebih sempurna.
Shark Point
Memasuki hari ke-3 di TWP Kapoposang, kami melanjutkan petualangan bawah air dengan mengunjungi Shark Point. Target utama kami adalah mencari dan mengamati aktivitas hiu. Pasca briefing, leader sempat mengingatkan kami untuk ekstra hati-hati karena hiu adalah biota berbahaya. Apalagi arus laut sekitar sini cukup kuat.
Di spot ini, lagi-lagi kami langsung disuguhi pemandangan indah usai melakukan drop-off. Barisan ikan berenang lincah, terlihat jelas dalam perairan jernih dengan jarak pandang kurang lebih 15 meter. Kami juga sempat melihat penyu, namun ia sepertinya enggan bertemu kami dan memilih berenang menuju kedalaman.
Saat berenang menuju tebing laut, kayuhan fins kami mulai terasa berat. Menandakan arus laut di dive site memang sangat menantang. Menurut beberapa referensi yang kami baca, arus di Shark Point termasuk tipe down current dan long shore. Artinya, arus laut terbentuk ketika angin berhembus, membentuk sudut kecil dengan garis pantai.
Menyapa Hiu di Habitat Asli
Beberapa menit menyisir tebing laut, seekor hiu menampakkan diri tak jauh dari kami. Saat itu kami harus tenang, karena hiu bisa saja tiba-tiba menjadi agresif jika melihat sesuatu yang dianggap sebagai musuh atau merasa terancam. Jika kami melakukan gerakan berlebihan (baca:panik), bisa mempengaruhi psikologis hiu.
Perjumpaan dengan predator laut tersebut sekaligus menandai berakhirnya petualangan bawah air kami. Kala itu leader langsung memberikan kode acungan jempol sebagai tanda naik ke permukaan.
TWP Kapoposang dan perairan sekitarnya sebenarnya masih memiliki banyak titik penyelaman lain. Sebut saja Nakano Point, Killing Field, Marjono Point, Teluk Point, Turtle Point, Tanjung Point, Aquarium Point, dan masih banyak lagi. Namun tidak semua bisa kami kunjungi karena keterbatasan waktu dan budget.
Bagi Teman Traveler yang gemar fotografi makro maupun mikro, leader kami sempat mengatakan sangat mudah menemukan hewan air berukuran kecil di daerah ini. Hal tersebut lantas membuat saya bertekad kembali lagi ke sini suatu saat nanti, dengan perlengkapan kamera yang lebih lengkap.
Itulah pengalaman singkat saya menjelajah keindahan bawah laut di TWP Kapoposang. Bagaimana menurut kalian, pesona kecantikannya begitu mengagumkan bukan? Next