Cebu merupakan salah satu pulau di Filipina yang menawarkan keindahan alam dan juga kaya akan sejarah. Inilah salah satu alasan saya dan dua teman saya mengunjungi Cebu. Sampai di bandara kami memesan taksi online untuk menuju lokasi pertama kami, yaitu Mactan-Shrine.
Baca juga : Traveler “Gila”, Nekad Berenang Bareng Buaya Ganas!
Tak berapa lama taksi kami sudah datang. Jarak dari airport ke Mactan Shrine sekitar 15 menit karena masih sama-sama berada di Pulau Mactan. Jadi gini guys, Pulau Mactan dan Pulau Cebu ini merupakan kedua pulau yang dihubungkan dengan jembatan. Makanya nama aiportnya adalah Mactan-Cebu International Aiport. Ukuran Pulau Mactan sendiri lebih kecil dari Pulau Cebu dan kebanyakan turis menghabiskan sebagian besar waktu berliburnya di Pulau Cebu.
1. Mactan Shrine
Mactan Shrine ini dikenal juga dengan nama Lapu-Lapu Shrine. Jadi ceritanya disini pada tanggal 27 April 1521 terjadi perperangan antara Ferdinand Magellan dan seorang kepala suku bernama Lapu-Lapu serta para tentaranya.
Di tempat ini juga tersedia macam-macam water sport tapi karena kami datangnya ketika holy week jadi wahana water sportnya sedang tidak buka, bahkan tidak ada satu pun penjual di tempat ini. Untuk memasuki Mactan Shrine tidak dipungut biaya ya. Tapi siap-siap bawa payung, kacamata hitam, dan topi kalau ke sini pas sedang panas-panasnya seperti kami.
2. 10,000 Roses Cafe
Setelah puas explore dan foto-foto di Mactan Shrine, kami melanjutkan perjalanan ke 10,000 Roses Cafe yang berjarak sekitar 20 menit dari Mactan Shrine. 10,000 Roses Cafe ini merupakan cafe dipinggir perairan (tidak bisa disebut pantai soalnya hehe) dan dikelilingi oleh banyak mawar putih imitasi. Sebenernya rencana kami kesini ketika malam untuk menikmati indahnya mawar putih imitasi yang menyala, tapi teringat akan adanya di Pulau Mactan jadilah kami sekalian kesini.
3. Cebu Taoist Temple
Perjalanan kami lanjutnya ke Cebu Taoist Temple. Letaknya di private area di bukit gitu. Jadi memang agak susah cari transportasi umum kesini, terlebih lagi karena sedang holy week. Jaraknya dari 10,000 Roses Cafe sekitar 50-60 menit. Sesuai dengan namanya, Cebu Taoist Temple ini merupakan tempat ibadah untuk para penganut taoism yang tinggal di sekitar temple ini. Selain arsitekturnya yang bagus, pemandangan dari tempat ini juga tidak kalah cantiknya. Tapi kalau kalian ke tempat ini tetap jaga etika ya karena ini merupakan tempat ibadah dan siap-siap ditegur petugas kalau kalian memfoto altar tempat mereka ibadah. Oiya, siapkan kaki karena ada beberapa anak tangga yang harus kalian lewati untuk sampai ke atas.
4. Temple of Leah
Dari Cebu Taoist Temple kita lanjut ke Temple of Leah yang tempatnya lebih tinggi lagi dibandingkan Cebu Taoist Temple jadi pemandangannya dari atas sini lebih cantik lagi. Sebenarnya disarankan untuk mengunjunginya ketika sore menjelang sunset untuk sekalian liat sunset.
Temple of Leah ini dikenal juga dengan Taj Mahalnya Cebu. Tempat ini dibangun ada tahun 2012 oleh Teodorico Soriana Adarna untuk mengenang dan menyimpan benda peninggalan mendiang istrinya yang bernama Leah Albino Adarna. Gaya bangunannya seperti bangunan-bangunan di Yunani gitu. Katanya Temple of Leah ini dibangun dengan konstruksi yang bisa bertahan sampai beribu2 tahun. Biaya masuknya sebesar 50 Peso. Peninggalannya Leah Adarna disimpan di kamar-kamar yang ada di dalam bangunannya.
Cuma sepertinya belum selesai dibangun dan ditata sehingga tidak bisa masuk kedalam, kita hanya bisa liat dari jendela aja. Sayangnya sepertinya cukup lama dibiarkan gitu jadi patung-patung dan koleksinya banyak yang ditutupi debu dan juga terkana kotoran burung. Oiya disini patung-patungnya agak terbuka, jadi yang kesini bersama anak, mohon anaknya diedukasi dengan baik ya.
5. Fuente Osmeña
Malamnya setelah maghrib kami keluar untuk mencari makan malam. Karena holy week, sepi banget area dekat hotel kami. Yang buka hanya restoran fast food saja. Akhirnya kami memutuskan untuk makan di Greenwich. Kombinasi makanan disini cukup unik menurut kami, yaitu nasi + ayam ditambah dengan spagheti, pizza ataupun lasagna. Yang lagi diet keto pasti gagal kalau makan disini. Selesai makan kami lanjut muter-muter dan memutuskan untuk beristirahat di Fuente Osmeña, sejenis alun-alun gitu.
Nama Osmeña diambil dari nama Presiden ke empat Phillipines yang bernama Sergio Osmeña. Fuente Osmeña sendiri berarti Fountain of Osmeña. Monumen ini sendiri dibangun di tahun 1912. Tempat ini merupakan tempat nongkrongnya masyarakat sekitar dan juga tempat diadakannya perayaan-perayaan. Selain itu tempat ini juga menjadi latar belakang di uang 50 Peso. Next